LIMERENCE 67

6.7K 839 33
                                        

Guys, buat yang penasaran sama cerita Bos Willy di tempat kerja Karina. Kalian bisa langsung kepoin ceritanya di profil ya, judulnya Reaching dream with Bos! Yuk ramaikan ceritanya mumpung masih anget😽

Hubungan Ardhani dan Karina mendadak menjadi canggung. Pertengkaran mereka semalam tidak selesai seperti yang seharusnya. Setelah Karina memilih mengalah dan kembali ke kamar, tidak ada lagi pembicaraan yang bisa menyelesaikan permasalahan mereka. Ardhani juga tidak ada inisiatif untuk pergi mengejar Karina untuk menyelesaikan permasalahan mereka yang seharusnya tidak perlu di besar-besarkan.

Mungkin tampak sepele. Ardhani tidak tahu kenapa Karina harus membahas soal Jesica lagi. Apa lagi sekarang hubungannya dengan Jesica baru saja berakhir. Dia juga tidak tahu kenapa harus se-emosional itu semalam. Ketika Karina terus saja membahas Jesica dan menyalahkan dirinya, Ardhani semakin merasa bersalah kepada dirinya sendiri karena harus menempatkan Karina di posisi serba salah seperti ini. Karina terus saja memintanya untuk menjauh, sementara Ardhani sudah jelas tidak akan bisa melakukannya. Kepergian Karina dan Javas kemarin yang tanpa kabar membuat Ardhani hampir gila.

Ardhani mengacak-acak rambutnya. Semalam dia benar-benar tidak bisa tidur. Masalah dengan Jesica yang terus saja meneleponnya belum selesai, sekarang Karina menambahi dengan masalah lain.

"Kenapa cepat sekali datangnya pagi," omel Ardhani. Dia mendadak tidak suka pagi hari.

Laki-laki itu mendesah. Karina dan Javas masih ada di sini tapi Ardhani tidak tahu bagaimana cara dia menghadapinya. Permasalah semalam benar-benar membuat Ardhani pusing.

Ardhani bangun dari tempat tidurnya. Masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah itu dia langsung keluar untuk bergabung sarapan pagi bersama Kakaknya. Mungkin mereka akan bertanya-tanya dengan tingkah Ardhani dan Karina nanti, tapi Ardhani mencoba untuk biasa saja.

Berjalan ke ruang makan. Dahi Ardhani mengerut melihat Ivander yang sedang sibuk memasak sementara istrinya sedang bermain-main dengan Javas yang sudah sangat rapi.

"Sarapannya belum jadi?" tanya Ardhani. Laki-laki itu mengedarkan pandangannya, mencari sosok perempuan yang semalaman dia pikirkan.

"Sungguh tidak tahu diri. Sudah menumpang di rumah orang, meminta sarapan juga. Buat sendiri sana," omel Yiska.

Ardhani mendengus. "Jahatnya. Padahal tidak ada salahnya berbagi dengan adik sendiri."

"Ya, ya, ya. Kita memang harus berbagi dengan orang susah."

Ardhani mendesah. Laki-laki itu tidak menghiraukan hinaan Kakak iparnya yang sudah menjadi makanan sehari-seharinya. Ardhani kembali mengedarkan pandangannya, mencari-cari sosok Karina yang tak kunjung menampakkan batang hidungnya.

"Ke mana Karina?" tanya Ardhani.

Yiska mendengus. "Makanya tidur itu jangan kayak orang mati. Karina sudah pergi ke tempat kerja."

Ardhani terkesiap. "Dia sudah pergi? Kapan?"

"Sudah dari tadi, mungkin sekarang sudah sampai."

Ardhani masih tidak percaya. "Bagaimana bisa? Apa dia tidak sarapan dulu?"

"Sudah, dia juga sudah memberikan Javas makan. Lihat si tampan ini, benar-benar sudah keren dan harum sekali," goda Yiska, menatap Javas gemas.

Bahu Ardhani terjatuh lemas. Kenapa Karina sudah pergi sepagi ini? Padahal Ardhani ingin mengantarkannya pergi. Sepertinya pertengkaran semalam bukan sesuatu yang sepele. Buktinya sekarang Karina dengan terang-terangan seperti sedang menjauhinya.

Yiska menoleh ke arah Ardhani yang tampak lemas. "Kenapa? Kalian ada masalah."

Ardhani tersadar. Dengan cepat laki-laki itu merubah ekspresinya. "Tidak ada."

Limerence (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang