Bab 41| Posesif

83 32 0
                                    

Pagi pagi sekali Misca yang beberapa hari terakhir tak dapat melakukan aktifitas rutinnya untuk pergi bekerja, lantaran suaminya yang melarangnya, maka tidak dengan hari ini, gadis itu telah bersiap siap mengenakan pakaian rapi dengan kemeja dan juga blazer yang tampak modern ia kenakan, belum lagi dengan riasan tipis menyempurnakan penampilannya hari ini.

"Kau yakin hari ini akan mulai bekerja?" tanya Philip yang juga telah berpakaian rapi.

Sebuah anggukan kepala nya ia berikan pada suaminya itu.

"Karena kemarin kau sudah mengizinkan ku, maka hari ini kau tak dapat menarik kalimatmu yang sudah kau katakan padaku."

Rasanya ingin sekali ia menarik kalimat yang kemarin ia katakan, dimana ia menyetujui bahwa istrinya kembali bekerja, hanya saja tak mungkin ia lakukan terlebih istrinya dengan terang terangan mengatakan demikian.

"Baiklah, hari ini kau naik mobilku, dan nanti Benny akan menunggu mu, jadi kita akan berangkat ke kantor bersama sama."

Spontan Misca menolehkan kepala nya ke arah Philip.

"Aku bisa bawa mobilku sendiri," lirih Misca dengan cepat ketika mendapatkan sebuah ide yang tak terduga dari suaminya itu.

Sebuah gelengan Philip berikan, dan bukan hanya sebuah gelengan kepala saja sebagai pertanda bahwa ia menyanggah perkataan Misca, melainkan ia juga mengatakan pada Misca jika bukan Benny yang mengantar nya maka perkataan yang kemarin ia setujui akan di batalkan.

Misca yang berdiri di samping Philip tampak ternganga mendengar jawaban dari suaminya yang terlalu mengejutkan untuk nya.

'Mengapa Philip seperti sedang membatasi pergerakan ku? Apakah Philip merupakan kembaran Ka Brady sehingga mereka memiliki sikap yang hampir sama padaku?' Monolog Misca pada dirinya sendiri.

"Kau menyebalkan," lirih Misca yang hanya menghentak-hentakkan kaki nya mengambil tas nya tanpa menyanggah kalimat dari Philip, yang artinya Misca telah menyetujui apa yang di katakan oleh Philip.

Seulas senyuman terpatri pada wajah Philip.

Tanpa Philip sadari semenjak kehadiran Misca dalam hidupnya, pemuda itu seringkali tersenyum hanya karena perlakuan hal kecil yang di lakukan oleh Misca, walaupun di samping itu ia pun seringkali menjadi seorang pemuda yang terlalu mengkhawatirkan seseorang yang padahal selama lima belas tahun lamanya tak pernah sekalipun hal hal tersebut terjadi padanya, layaknya kehidupan yang ia alami selama lima belas tahun hanya sebuah hal yang flat dan di penuhi ambisinya untuk menghukum manusia manusia yang tak pantas berada di muka bumi.

.

.

"Benny, antarkan ke kantor istriku terlebih dahulu."

"Baik sir," ujar Benny tanpa penyanggahan.

Misca hanya memutarkan maniknya malas melihat tingkah suaminya yang semakin hari semakin posesif.

"Philip, aku baik baik saja, mengapa kau terlihat seperti takut sekali melepasku?" lirih Misca dengan santainya bertanya pada Philip.

Tanpa di duga pemuda itu hanya mengatakan tiga kata yang tak dapat ia patahkan.

"Karena kau istriku."

Hanya kalimat itu yang di katakan oleh Philip. Namun membuat Misca membungkam mulutnya dan tak dapat berkata apa apa lagi.

Apa yang harus ia katakan? Bukankah kalimat itu tak dapat ia sanggah karena memang kenyataannya seperti itu?

Misca yang tak dapat mengelak kalimat dari Philip pada akhirnya hanya menghela nafasnya panjang dan menyadarkan tubuhnya pada kursi yang tengah ia duduki pada bangku belakang pengemudi, tepat nya di sebelah suaminya itu.

Misanthropy Vs Philanthropy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang