Bab 49| Pertengkaran Kecil

77 33 0
                                    

"Tak bisakah kau tak bersikap seperti tadi?" Lirih Brady yang kini langsung menatap ke arah Sheila.

Sungguh ia tak menyukai sikap dari Sheila dan Meira sebelumnya, lantaran pemuda itu menganggap bahwa kedua saudaranya itu seakan dengan terang terangan menyepelekan kehadiran Misca di rumah itu.

Apakah keduanya tak dapat menghargai Parvez yang juga melihat tingkah laku mereka yang bisa dengan jelas terlihat keduanya tak memberikan respect mereka padahal Parvez juga berada di sana?

Hal seperti itu lah yang membuat Brady menjadi benar benar kesal pada Sheila dan juga Brady.

Sheila memutarkan maniknya malas, tak menyukai dengan pertanyaan yang sangat terkesana sindiran langsung padanya.

Jika saja ia tak mengingat bahwa Brady tentu saja masuk ke dalam keluarganya, maka sudah dapat di pastikan Sheila tak menganggap kehadiran Brady yang itu artinya ia tak memedulikan kalimat Brady sama sekali.

Sheila menatap Brady dengan sinis sebelum ia membalas pertanyaan Brady sebelumnya.

"Aku hanya bersikap sewajarnya, jika sikap ku tak sesuai dengan ekspektasi mu, maka kau yang terlalu berharap tinggi padaku."

Brady berdecak pelan, dan mengatakan pada Sheila bahwa benar adanya jika ia berharap tinggi pada kedua nya karena ia tahu Parvez tentu saja mengajari attitude yang baik dan benar, tetapi kenyataannya baik Sheila, maupun Meira tak dapat mempraktekan nya sama sekali.

Kali ini Sheila tampak menggeram pelan, sembari mengepalkan kedua tangannya yang terlanjur kesal dengan perkataan yang baru saja Brady katakan padanya.

Bukankah dengan sangat jelas, bahwa baru saja Brady mengatakan hal hal yang berkaitan dengan Sheila dan juga Meira?

"Sudahlah, kalian bukan anak kecil lagi, yang setiap hari harus melewatkan pertengkaran," ujar Parvez pada akhirnya menengahi di antara Brady dan juga Sheila.

Lalu dimana Meira? tentu saja gadis itu hanya berada di samping Sheila sebagai penonton belaka.

Brady tak berani menentang Parvez, lagi pula ia memang benar benar menghormati Parvez layaknya orang tua kandung nya sendiri.

Baginya Parvez adalah seorang yang bijaksana dan selalu mengambil sebuah keputusan dengan melihat beberapa aspek, tak berdasar dengan satu pihak saja.

Tak berbeda dengan Brady, Sheila juga menurut pada sang ayah, dan memilih sedikit menjauh dari agensi.

"Aku tak ingin setelah aku kembali ke kamar ku kalian masih bertengkar seperti ini, kalian sudah besar, seharusnya dapat di seesaikan dengan kepala dingin."

Putra putri Parvez hanya sibuk megiyakannya, karena itu pula tepat Parvez meninggalkan mereka, Brady juga tak lama segera menuju kamar nya, ia tak ingin bahwa dirinya kembali bertengkar dengan saudaranya itu.

'Mengapa aku tak dapat mengendalikan diriku.' Monolog Brady yang sedikit menyesali apa yang ia lakukan sebelumnya.

***

Philip yang baru saja menghentikan mobilnya itu, lantaran baru saja sampai di rumah mereka, pada akhirnya menolehkan kepalanya ke arah bangku penumpang yang berada di sana.

"Kau lelah rupanya," lirih Philip menyadari istrinya yang telah terlihat tenang memejamkan kedua maniknya itu.

Tak ingin membangunkan gadis itu, tentu saja Philip memilih untuk menggendong istrinya itu masuk ke dalam ke kadiamannya itu.

'Mom, apakah kau bisa melihatku sekarang aku sudah mulai merasa bahagia? Wait... sepertinya aku melupakan satu hal--' lirih Philip yang menggantungkan kalimat nya yang ada di dala pemikirannya itu.

Misanthropy Vs Philanthropy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang