LIMERENCE 44

8K 854 18
                                        

Jangan lupa vote dan komentarnya ya gaiss❤️

🌼🌼

Ancaman yang Karina dapat dari Jesica membuatnya tidak bisa fokus bekerja. Karina terus memikirkan semua omongan Jesica yang seharusnya tidak dia pikirkan karena dia tidak melakukan kesalahan apa pun. Tidak atau kembalinya dia ke kota ini tidak ada hubungannya dengan Ardhani atau hubungan percintaan laki-laki itu dengan Jesica. Bahkan Karina sudah melupakan soal perasaannya.

Tapi tetap saja. Ekspresi benci yang Jesica berikan untuknya membuat Karina lagi-lagi goyah. Dia mengiyakan apa yang Jesica katakan tentang dia yang seharusnya tidak kembali, menghilang selamanya atau mati saja kalau bisa.

Ya, mungkin Karina akan melakukannya jika tidak ada orang yang mendukungnya. Karena ada Kai dan Tiara di sampingnya, hidupnya bisa tertolong. Dan juga Javas, dia lah satu-satunya alasan Karina bertahan dan semangat kembali menata hidupnya.

"Apa yang sedang kamu pikirkan?"

Karina terkesiap, dia menoleh menatap Glara yang biasa di panggil Ara si pastry chef muda yang bekerja di tempatnya bekerja, sedari tadi duduk di sampingnya. Mereka sedang berada di halte untuk menunggu kendaraan umum yang akan membawa mereka pulang.

"Apa?" tanya Karina bingung. Pertanyaan tiba-tiba Ara membuat Karina tidak mengerti.

"Aku tahu kamu sedang memikirkan sesuatu. Setelah si seleb itu keluar dari toko, kamu jadi banyak diam," jawab Glara.

Karina mengerjapkan matanya beberapa kali. Dia tidak sadar dengan perubahannya yang begitu kentara. "Ah, itu aku tidak apa-apa."

"Kamu yakin? Perempuan itu juga sepertinya kenal kamu ya." Glara kembali menyinggung tentang Jesica yang menyapanya di toko tadi.

Karina tidak ingin menjawabnya. Tapi rasanya dia tidak sopan. Membalas pun dia kebingungan. Karina tidak mungkin menceritakan hubungannya dengan Jesica kepada Glara.

"Ah, hanya kebetulan tahu saja. Dulu aku pernah bekerja di Bar. Dan Jesica beberapa kali sering ke sana," jawab Karina. Tidak ada yang salah, jawabannya memang benar. awal mula Karina tahu Jesica dan Jesica tahu dirinya berawal dari Bar.

Glara mengangguk-anggukan kepalanya. "Ternyata dia ramah juga mau menyapa kamu."

Karina tersenyum tipis. Mungkin memang benar Jesica ramah kepada semua orang atau penggemarnya. Tapi sapaan yang di ucapkan nya tadi sudah jelas bukan kalimat akrab.

"Ah, kendaraannya sudah datang." Karina langsung bangkit dari duduknya melihat sebuah kendaraan jurusan ke kontrakannya mendekat. Karina menoleh ke arah Glara. "Kamu ikut Ara?"

Glara menggeleng. "Kita beda arah."

Karina mengangguk mengerti. "Kalau begitu aku pamit duluan ya."

Glara mengangguk. "Ya, hati-hati."

Karina tersenyum lalu mengangguk. Masuk ke dalam angkot yang berhenti di depannya. Seperti biasa sore seperti ini akan terisi penuh karena ada banyak pekerja yang juga baru pulang.

Karina melihat jam tangan yang menunjukkan pukul lima sore. Dia merogoh ponselnya di dalam tas untuk menghubungi Ardhani.

Aku sudah pulang. Bisakah kamu antarkan Javas pulang?

Sayangnya pesan singkatnya itu tidak langsung di balas oleh Ardhani. Karina tidak mau memikirkannya, mungkin laki-laki itu sedang sibuk atau sedang asyik bersama Javas. Tidak apa-apa, Karina juga harus membersihkan tubuh dan rumah terlebih dahulu sebelum akhirnya kembali bertemu dan mengurus Javas.

Limerence (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang