LIMERENCE 41

8.7K 949 31
                                        

Karina baru saja memandikan Javas. Putranya itu sudah tampan dan wangi sekarang. Sembari menatap sang Ibu yang sedang merapikan bajunya, Javas sesekali terkekeh sembari menendang-nendang kan kakinya.

"Apa kamu senang karena sudah mandi?" tanya Karina, ikut tersenyum melihat tingkah putranya yang tak terasa sudah tumbuh menjadi bayi yang tampan.

Javas kembali tertawa. Tawa khas bayi yang membuat Karina gemas jika mendengarnya. Meski Javas belum bisa bicara dan baru bisa tengkurap. Karina sudah sangat merasa bangga melihat perubahan itu.

Tak lama terdengar suara ketukan pintu. Karina mendongak, dahinya mengerut melihat siapa yang datang dan mengetuk pintu kontrakannya.

"Apa itu Kai atau Tiara?" tanya Karina pada dirinya sendiri. Dia melihat ke arah Javas lalu bicara. "Sepertinya mereka tidak sabar ingin bertemu dengan kamu. Tunggu sebentar ya, Ibu buka pintu dulu."

Karina beranjak turun dari atas tempat tidur setelah memindahkan Javas ke dalam box bayi. Karena Javas sudah bisa tengkurap Karina tidak mungkin membiarkan putranya itu di tinggal sendiri di atas tempat tidurnya takut jatuh.

"Lihat─" ucapan Karina menggantung di udara melihat siapa yang sedang berdiri di depan pintu. "Ardhani."

Ardhani, laki-laki itu tersenyum. "Hai Rin."

Karina tidak tahu harus mengekspresikan seperti apa lagi hatinya. Setelah permintaan yang dibuatnya tadi siang. Kenapa dia harus kembali bertemu dengan laki-laki ini? Kenapa dia bisa tahu alamat rumahnya? Dia baru saja pindah kemari dan laki-laki ini sudah mengetahuinya.

"Dari mana kamu tahu alamat rumahku." Tanpa basa-basi Karina bertanya.

"Er... itu aku tidak sengaja mengikuti kamu saat pulang tadi siang," jawab Ardhani jujur.

Karina terkesiap. Tidak menyangka kalau Ardhani ternyata membuntutinya.

Melihat ekspresi Karina yang tampak tidak senang buru-buru Ardhani bicara lagi. "Maaf kalau kamu tidak nyaman. Aku terpaksa melakukan ini. Karena aku yakin kamu tidak akan memberitahu alamat rumah kamu."

"Memang untuk apa aku memberitahu alamat rumahku?" tanya Karina.

Tidak tahu kenapa Ardhani bisa melihat perubahan sikap Karina yang dingin kepadanya. Padahal dulu Karina tidak seperti ini. Perempuan itu selalu bersikap manis kepadanya. Ini bukan Karina yang dia kenal.

"Aku hanya ingin bertemu."

"Bukannya kita sudah bicara tadi siang? Tolong jangan mengganggu hidupku lagi, Dhani."

Ardhani mengangguk. "Aku tahu. Tapi aku tidak bisa, Rin. Apa kamu setega itu? Apa kesalahanku separah itu sampai kamu menginginkan aku menjauh? Karena mau bagaimana pun Javas adalah anakku juga, Rin. Dan aku ingin bertemu dengannya, aku merindukannya."

Kedua gigi Karina beradu keras. Tidak tahu lagi bahagaimana cara dia memberitahu Ardhani. "Bertemu dengan Javas? Dengan cara mu seperti ini saja tidakkah kamu berpikir akan ada orang lain yang ikut membuntuti kamu lalu datang kepadaku. Memberikan makian dan hinaan lagi karena tahu kamu masih berhubungan denganku."

Ardhani tahu kepada siapa kalimat itu di tunjukan. "Itu tidak akan terjadi lagi."

Karina mendengus. "Memang siapa yang akan tahu soal itu? Ku mohon, sekali lagi aku mengatakan ini. Pergilah, jangan mengusik hidupku lagi."

Ardhani frustrasi dengan pengusiran yang di lakukan Karina padanya. "Tidak Rin. Aku tidak mengusik kamu, aku hanya ingin bertemu Javas saja. Hanya itu, aku tidak akan menganggu kamu."

Karina tiba-tiba terdiam. Dia ingat kembali apa yang Ersa katakan tadi. Tentang Naura yang akan membutuhkan sosok Ayah di hidupnya. Jadi, apa Karina juga harus mengikuti apa yang dilakukan Ersa? Membiarkan Javas mengenali Ayahnya meski mereka tidak punya hubungan apa pun?

Limerence (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang