"Kau sudah bangun?" lirih Parvez dengan seorang pelayan di belakangnya memegang nampan berisi makanan dan minuman.
Brady menganggukan kepala nya. Jujur saja ia sedikit malu ketika melihat ayahnya mendapati nya disana.
Tak sadar Brady memberikan sebuah gerakan di mana ia menyentuh selimut nya menanyakan pada sang ayah.
"Ya, kau terlihat lelah di sana," ujar Parvez tenang sembari mendudukkan dirinya di bangku kosong yang ada di sana, "Makanlah," lanjut Parvez kembali sembari memerintahkan pelayan nya untuk menaruh makanan Brady tepat di bangku Brady yang memiliki space kosong di sampingnya.
"Terimakasih," ujar Brady saat sang pelayan menaruh makanannya di samping nya.
Sang pelayan hanya menganggukan kepalanya, dan setelah nya pamit pergi dari hadapannya.
Tak lama setelah nya Brady memakan makanannya setelah sang ayah menatap nya menyuruh makan makanan yang ada di hadapannya itu.
"Seperti nya ada hal penting yang ingin kau katakan padaku bukan?" Lirih Brady sedikit tak nyaman dengan tatapan sang ayah padanya.
Parvez menghela nafasnya pelan, dan menatap Brady lekat.
"Apakah Misca baik baik saja?" tanya Parvez yang kali ini to the point.
"Sudah ku duga."
Brady menatap sang ayah sejenak dan menganggukan kepala nya pelan.
"Lalu, mengapa kau mengatakan kemarin kau menemani nya di rumahnya? Apakah ada masalah di antara Philip dan Misca? Apakah mungkin karena Philip secara terang terangan memberitahu status nya di depan para tamu dan Misca tak terima?"
Hanya sebuah gelengan pelan yang Brady berikan pada sang ayah. Lagi pula pemikiran Parvez tak benar bukan?
"Hubungan mereka baik baik saja, bahkan adikku semakin terlihat bucin padanya, hanya saja Philip yang mendapatkan pekerjaan penting dengan pemerintah membuat nya terpaksa meninggalkan Misca sendiri, untuk itu Philip meminta ku untuk menemani Misca sebentar selama ia tak di rumah."
Rasa lega kini langsung menyelimuti nya. Sungguh rasa khawatir yang sebelumnya ia rasakan kini menghilang seketika.
"Syukurlah, ku kira adikmu berfikiran sempit."
Gelak tawa kini keluar begitu saja dari mulut Brady.
Oh ayolah bagaimana mungkin Misca berfikiran sempit.
Tapi ...
"Ah, Misca pernah berfikiran sempit saat cemburu menghantuinya!" pekik Brady sembari melanjutkan gelak tawanya itu, sedangkan Parvez tentu saja mengerutkan keningnya.
Ia tak pernah mendengar mengenai hal semacam itu.
"Dad, adikku pernah melakukan hal konyol, apakah kau mengetahui kalau Misca pernah cemburu dengan AI milik Philip yang bernama Garnet?"
Parvez tentu saja tak tahu menahu akan pertanyaan yang baru saja di lontarkan oleh Brady tersebut.
"Misca mengira bahwa Philip tengah membohongi nya dengan mengatakan Garnet sebuah AI alih - alih seorang wanita, padahal kenyataannya Garnet benar benar sebuah AI yang hampir di rancang sempurna oleh Philip."
"Astaga, aku tak tahu jika Misca bisa cemburu, ku kira ia tak akan memedulikan hal itu."
Kali ini Brady menyetujui ucapan Parvez yang mengatakan demikian, karena memang hal seperti itu yang juga di duga oleh nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misanthropy Vs Philanthropy [END]
RomanceBlurb : Pernahkah kalian menyadari bahwa ada segelintir orang yang menganggap bahwa manusia hanyalah pengganggu, dan penuh kemunafikan? Manusia umum nya tentu saja akan bergantung satu sama lain dengan manusia lainnya, karena bagaimanapun juga man...