Update! Jangan lupa vote dan komentarnya nya dong biar aku semangat lanjutinnyaaa 🥰🌼🌼
Kabar kehamilan yang seharusnya di sambut dengan gembira mendadak membuat ruangan sunyi. Ersa masih syok mendengar apa yang baru saja dikatakan Dokter. Sementara Karina kehilangan tenaga sampai perempuan itu jatuh terduduk di atas lantai.
"Rin," Ersa memekik. Jongkok di depan Karina yang masih tidak percaya akan fakta yang baru saja dia dengar.
"Kamu baik-baik saja?" tanya Dokter. Dokter perempuan itu meminta Ersa membantunya membawa Karina bangkit. Sembari membopong pelan Karina duduk di kursi yang ada di dalam ruangan.
"A─aku hamil?" tanya Karina. Sekali lagi dia memastikan kalau apa yang dikatakan Dokter adalah bohong.
Dokter yang sekarang duduk di depan Karina mengangguk. "Ya," katanya lalu memperlihatkan garis merah samar di dalam tes kehamilan. "Semua gejala yang sedang kamu keluhkan sama persis seperti orang hamil. Karena itu, untuk memastikannya saya menyuruh anda untuk mengetesnya."
Karina masih tidak percaya. Seakan apa yang baru saja terjadi hanya mimpi buruk saja. "Ini nyata?"
Dokter itu tersenyum. "Ya, Ibu. Kalau Ibu belum yakin, Ibu bisa periksa ke Dokter Kandungan."
Karina tidak bisa membalas. Dia kehabisan kata-kata. Bahkan ketika Dokter memberitahu sesuatu Karina tidak mendengarkannya. Semuanya seakan kosong, pikirannya melayang entah ke mana.
Sampai mereka akhirnya berada di luar klinik. Ersa bertanya. "Rin, aku tidak tahu apa yang sudah kamu lakukan. Aku tahu kamu sedang syok, begitu juga dengan aku. Aku bahkan tidak pernah berpikir kamu hamil, tapi sekarang semuanya sudah jelas. Kamu hamil, Rin."
Karina menatap nanar Ersa. "Kenapa? Kenapa aku harus hamil?" tanya Karina. Perempuan itu mendadak frustrasi.
Segenggam kebahagiaan yang sempat di impikan seakan hancur dengan kabar kehamilan ini. Karina tidak tahu harus bagaimana, bagaimana cara dia menghadapi semuanya setelah ini? Kenapa momen yang bahkan laki-laki itu tidak tahu membuatnya harus seperti ini. Apa ini dosa dari perilakunya malam itu? Apa dia sedang mendapatkan karmanya?
"Siapa Ayahnya?" tanya Ersa. Dia berusaha untuk tenang agar Karina tidak cemas.
Kabar kehamilan ini tentu saja membuat Ersa terkejut. Bukan hanya Ersa, jika Kai dan Riz tahu. Aku yakin mereka sama terkejutnya. Perempuan yang bahkan jarang sekali berinteraksi dengan laki-laki selain pegawai di Bar, mendadak hamil entah oleh siapa. Bahkan Ersa tidak bisa menebak sama sekali karena kenyataannya Karina tidak dekat dengan laki-laki apa lagi punya kekasih.
Tidak menjawab pertanyaan Ersa, Karina menggeleng. "Tidak, ini tidak mungkin. Aku tidak mungkin hamil, aku yakin Dokter itu salah, Sa. Kamu juga pasti berpikir sama 'kan?" tanya Karina, berharap Ersa memberi jawaban yang dia inginkan.
Ersa menatap Karina simpati. "Aku tahu kamu terkejut. Tapi kamu tidak bisa mengelak lagi. Gejala yang kamu alami belakangan ini, bukan karena ada gangguan. Tapi kamu hamil, Rin."
"Tidak, tidak mungkin. Aku tidak hamil!"
Ersa cemas melihat kepanikan Karina. Apa lagi mereka sedang berada di tempat umum sekarang. Tidak mau menjadi pusat perhatian dan membuat Karina semakin syok, Ersa dengan cepat membawa Karina pergi.
**
Belakangan ini sesuatu mendadak menjadi aneh. Ardhani, laki-laki itu tiba-tiba saja tidak suka dengan makanan kesukaannya. Bahkan hidungnya menjadi sensitif dengan beberapa bau yang awalnya baik-baik saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
Limerence (TAMAT)
RomanceKarina harus menerima pil pahit ketika Dokter memberi tahu bahwa dirinya positif hamil. Fakta tentang kehamilan yang terjadi karena one night stand juga atas kesalahannya membuat Karina berantakan. ** Semuanya berawal ketika malam itu. Di mana Ardha...