LIMERENCE 43

7.9K 895 31
                                        

Update! Jangan lupa vote dan komentarnya yaa❤️

🌼🌼

Sekarang Karina berdiri tepat di meja di mana Jesica duduk dengan satu perempuan yang sedari tadi mengekorinya. Mungkin itu manager atau asistennya? Tidak ada yang tahu. Yang jelas sekarang Karina sedang tidak baik-baik saja, sekujur tubuhnya gemetar.

Jesica membuka kaca matanya. Perempuan itu masih menjadi pusat perhatian orang yang sesekali memfotonya. Jesica menegakkan tubuhnya, perempuan itu menatap Karina.

"Sudah sangat lama sekali ya Rin. Kamu bekerja di sini sekarang?" tanya Jesica.

Pertanyaan ramah itu terdengar menyakitkan di telinga Karina. Dia tahu itu hanya basa-basi yang memiliki maksud tertentu.

Karina tidak membalas. Bukan tidak mau, hanya saja mulutnya tidak bisa terbuka. Beberapa kali dia menelan air ludahnya sendiri saking gelisah nya.

Bukan hanya rasa trauma itu yang membuatnya takut. Tapi juga pandangan orang lain yang sedang menuju ke arahnya setelah Jesica memberikan pertanyaan itu. Ketakutannya semakin meningkat. Ingatan soal bagaimana tetangga menghakiminya setelah Ibu Ardhani memarahinya berputar kembali di pikirannya.

Sekarang posisinya di sini seakan Dejavu. Karina seakan di tarik kembali ke tempat yang sangat dia takutkan.

"Karina?" panggil Jesica.

Karina tersadar. Perempuan itu menarik napas dan mengeluarkannya perlahan. Ketika Karina baru saja hendak membalas, seorang laki-laki datang.

"Jangan membuat keributan di toko ku."

Karina menoleh. Terkejut melihat Bosnya, Willy sudah berdiri di sampingnya.

Jesica menoleh ke arah Willy, perempuan itu terkekeh geli. "Apa maksud kamu? Aku tidak membuat keributan. Aku hanya ingin makan roti di sini saja."

Jawaban Jesica terdengar santai membalas ucapan Willy. Seolah memperlihatkan kalau mereka berdua saling kenal dan cukup dekat.

"Pelanggan ku menjadi tidak nyaman karena kedatangan mu," balas Willy.

Jesica mendengus. "Itu bukan salahku. Aku hanya ingin makan dengan tenang seperti orang lain. Salahkah seorang publik figure datang kemari membeli roti?" tanyanya.

Willy mendesah. "Kamu selebriti papan atas. Dari sekian banyak tempat makan mewah yang ada di kota ini. Kenapa harus datang ke toko milikku?"

"Karena roti di sini sangat enak."

"Kamu bisa menyuruh orang lain untuk membelinya. Tidak perlu susah-susah datang kemari," lanjut Willy.

Jesica menggembungkan pipinya. "Ucapan kamu benar-benar jahat sekali. Padahal aku sengaja kemari untuk membuat kejutan."

"Ini bukan kejutan."

Jesica berdecih. "Kamu masih sangat jahat padaku."

"Tidak usah banyak bicara. Segera pesan apa yang kamu mau, ada banyak pelanggan yang menunggu," kata Willy.

Jesica mendesah. Dia tidak bisa memprotes ucapan Willy meski ingin. Akhirnya Jesica melihat menu dan memesan beberapa menu yang ada di sana.

Setelah mencatat itu Karina langsung pergi dan memberikan nota pesanan kepada Aci. Tidak di sangka Ilham dan Ara juga ada di belakang meja kasir. Sepertinya keributan di luar membuat mereka penasaran juga.

"Kalian juga ada di sini," kata Karina.

"Rin! Kamu kenal Jesica? Dia baru saja menyapa kamu. Apa kalian teman lama? Kamu temannya!?" tanya Aci antusias.

Limerence (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang