LIMERENCE 9

9.9K 930 11
                                        


Update! Makasih yang udah mau nunggu dan baca cerita ini. Hug virtual dari aku🤗

🌼🌼

Karina tahu dia sudah melakukan hal yang fatal. Hal yang mungkin akan dia sesali di kemudian hari. Karina juga akan menerima dengan lapang dada jika Kai membencinya. Kai berhak membencinya, atau jijik dengan apa yang sudah dia lakukan. Siapa pun akan marah dan mencaci atas apa yang dia lakukan kepada Ardhani. Bisa-bisanya dia memanfaatkan Ardhani demi keinginannya yang semu. Dia sudah mecuri kesempatan di saat Ardhani lemah dan tidak bisa melakukan apa-apa.

Sekarang Karina tidak punya siapa-siapa lagi. Dia sudah tidak punya orang tua. Hidup sebatang kara setelah keluar dari panti asuhan tempat di mana dia di besarkan. Jika skandalnya dengan Ardhani tersebar, bukan hanya Kai yang akan membencinya. Tapi seluruh dunia akan menghakiminya.

Kai sudah pergi. Dia bilang ada keperluan yang tidak bisa dia tinggal. Karina memejamkan matanya, ada banyak ketakutan yang sedang dia pikirkan sekarang. Bekerja di Bar milik Bos Dewa membuatnya bertemu dengan banyak orang. Teman-teman yang baik, dan di sana juga dia akhirnya semakin tahu sosok Ardhani.

Karina membuang napas berat. Dia ingin pulang tapi harus menunggu cairan infusan habis. Karina kesepian berada di ruangan rawat sendirian. Karina tidak mau kehilangan semua kebahagiaan yang sudah dia tata. Ini semua karena kebodohannya. Bagaimana jika akhirnya teman-temannya membenci Karina lalu meninggalkannya? Di pecat dari tempat kerja? Ke mana lagi Karina akan pergi?

Karina membuka matanya mendengar suara pintu ruangan di buka. Kepala wanita itu menengadah. Seorang laki-laki masuk, senyum manisnya seakan menyembuhkan kebingungan yang sedari tadi dia debatkan dengan hatinya.

"Dhani," panggil Karina.

Ardhani, laki-laki itu yang baru saja masuk ke dalam ruangan di mana Karina di rawat. Setelah mendapatkan pesan dari Jesica, Ardhani berdebat dengan batinnya. Sampai akhirnya dia memutuskan untuk menjenguk Karina.

"Bagaimana kondisi kamu sekarang?"

Karina tersenyum tipis. "Sudah membaik."

Ardhani mengangguk. "Syukurlah. Apa hari ini boleh pulang?"

Karina mengangguk pelan. "Boleh. Tapi harus menunggu cairan infusnya habis."

"Itu harus," kata Ardhani. Laki-laki itu mendongak menatap cairan infusan yang sebentar lagi akan habis. "Setelah ini kamu akan langsung pulang?"

"Ya, kamu pikir ke mana lagi aku akan pergi?"

Ardhani mengedikkan bahu. "Pergi untuk memaksakan diri lagi seperti semalam?"

Karina mendengus. Semua orang masih saja mengungkit soal dirinya yang memaksakan diri bekerja sampai akhirnya jatuh pingsan. "Aku tidak memaksakan diri. Kenyataannya aku masih kuat malam itu."

"Lalu kenapa akhirnya kamu jatuh pingsan?"

"Entah, mungkin sudah takdirnya."

Ardhani menggelengkan kepalanya mendengar jawaban Karina. "Masih saja mengelak. Habis ini kamu istirahat. Jangan pergi dulu. Kamu harus memulihkan kesehatan kamu."

Karina berdecak. "Iya, aku tahu. Kenapa kamu cerewet sekali."

"Aku bukan cerewet. Ini demi kebaikan kamu," kata Ardhani. "Juga, aku tidak bisa mengantar kamu pulang."

Dahi Karina mengerut. Dia juga tidak menyuruh atau meminta Ardhani mengantarnya. Tahu Ardhani yang menjaga dan membawanya ke rumah sakit saja membuat Karina tidak enak.

"Jesica marah kepadaku. Dia menyuruhku untuk menjauhi kamu," lanjut Ardhani.

Kerutan di dahi Karina semakin dalam. Wajar Jesica marah kepada Ardhani karena laki-laki itu memilih sibuk mengurus perempuan tidak penting seperti dirinya daripada Jesica yang saat itu mungkin sedang membutuhkan Ardhani. Atau jangan bilang, Jesica tahu soal skandal yang dia lakukan kepada kekasihnya? Tubuh Karina tiba-tiba merinding.

Limerence (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang