LIMERENCE 29

8.4K 967 41
                                        

Lebih di rajinin vote dan komentarnya dong. Biar aku gak bosen buat update di wattpad! Terima kasih 🐰

🌼🌼

Sekarang Ardhani tidak bisa sesantai dulu. Dia harus membagi waktunya untuk pekerjaan, Jesica dan putranya. Di tengah kesibukkan yang menggempar hidupnya, Ardhani sampai lupa waktu untuk beristirahat sampai membuat kakak laki-lakinya, Ivander heran. Karena biasanya adiknya itu selalu datang ke rumahnya. Bahkan bermalas-malasan di rumahnya ketika pekerjaannya sedang tidak padat.

"Apa yang terjadi?" tanya Ivander. Dia tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya. Karena belakangan ini dia perhatikan, Ardhani lebih banyak mengeluh. Tidak seperti biasanya.

Ardhani membuka matanya. Laki-laki itu sedang tiduran di atas sofa masih dengan pakaian kerjanya. "Kamu sudah pulang."

Ivander menarik dasi yang mencekik lehernya seharian ini. Duduk di atas sofa seberang Ardhani. Sebenarnya Ivander juga tidak ingin tahu. Hidupnya juga berat, bahkan jauh lebih berat setelah dia di jodohkan dengan perempuan yang di pilih Ibunya. Ya, Ivander sudah menikah. Tapi istrinya masih berada di rumah orang tuanya. Ivander yang beralasan pekerjaannya padat memilih kembali ke rumah miliknya.

"Apa istri kamu tidak tinggal di sini?" tanya Ardhani.

Dia heran, Kakak laki-lakinya itu sudah menikah tapi masih tinggal sendiri di rumah ini. Ardhani tahu pernikahan itu tidak di inginkan Ivander. Tapi bukannya terlalu mencolok kalau mereka memisahkan diri seperti ini.

"Aku harap tidak. Sialnya Ibu menyuruhnya untuk pindah kemari." Ivander mengeluh. Laki-laki itu menyenderkan punggungnya di atas sofa.

"Bukannya bagus? Setelah ini kamu tidak akan kesepian. Ada istri yang akan mengurusi kamu," sahut Ardhani.

Tanpa melihat ke arah Ardhani, Ivander membalas dengan desisan sinis. "Aku tidak memerlukan istri."

Ardhani mendesah. Jawaban sinis itu sudah sangat jelas sekali kalau Ivander sangat membenci pernikahan ini. Apa lagi yang Ardhani dengar, istri yang di jodohkan demi kepentingan bisnis itu mengidap kanker. Ivander sudah menolaknya, tapi orang tua mereka terus memaksa sampai mengancam yang membuat Ivander mau tidak mau mengikutinya.

Memikirkan soal hidup kakaknya yang menyedihkan. Hidupnya juga sudah sangat sulit, tapi sudah jelas tidak lebih sulit dari Ivander.

"Aku punya seorang anak."

Pengakuan tiba-tiba Ardhani itu membuat Ivander membuka kedua matanya yang tadi terpejam. Dengan cepat laki-laki itu merubah posisi duduknya. Sekarang Ivander duduk tegak menatap Ardhani.

"Jesica hamil?"

Ardhani mendesah. Pertanyaan Ivander tidak salah karena laki-laki itu tahu soal hubungannya dengan Jesica yang sepasang kekasih. Bukan hanya Ivander, orang tua bahkan seluruh negeri juga tahu mengingat Jesica adalah aktris ternama.

"Aku inginnya seperti itu kalau bisa. Sayangnya Jesica tidak hamil."

Dahi Ivander mengerut. "Maksudmu?"

Ardhani menarik napas lalu membuangnya. "Perempuan lain mengandung anakku dan sekarang sudah melahirkan."

"Apa kamu gila!?" ini pertama kalinya Ardhani melihat Ivander terkejut. Tentu saja dia terkejut, siapa yang tidak akan terkejut ketika tidak ada hujan tidak ada angin tiba-tiba saja dia mengaku punya seorang anak di saat dia masih punya hubungan baik dengan kekasihnya.

"Ya aku gila. Dan aku semakin gila sekarang," kata Ardhani.

Ivander masih tidak percaya. Karena selama ini dia melihat adiknya itu begitu mencintai kekasihnya, Jesica. Bahkan di mana pun dia berada, Ardhani akan memamerkan kekasihnya itu.

Limerence (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang