Sepanjang perjalanan menuju An's Lounge and Bar hati Misca merasa tak tenang. Entah lah jika biasanya ia akan merasa baik baik saja dan tak merasa aneh jika sesekali temannya meminta bantuan padanya, baru kali ini ia merasa bahwa apa yang ia lakukan adalah salah.
Ia bukan lagi seorang wanita yang dapat keluar bebas, tetapi kali ini ia sudah memiliki suami yang dimana ia harus mengatakan apapun yang ia lakukan atas status barunya itu.
Dengan segala pertimbangan, pada akhirnya Misca memberikan sebuah pesan singkat pada suaminya. Ia tak tenang jika ia belum memberikan sebuah pesan pada suaminya itu.
Setelah memberikan pesan itu barulah Misca dapat sedikit merasa lega. Paling tidak untuk sementara ia telah memberitahu pada suaminya atas kepergiannya dari kamar nya itu.
'Sebenarnya meeting seperti apa yang di lakukan larut seperti ini? Dia tak terlibat dengan suatu hal yang menyeramkan bukan? Mungkinkah dia membutuhkan ku untuk bernegosiasi?' Monolog Misca dengan segala pemikirannya yang melayang kemana mana.
Tak sampai 30 menit ia telah sampai di An's Lounge and Bar, berhubung malam ini jalanan telah lengang dan sepi.
Ia turun dari taksi yang ia tumpangi, dan merapatkan mantel yang ia gunakan untuk menutupi tubuhnya.
Tanpa berprasangka macam macam pada teman nya, Misca pun langsung masuk ke bar tersebut, dan mencari nomer ruangan yang telah di beritahu oleh Adelaide sebelumnya.
'103, apakah itu ruangannya? Dimana Adelaide? Mengapa aku tak melihat nya di sekitar sini?' Monolog Misca, dan tak lama segera mengambil handphone nya untuk kembali menghubungi temannya itu.
Satu panggilan ...
Tak ada jawaban dari Adelaide.
Misca tentu saja tak menyerah akan hal tersebut, untuk itu gadis itu memilih untuk menelfon Adelaide kembali.
Untuk kedua kalinya Adelaide pada akhirnya mengangkat panggilan dari Misca.
Misca dengan cepat menanyakan keberadaan Adelaide, yang nyatanya Adelaide membeitahu padanya bahwa ia sudah bersama dengan tamunya.
"Kau yakin benar benar membutuhkan ku? Kurasa kau dapat menyelesaikannya sendiri tanpaku," ujar Misca yang entah mengapa merasa ragu jika ia melakukan yang di katakan oleh Adelaide.
"Jangan begitu, aku membutuhkan mu Misca, kau sahabatku yang tersisa," ujar Adelaide yang mendadak sendu.
Misca yang tak dapat melihat kesedihan temannya pada akhirnya tak dapat menolak, dan menyetujui nya. Lagi dan lagi Misca yang selalu kalah dengan permintaan orang lain padanya.
Dengan segala keraguan, gadis itu masuk ke ruangan dimana Adelaide yang merupakan teman dari Misca berada di sana.
Benar saja ketika gadis itu mengetuk, dan memasuki ruangan tersebut, ada Adelaide dan dua pria lainnya yang duduk berhadapan dengan Adelaide berada di sana.
Tak ada yang janggal di sana, untuk itu Misca berusaha tenang dan memasuki ruangan tersebut.
"Malam, saya teman Adelaide," ujar Misca berusaha tetap sopan dan mendudukkan dirinya pada bangku kosong yang ada di sebelah Adelaide.
Kedua pria yang ada di hadapan Misca dan Adelaide tampak tersenyum ramah pada kedua nya.
"Kau rapat apa malam malam seperti ini? Apa sebenarnya pekerjaan mu? Kau sedari dulu tak pernah memberitahuku," bisik Misca pada Adelaide.
"Bantu aku."
Misca mengerutkan keningnya. Sungguh ia benar benar tak mengerti dengan kalimat yang di lontarkan oleh Adelaide tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misanthropy Vs Philanthropy [END]
RomanceBlurb : Pernahkah kalian menyadari bahwa ada segelintir orang yang menganggap bahwa manusia hanyalah pengganggu, dan penuh kemunafikan? Manusia umum nya tentu saja akan bergantung satu sama lain dengan manusia lainnya, karena bagaimanapun juga man...