Bab 68| Terpaksa Pulang

52 23 0
                                    

Wajah panik dan rasa khawatir jelas terlihat pada wajah Philip di saat ia menyaksikan betul kepanikan Brady pada tangkapan layar di hadapannya ketika sedang memastikan keadaan Misca yang berada di kamarnya.

Degup jantungnya semakin berdetak cepat. Sungguh ia merasa tak nyaman berada jauh dari istrinya.

Kepalanya terasa semakin berdenyut memikirkan tindakan apa yang sebaik nya ia ambil saat ini.

Di saat ia masih berusaha berfikir keras mempertimbangkan langkah selanjutnya.

Suara panggilan telefon tiba tiba memecah suasana. Philip segera mengangkat telefon tersebut.

"Hallo."

"Hallo Philip, sebaiknya kau tinggalkan pekerjaan mu jika kau benar benar mencintai adikku."

Sebuah kalimat yang terdengar mengancam dirinya.

Brady tak mungkin mengatakan hal semacam itu jika Misca dalam keadaan yang bisa di atasi oleh pemuda itu.

Apakah Misca benar benar tak baik baik saja?

Seketika dirinya merasakan nyeri di hatinya. Apakah ia telah gagal menjadi suami Misca? Apakah ia terlalu mengecewakan Misca?

Hal hal semacam itu yang kini bersemayam di kepalanya memikirkan hal apa yang sebenarnya telah salah ia lakukan.

Dengan hati hati dan cepat dalam mengambil tindakan Philip memutuskan untuk mengatakan pada Brady bahwa ia akan segera pulang.

Ia tak memedulikan lagi bagaimana tanggapan Misca jika melihat tangannya yang terluka, atau pun hal lainnya.

Ia hanya memikirkan kondisi Misca yang saat ini ia belum dapat kembali melihat wajah sang istri.

"Itu bagus, aku dan Misca akan menunggu mu, dan ingat ... aku berharap kau tak mengecewakan adikku."

Lagi lagi Philip hanya dapat mengiyakan perkataan Brady, dan tak lama setelah memutuskan telefonnya dengan Brady barulah Philip bergegas keluar dari ruang rahasianya dan menuju parkiran untuk mengendarai mobil miliknya.

Jujur saja ia tak tenang sama sekali. Menyalahkan diri sendiri adalah hal yang di alami oleh Philip saat ini.

***

"Apa yang terjadi?" tanya Brady pada seorang dokter yang baru saja memeriksa Misca.

Dokter tersebut terdiam, dan menatap wajah Brady seksama.

"Saya kurang yakin, adik anda harus di periksa lebih jauh, hanya saja sebaiknya untuk sementara saya akan memberikannya vitamin, dan juga lebih baik banyak istirahat, serta besok memeriksa nya kembali ke rumah sakit."

Brady mengerutkan keningnya bingung.

"Apa maksud mu? Mengapa kau tak yakin dengan hasil pemeriksaanmu itu? Adikku mengatakan bahwa ia sakita perut, apakah ada masalah dengan lambung adikku atau mungkin semacamnya?" tanya Brady kembali mencoba menggali lebih jauh atas jawaban yang di berikan oleh dokter tersebut.

Lagi dan lagi jawaban yang di berikan oleh dokter itu hasil nya tetaplah sama.

Brady memijit keningnya pelan. Ia sangat kesal dengan jawaban ambigu yang menurutnya bukan lah sebuah jawaban.

"Mengapa kau mempersulit jawaban yang seharusnya mudah ku mengerti?" Lirih Brady yang semakin kesal.

"Maaf."

Hanya satu kata itu yang justru Brady dengar.

Brady memejamkan maniknya, dan mengambil nafasnya dalam dalam berusaha kembali mengontrol emosi nya yang kian meledak ledak.

Misanthropy Vs Philanthropy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang