"Garnet, pastikan semuanya dalam kendali, dan jangan ada yang menggangguku selama aku menyelesaikannya," ujar seorang pemuda dengan pakaian santainya yang hanya mengenakan kaos dan celana pendek, duduk pada kursi andalannya yang selalu ia gunakan ketika sudah masuk dalam ruang kerja nya itu.
{Baik, Bos.}
Jari jemari pemuda itu seketika bergerak dengan cepat pada keyboard yang ada di depannya, belum lagi dengan maniknya yang menatap fokus pada beberapa layar yang ada di hadapannya itu.
(Suara alarm berbunyi)
"Garnet bisakah kau hentikan masalah nya, agar alarm itu tak berbunyi keras? Kau memecah konsentrasiku!" pekik Philip yang tak ingin di ganggu sama sekali.
{Baik, Bos.}
Tak lama setelah nya Garnet yang di mana sebenarnya adalah sosok AI (Artificial Intelligence) yang Philip buat dan di sempurnakan setiap waktu nya langsung melakukan yang Philip katakan tentunya.
{Bos, Mr. Veer berhasil melewati sistem keamanan, kau tak dapat menghindar, dalam hitungan mundur di mulai dari sepuluh, Mr. Veer akan datang.}
'Damn it!'
"Garnet! Bisakah kau lebih serius? aku sedang memberi hukuman, bukankah sudah ku ka—"
(Suara alarm semakin berbunyi keras)
Philip menggantung kalimat nya ketika mendengar bunyi alarm yang ada di dalam ruangannya semakin keras.
Degup jantung seperti orang yang tengah berlari, berpacu cepat dan tentu saja sudah dapat dipastikan memecah konsentrasi nya.
Garnet yang ia harapkan tak menjawab perkataan Philip, melainkan sang AI justru telah menghitung mundur seperti yang di katakan oleh Garnet sebelumnya.
{Sepuluh ... sembilan ... delapan ... tujuh ... enam ... lima ... empat ... tiga ... dua ... satu.}
Tok Tok Tok
"Philip."
Deg!
Philip memutarkan maniknya malas. Mau tak mau ia terpaksa membuat sebuah kode layak nya sebuah virus pada sistem pengamanan yang sedang ia retas, guna menunda sejenak pekerjaannya tersebut, sebelum melangkah menuju pintu ruangan itu.
Ceklek
"Philip, aku ingin bicara dengan mu," ujar Veer tanpa basa basi pada putranya itu.
Secara acuh tak acuh Philip hanya asal menganggukan kepala nya, dengan maniknya yang beberapa kali sibuk menatap layar komputer, dimana posisi nya saat ini sebenarnya cukup jauh dari layar komputer tersebut.
"Katakan."
Hanya satu kata tanpa emosi yang di berikan oleh Philip pada Veer.
Berbanding terbalik dengan Philip, Veer dengan wajah yang sumringah, bagaikan ia baru saja mendapatkan sebuah hadiah besar langsung menyambut Philip dengan kalimat tak terduga.
"Aku menemukan orang yang cocok menjadi pasangan mu, jadi sebaiknya kau menikah dalam waktu dekat, apakah kau setuju?"
Pertanyaan tanpa basa basi langsung terlontar begitu saja dari belah bibir Veer tanpa memikirkan situasi, dan perasaan putranya itu.
Ia terlampau excited dengan ide yang baru saja ia usulkan pada putranya itu.
Jika selama ini Veer termasuk tak terlalu mengganggu hidup Philip dengan banyak nya tuntutan pada putranya, di luar meminta Philip untuk masuk ke perusahaan nya, maka hal yang ia lakukan terbilang langka, dan jika meminta Philip bergabung di perusahaan nya termasuk tuntutan serta mencampuri hidup Philip, maka yang ia lakukan saat ini terbilang kali kedua untuk nya mencampuri urusan putra semata wayang nya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misanthropy Vs Philanthropy [END]
RomanceBlurb : Pernahkah kalian menyadari bahwa ada segelintir orang yang menganggap bahwa manusia hanyalah pengganggu, dan penuh kemunafikan? Manusia umum nya tentu saja akan bergantung satu sama lain dengan manusia lainnya, karena bagaimanapun juga man...