Bab 61| Acara Lelang (4)

36 23 0
                                    

Selama beberapa jam acara berlangsung Misca belum menyadari bahwa suami nya tak berada di sana, hingga sampai dimana barang yang akan di lelang oleh suaminya kini telah berada di tengah podium.

Secara sadar manik Misca mengedarkan ke segala penjuru mencari sosok suaminya itu. Beberapa kali ia mengedarkan pandangannya ke arah bangku tamu, ia tak menemukan sosok suaminya itu.

Hatinya yang semula tak merasa resah, kini mulai merasa resah dan khawatir.

"Dad, apakah Daddy melihat Philip?" tanya Misca pada akhirnya pada sang Parvez yang berada di sampingnya itu.

Spontan Parvez yang semula fokus dengan acara berlangsung, kini menatap ke arah Misca.

"Ada apa?" tanya Parvez lebih dahulu, tak memahami maksud dari kalimat Misca.

Misca menghela nafasnya pelan. Ia tahu betul jika Parvez saja mengatakan demikian, maka sudah dapat di pastikan jika Parvez tak tahu menahu.

Rasanya ingin sekali Misca turun dari bangku nya dan mencari kehadiran Philip yang kini tak ada di antara para tamu yang hadir, hanya saja mengingat ada sang ayah, dann juga para koleganya disana ia memilih untuk mengulur waktu dan mengedarkan maniknya ke arah seluruh penjuru di dalam gedung itu.

Setelah sepuluh menit berlalu, sosok yang di cari Misca justru hadir dengan santai kembali ke tempat duduknya sebelumnya.

Dengan susah payah Philip menggerakkan bibirnya seolah memberitahu pada Misca semuanya baik baik saja.

Misca menghela nafasnya pelan. Ada perasaan lega yang kini ia rasakan.

Jika saja lebih dari sepuluh menit Philip tak mengabari nya, maka sudah di pastikan Misca akan beranjak dari bangku nya dan mencari sosok kesayangannya itu.

Bisa saja ia tak memedulikan lagi akan bagaimana reaksi para tamu jika mereka mengetahui siapa sosok laki laki yang menjadi suami dari Misca.

'Aku tak menyangka istriku akan khawatir dengan ku, hanya karena aku tak berada di ballroom ini.' Monolog Philip dalam benak dengan hati yang senang.

Baru kali ini ia merasa bahwa ada orang yang menganggap dirinya benar benar membutuhkan dirinya, bahkan khawatir padanya.

Memang benar saat Ibu nya masih ada ia merasakan hal itu, hanya saja setelah Ibunya tiada semua kemarahan dan kebencian yang sebelumnya ia berusaha menekannya tak lagi dapat ia tahan, untuk itu selama lima belas tahun terakhir ia hanya sibuk dengan semua dunia nya sendiri, dimana menurut nya hanya segelintir orang yang dapat ia percaya.

'Mom, apakah kau dapat melihat bahwa aku sudah bahagia?' Monolog Philip dalam benak, mendadak mengingat sosok sang Ibu.

.
.

Acara lelang berlangsung lebih dari dua jam. Jujur saja rasanya Philip sudah tak sanggup berlama lama disana.

Semakin lama ia berada di sana, maka semakin dirinya kembali menyaksikan orang orang yang menurutnya patut ia benci dan seharusnya tak berada di sana.

'Calm down Philip, hanya tinggal sebentar.'

Philip berusaha menahan dirinya agar tetap bertahan pada situasi yang tak ia suka.

Hanya saja waktu yang terus berjalan membuat dirinya dengan terpaksa mengetikkan sebuah pesan pada Misca bahwa dirinya akan menunggu gadis itu di luar.

Tak lama setelah mengetikan pesan tersebut Philip segera keluar.

Rasa sesak semakin terasa oleh nya, untuk itu sesampainya di luar ballroom pemuda itu segera membuka jas yang ia kenakan, dan membuka satu kancing kemeja nya yang menurutnya mengganggunya.

Misanthropy Vs Philanthropy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang