Bab 75| Rencana Pram (2)

41 14 0
                                    

Beberapa kali Pram tampak menggertakan giginya itu. Pasalnya setelah menunggu kurang lebih 30 menit atas kabar dari Roy, akhirnya Pram mendapatkan kabar bahwa dirinya benar benar telah di kelabui oleh Philip.

"Roy, apakah kau tak mendengar perkataan ku sebelumnya?" lirih Pram yang kini terdengar penuh luapan emosi pada Roy yang ada di hadapannya itu.

Roy tentu saja mengiyakannya ia tak dapat mengelak atapun menyangkal atas kalimat yang baru saja Roy sampaikan pada Pram.

Pram mengambil nafasnya dalam dalam, dan menghela nya secara perlahan. Jika saja ia tak berada di sebuah lobby hotel, maka sudah dapat di pastikan pemuda yang ada di hadapannya itu tak bisa berdiri tegak saat ini.

"Cari tahu lokasi mereka sekarang, jika kau tak menemukannya dalam waktu dua jam dari sekarang, maka aku meragukan dedikasi mu padaku," ujar Pram pada Roy dengan suara dingin nya.

Roy menganggukan kepala nya. Jujur saja baginya dua jam adalah waktu yang terlalu singkat. Bagaimana ia dapat dengan cepat menemukan jejak Misca dan Philip di saat ia tak menemukan sebuah clue.

Tindakan seperti apa yang harus ia ambil?

Hal semacam itulah yang ada di pemikiran Roy saat ini, hanya saja tentu saja ia tak dapat memperlihatkannya pada sang atasan.

'Sial, mengapa Philip menyadari pergerakan ku? Dia tak menyadari bahwa aku mengenal Misca bukan?' Monolog Pram dalam hati yang sedikit menciut membayangkan Philip sang musuh yang selama ini membayangi nya menemukan hal yang tak di tutupi oleh nya.

Selama Roy mencari tahu keberadaan Philip dan juga Misca berada maka Pram memilih untuk kembali ke kamar nya yang telah di pesan di hotel tersebut.

Ia tak ingin memiliki bayangan bayangan atau pun pemikiran yang semakin lama semakin terasa menyesakkan.

'Calm down Pram, kau masih memiliki kesempatan untuk bisa mendapatkan Misca.'

***

"Beristirahatlah, aku akan merapihkan barang kita terlebih dahulu," ujar Philip pada sang istri nya yang terlihat lelah.

Misca mengerjap kan maniknya pelan. Seingat nya ia sudah berjam jam tidur di pesawat tetapi mengapa dirinya merasa tetap lelah? Apakah ada yang salah denga tubuhnya bukan? Atau ia tak memiliki kelainan ataupun penyakit bukan?

Hal itu yang tampak terbesit di kepala nya sesaat.

Saat itu juga Misca yang memang tak menyukai hal hal negatif kembali berusaha memaksakan dirinya untuk memikirkan hal hal positif.

'Semua itu tak benar, kau baik baik saja, kau hanya memikirkan hal hal yang seharusnya tak penting.'

Kalimat kalimat semacam itu yang berusaha Misca ulang berulang kali.

Hingga...

Wajah Misca sedikit memucat dan degup jantung nya terasa nyeri. Oh ayolah ini bukan saat nya!

Demi menutupi dari suaminya maka gadis itu memilih untuk mendekati ranjang yang berada di sana sembari merebahkan dirinya.

Sungguh ia tak ingin membuat Philip kembali khawatir padanya, hanya karena ulahnya itu.

Dia ingin menjadi gadis yang kuat di mata suaminya!

Tak perlu waktu yang lama, kini Misca telah masuk ke alam mimpinya yang dalam.

Philip yang sedari tadi sibuk merapihkan barang barang mereka, kini perlahan menuju ranjang di mana Misca tengah tertidur jatuh ke alam mimpi nya itu.

Perlahan Philip mengusap pipi Misca lembut dan tak lama ia memeluk tubuh Misca dari belakang merapatkan tubuhnya pada sang istri.

Misanthropy Vs Philanthropy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang