LIMERENCE 14

7.5K 846 26
                                        

Update! Jangan lupa vote dan komentarnya ya( ˘ ³˘)♥

❤️❤️

Karina berteriak,mengacak-acak rambutnya gusar. Fakta kehamilan yang tidak pernah dia pikirkan sebelumnya membuatnya histeris. Bahkan semua ini hanya sebuah kesalahan, dan kesalahan yang dia buat sendiri. Kesalahan yang harusnya sudah selesai dan di lupakan tanpa sisa. Lantas kenapa harus membuahkan hasil yang tak di inginkan? Setelah ini, bagaimana Karina menjalani hidupnya? Gosip kehamilannya di Bar sudah beredar luas. Dengan enteng Karina menyangkal gosip konyol itu tapi malah menjadi kenyataan.

"Rin, Rin kamu jangan seperti ini Rin." Ersa masih mencoba menenangkan Karina yang sedang mengamuk.

Tidak lama pintu terbuka, seorang laki-laki dan perempuan masuk ke daalam. Mereka dibuat terkejut dengan kondisi kamar yang sudah sangat berantakan. Dan Karina juga yang keadaannya sudah sangat tidak baik.

"Kai, kemari. Tolong aku," seru Ersa saat matanya menangkap sosok Kai di depan pintu kamar.

Tentu saja dengan cepat Kai berjalan ke arah tempat tidur. Dengan sigap laki-laki itu menarik tangan Karina yang sedang mengacak-acak rambutnya frustrasi.

"Rin, sadar. Kamu harus tenang," seru Kai.

Mendengar suara lain di kamarnya Karina langsung mendongak. Wajahnya yang berantakan kembali mengeluarkan isak tangis yang lebih besar. "Kai, bagaimana ini? Aku hamil, Kai. Aku hamil."

"Aku tahu, karena itu kamu tolong tenang dulu."

Karina menggeleng kencang. "Aku tidak bisa, Kai. Kenapa aku harus hamil? Kenapa semuanya harus seperti ini Kai? Apa Tuhan segitu membenci aku sampai membuat hidupku hancur?" raung Karina menyayat hati.

Kai menggeleng. "Tuhan tidak membenci kamu, Rin."

"Lalu kenapa dia harus memberikan aku cobaan seperti ini ketika aku sudah mulai melupakan segalanya!? Kenapa aku harus hamil? Ini kesalahan, ini sebuah kesalahan besar yang aku buat. Kenapa harus seperti ini!" Karina menjerit histeris. Dia terus menangis.

Karina merutuki dirinya sendiri. Mencoba tidak menyesali apa yang sudah dia lakukan dengan Ardhani tidak menampik ada rasa bersalah di dalam hatinya. Karena dia juga melibatkan Ardhani yang tidak tahu apa-apa untuk perasaan bodohnya. Dan sekarang, dia harus diberi kesalahan lain. Dia diberi anak yang bahkan seumur hidupnya belum dia pikirkan. Mengingat dirinya sendiri tinggal dan besar di Pantiasuhan membuat Karina tidak ingin mengulang sesuatu yang sama tanpa orang tua.

"Ini bukan kesalahan, Rin. Ini anugrah dari Tuhan. Kamu harusnya senang," Tiara yang sedari tadi menonton akhirnya mencoba menenangkan.

Karina menggeleng. "Ini bukan anugrah, ini karma. Ya, ini karma aku yang tidak tahu malu sudah memanfaatkan orang lain."

"Tidak, ini bukan karma Rin. Jangan berpikir seperti itu," desis Kai.

"Memang ini karma, Kai. Ini aib yang akan membuat hidupku semakin hancur. Tidakkah aku bisa bahagia seperti orang lain Kai? Kenapa Tuhan selalu membuat aku berantakan?" tanya Karina terisak-isak.

"Tidak, kamu jangan berpikir seperti itu, percayalah semuanya akan baik-baik saja," kata Kai, memeluk Karina untuk menenangkan perempuan itu.

Ersa yang sedari tadi menjadi penonton cukup tersentuh dengan sikap Kai yang mencoba menangkan Karina. Di Bar, Kai tidak pernah menunjukkan kehangatannya kepada Karina atau orang lain. Ini pertama kalinya Ersa melihat Kai yang begitu baik. Meski dia bingung kesalahan apa yang sudah dibuat Karina sampai perempuan itu begitu histeris.

Sekian lama mereka hening dengan keadaan, isak tangis Karina sudah tidak lagi terdengar. Perempuan itu tertidur di pelukan Kai. Dengan gerakkan pelan, Kai memindahkan posisi Karina agar tidur nyaman di atas tempat tidur. Sepertinya Karina kelelahan karena sedari tadi tidak berhenti mengamuk dan menangis.

Limerence (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang