LIMERENCE 40

10.9K 925 25
                                        

Udpate! Jangan lua vote dan komentarnya. Terima kasih 😽

🌼🌼

Karina mendadak tidak enak dengan ucapannya kepada Ardhani tadi. Seolah-olah dia menjauhkan Ayah untuk tidak lagi menemui anaknya. Sementara si Ayah tampak senang bisa bertemu lagi dengan anak itu. Ya, itu terdengar egois.

Mendengar bagaimana Ardhani mencarinya dan Javas membuat hati Karina sedikit lega. Meski pun niatnya hanya ingin mencari Javas, berarti Ardhani memang peduli kepada anak mereka. Sayangnya Karina hanya mencoba berpikir sedikit waras.

Meski pun sekarang dia sudah tidak lagi memikirkan Ardhani. Tetap saja, kehadiran Ardhani di hidupnya akan kembali menganggu. Karena akan ada hati yang terluka dan kembali kecewa melihat Ardhani dekat meski hanya dengan Javas. Belum lagi Ibu Ardhani yang mungkin akan kembali menghinanya walau Karina sudah mempersiapkan segalanya jika hal itu terjadi lagi.

Tetap saja, Karina hanya ingin hidup damai. Kembali ke kota ini bukan untuk bertemu Ardhani atau mencari masalah baru. Dia hanya ingin memulai hidup baru di tempat yang dia kenal. Dengan beberapa teman yang masih setia di sampingnya bagaimana pun posisi dirinya.

Karina menatap Javas sedih. "Apa Ibu egois menjauhkan kamu dari Ayah kamu, Nak?" tanya Karina, sedih.

Dia menginginkan kebahagiaan Javas. Karena semakin hari Javas akan semakin besar. Melihat bagaimana dia di besarkan sekarang, suatu saat Javas pasti akan menanyakan keberadaan Ayahnya. Dan saat itu, Karina harus menemukan jawabannya.

Jika Karina memberitahu kalau Ardhani Ayahnya. Javas mungkin akan bertanya-tanya tentang keberadaannya dan alasan kenapa Ardhani tidak bersamanya. Hal seperti ini saja harusnya tidak perlu Karina pikirkan, tapi dia tetap selalu memikirkannya.

"Rin, maafkan aku. Karena aku kamu harus bertemu dengan laki-laki bajingan itu," ucap Ersa, tidak enak.

Melihat Karina yang pergi begitu saja sembari mendorong Javas di kereta Bayi, Ersa langsung pergi menyusulnya. Mengabaikan Sadwa yang belum selesai dengan ucapannya.

"Ini bukan salah kamu. Lagi pula kan aku yang menginginkan jalan di taman karena sudah sangat lama sekali tidak ke sana," balas Karina.

Ersa mendesah. "Harusnya aku larang saja. Biar kita bicara di sini saja kalau tahu akhirnya kamu bertemu dengan Ardhani."

Karina tersenyum kecil. "Tidak ada yang bisa menghentikan takdir. Lagi pula sekeras apa pun aku menghindar, suatu saat kami pasti akan bertemu. Apa lagi kita tinggal satu kota."

"Itu dia. Kenapa kamu malah kembali ke Kota ini dan tidak pindah ke Kota lain?" tanya Ersa.

Karina terdiam beberapa detik lalu menjawab. "Mau bagaimana lagi. Ini satu-satunya Kota yang aku tempati setelah berhasil keluar dari panti asuhan. Aku tidak biasa berada di tempat asing karena terlalu menakutkan. Lagi pula, di sini aku masih punya teman yang aku kenal."

Ersa membuang napas beratnya. "Itu memang cukup sulit. Aku bisa mengerti kegelisahan kamu karena aku pernah berada di posisi kamu."

"Dan kamu perempuan yang hebat karena bisa melalui itu semua."

Ersa mendengus. "Tidak semudah itu. Tapi yah, seperti yang kamu lihat aku bisa melakukannya," kata Ersa, tersenyum. "Dan kamu juga harus seperti aku. Kamu juga harus bisa melewati semua ini meski akan ada banyak penderitaan yang datang. Tidak perlu sedih, ingat. Ada aku dan yang lainnya yang akan mendukung kamu."

Karina tersenyum kecil. "Aku tahu. Itu alasan kenapa aku masih ingin kembali ke Kota ini meski menyakitkan. Maaf kalau aku lagi-lagi harus bergantung kepada kalian semua. Tapi aku janji tidak akan merepotkan."

Limerence (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang