Update! Terima kasih buat yang mau baca cerita ini yaaa❤️ love banyak2 buat dukungan kalian❤️
🌼🌼
Kalimat hiburan yang diberikan teman-temannya tentu saja tidak merubah apa pun untuk Karina. Memang benar rasanya begitu naif mencoba bahagia melihat orang yang dicintai bahagia bersama orang lain. Seperti kata mutiara yang mengatakan cinta tidak harus memiliki. Nyatanya, itu hanya sebuah omong kosong. Semua orang ingin memiliki cinta itu. Tidak bahagia melihat orang yang dicintai bersama orang lain. Tapi apa boleh buat? Memang apa yang bisa dilakukan selain melepaskan orang itu bahagia? Tidak ada yang bisa dilakukan selain diam dan patah berkali-kali melihat kebahagiaan itu.
Seperti apa yang Karina rasakan sekarang. Tapi sesuai janjinya semalam, dia akan mencoba melupakan Ardhani. Karina sudah berbuat dosa besar, bercinta dengan laki-laki yang kehilangan kesadaran demi keegoisannya sendiri. Bahkan dia rela kehilangan kehormatannya hanya demi memiliki Ardhani meski hanya satu malam.
"Rin, kamu benar tidak apa-apa? Wajah kamu makin pucat loh. Lebih baik istirahat saja. Lagi pula sebentar lagi pulang." Kata Ersa. Semakin cemas melihat kondisi Karina yang semakin lama semakin kelelahan.
"Aku tidak apa-apa, Sa." Karina membalas dengan nada meyakinkan Ersa bahwa dia baik-baik saja.
Ersa berdecak. "Apanya yang baik-baik saja. Wajah mu sudah hampir mirip terigu tahu! Istirahat saja sana."
"Tapi pekerjaannya masih belum selesai," ucap Karina.
Ersa mendesah panjang. "Jangan pikirkan pekerjaan. Semuanya akan aku dan Riz selesaikan. Sekarang sebaiknya kamu istirahat ke belakang. Jangan memaksakan diri, wajah mu bahkan terlihat seperti mayat hidup."
"Tapi─"
"Ish, kenapa kamu susah sekali sih, Rin," kesal Ersa. Menggandeng satu tangan Karina. Memaksa perempuan itu untuk mengikutinya ke belakang. Jika tidak dipaksa, Karina akan tetap memaksakan diri untuk bekerja. Padahal semua orang tahu Karina tidak baik-baik saja sekalipun wanita itu menegaskan kalau dia tidak apa-apa.
Ersa memaksa Karina duduk di belakang lemari botol minuman yang di pajang dekat meja Bar. "Nah sekarang duduk saja di sini. Ingat, duduk. Awas kalau kamu berani pergi ke sana lagi."
Karina mendesah. "Kenapa kalian berlebihan sekali sih. Padahal aku benar tidak─"
"Hust! Sudah jangan banyak protes. Duduk di sini," peringat Ersa. "Kai, tolong jaga Karina. Awas kalau dia sampai bekerja. Wajahnya sudah seperti terigu."
Kai mengangguk lalu menatap Karina yang mendesah lelah melihat kecemasan Ersa yang berlebihan. Mungkin tidak, karena itu bentuk kepedulian mereka kepada kesehatan Karina. Sebenarnya, Karina juga lelah. Dia ingin istirahat, tapi situasi yang memaksanya untuk terus bekerja sampai dia benar-benar lelah. Bukan karena Karina terlalu rajin, tapi dia mencoba mengalihkan perhatian dari kemesraan yang dibuat Ardhani dan kekasihnya. Karina mencoba tidak melihat Ardhani yang terus saja tertangkap pandang matanya.
"Seandainya di sini ada borgol, sudah aku borgol kamu Rin," kata Ersa. "Aku balik kerja dulu."
Karina tidak bisa berbuat apa-apa selain mengangguk. Menatap kepergian Ersa dengan helaan napas berat.
"Sebaiknya kamu pulang saja, Rin." Kai tiba-tiba berbicara.
Karina menatap Kai bingung. "Mana bisa. Ini belum waktunya pulang."
Kai mengangguk. "Memang belum. Tapi sepertinya tidak apa-apa kalau kamu pulang lebih dulu. Kondisi kamu sudah sangat mengerikan sekarang."
Karina mendengus mendengar pengakuan Kai. "Kenapa? Aku baik-baik saja. Bahkan aku masih punya banyak tenaga untuk menghajar kamu."
![](https://img.wattpad.com/cover/294641510-288-k502705.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Limerence (TAMAT)
RomanceKarina harus menerima pil pahit ketika Dokter memberi tahu bahwa dirinya positif hamil. Fakta tentang kehamilan yang terjadi karena one night stand juga atas kesalahannya membuat Karina berantakan. ** Semuanya berawal ketika malam itu. Di mana Ardha...