LIMERENCE 66

6.8K 851 27
                                    

Update! Jangan lupa vote dan komentarnya ygy❤️ maaf kalo masih ada banyak typo. Selamat membaca😽

Patah hati harusnya terasa menyakitkan bukan? Meratapi atau menangis untuk sesuatu seperti ini sepertinya sudah sangat biasa untuk siapa pun yang baru saja putus cinta karena hatinya terluka. Tapi Ardhani, sehari setelah pengkhianatan yang diberikan Jesica kepadanya, entah kenapa seakan berlalu begitu saja. Dia memang meratapinya. Sedih, kecewa dan terluka sudah pasti di rasakan. Tapi tidak tahu kenapa, rasanya hampa. Entah karena apa, rasanya dia tidak begitu memedulikan patah hatinya yang sekarang sedang ramai dibicarakan.

Banyak orang yang bersimpati kepada Ardhani karena menjadi korban perselingkuhan kekasihnya. Semua orang tahu soal hubungan Ardhani dan Jesica. selain Jesica yang seorang aktris terkenal, mereka juga beberapa kali memamerkan hubungan mereka kepada publik dan sangat wajar kalau skandal ini ramai dibicarakan.

Kehadiran Javas menjadi obat tersendiri untuk Ardhani. Dan kedatangan Karina yang melengkapi membuat Ardhani tidak begitu memikirkan pengkhianatan yang baru saja dia dapatkan. Tidak tahu kenapa, mungkinkah Ardhani selama ini memang sudah tidak mencintai Jesica? atau karena kehadiran Karina dan Javas sudah mengacaukan perasaannya itu kepada Jesica? Ardhani tidak tahu. Dia bahkan masih merasa aneh dengan perasaannya sendiri.

Hubungannya dengan Jesica memang sudah berakhir. Lebih tepatnya Ardhani yang mengakhiri semuanya. Dia sama sekali tidak mau mendengar penjelasan apa pun lagi dari Jesica. walau dia sendiri pernah berbuat salah karena tidak sengaja tidur dengan perempuan lain sampai menghasilkan seorang anak.

Jesica

Angkat teleponku.

Ardhani menatap kosong ponselnya yang terus berdering dan memperlihatkan nama seorang perempuan yang baru saja menyakitinya. Namanya masih tersimpan baik di sana. Ardhani tidak menghapusnya. Jesica, perempuan itu terus menghubunginya seharian ini. Perempuan itu tampak punya banyak waktu, tidak seperti biasanya yang akan sibuk dan tidak sama sekali menghubunginya.

Jesica

Angkat teleponku.

Dhani, ku mohon.

Maafkan aku.

Aku tidak bermaksud menyakiti kamu.

Aku tidak sengaja melakukan ini. James yang memulainya.

Dhani, angkat teleponnya.

Ardhani mendesah. Membiarkan benda persegi itu tetap menyala dan membunyikan deringnya yang lama kelamaan mulai mengganggu penghuni yang hendak memulai tidurnya.

"Bisakah kamu menerima panggilan itu?"

Ardhani menoleh ke belakang. Tidak jauh dari tempat dia duduk, Karina berdiri sembari melipatkan kedua tangannya di dada. Wajah perempuan itu terlihat masam, sepertinya dia benar-benar terganggu dengan dering ponsel yang terus berbunyi.

"Loh? Kamu belum tidur."

Karina memutarkan kedua bola matanya malas. "Kamu pikir siapa bisa tidur di saat suara dari ponsel itu terus saja berbunyi?" tanya Karina, kesal.

Ardhani mengerjap, laki-laki itu melihat benda persegi itu dengan cepat mengambilnya. "Oh, maafkan aku. Aku pikir suaranya tidak sampai ke sana."

Karina berdecak. "Jarak dari sini ke kamar sudah jelas sangat dekat."

Ardhani memberikan cengiran canggungnya. Dia memang tidak berpikir kalau dering ponselnya akan terdengar sampai ke kamar di mana Karina dan Javas tidur.

"Maafkan aku, aku akan mematikannya," kata Ardhani akhirnya.

Karina mendesah. "Aku pikir itu tidak akan berhasil. Kenapa kamu tidak coba untuk menerima panggilan itu? Siapa tahu itu penting."

Limerence (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang