Misca yang telah mengirimkan pesannya pada sang ayah, tetap saja merasa sedikit gelisah lantaran sang suami yang ia yakini telah menerima pesannya tak kunjung membalas pesannya itu.
"Mengapa setelah memegang handphone mu itu kau seperti gelisah dan sedari tadi hanya menatap layar benda itu?" lirih Parvez pada akhirnya menyadari sikap janggal putrinya.
Spontan Misca menolehkan kepalanya pada sang ayah, dan hanya menggelengkan kepala nya enggan memberitahu pada sang ayah apa yang sebenarnya terjadi.
Dalam hati kecil Misca, gadis itu tak ingin sang ayah mengetahui masalah internal dirinya bersama dengan Philip.
Misca memiliki prinsip untuk pernikahan dirinya sendiri. Dimana menurut prinsip yang ia anut tak lain jika ia telah menikah dan memiliki keluarga sendiri, itu artinya keluarga sebelumnya dimana ia belum memiliki keluarga kecil nya sendiri tak boleh mengetahui masalah yang ada di keluarga kecil nya.
Misca harus menyelesaikan masalah nya sendiri.
Parvez menghela nafasnya pelan, dan hanya dapat menganggukan kepalanya mengiyakan perkataan Misca.
Baginya yang terpenting putrinya merasa bahagia, hal tersebut sudah lebih dari cukup untuk nya.
Setelah nya Misca menaruh kembali handphonenya pada tasnya, dan mencoba bersikap tenang memilih ice cream sebagaimana rencana dirinya dan juga sang ayah sebelumnya.
'Aku harus percaya padanya pasti ia akan memahami mu.' Monolog Misca dalam benak berusaha meyakinkan dirinya sendiri.
Tanpa ingin terus memikirkan hal hal yang sedari tadi telah mengganggunya Misca kembali bersiap santai dan menikmati bernostalgia bersama sang ayah, dimana sang ayah memiliki keyakinan bahwa ia kedepannya akan benar benar memiliki waktu yang sulit untuk menemui Parvez.
***
"Garnet, apakah semua urusan ku sudah selesai hari ini?"
Seperti biasanya Philip kini telah di sibukkan dengan pekerjaan yang ia miliki lainnya, yang tak lain sebagai peretas, hanya saja semenjak Misca memberikan pesan padanya tersebut maka tingkat kefokusan Philip sedikit berkurang.
{Masih ada yang belum bos, ada beberapa hal yang harus di kerjakan.}
Philip menghela nafasnya panjang ia tak percaya bahwa Garnet yang ia harapkan mengatakan hal lain, justru mengatakan demikian.
Tak bisakah robot AI tersebut lebih peka padanya? Bukankah kalimat yang ia katakan sudah dengan jelas cenderung ia terkesan menyindir? Salahkan ia hanya berkata demikian dengan sebuah robot sehingga robot yang ia buat masih belum dapat membaca apa yang tengah di rasakan sebenarnya oleh manusia.
"Aku tak akan menyelesaikan semua ini hari ini, aku masih memiliki urusan lain, terlebih istriku tak berada di kantornya."
Dengan santai Philip mengambil sebuah keputusannya sendiri.
{Baik bos.}
Garnet dengan segala kemampuannya hanya memutuskan untuk melaksanakan demikian.
Jari jemari Philip seakan berpacu dengan cepat menyamakan jam nya dengan jam yang tertera pada layarnya.
Tak harus menunggu selama lebih dari dua puluh menit, Philip dengan santainya menyelesaikan satu persatu hukuman yang pantas dengan orang orang dalam kategori sampah dalam versinya itu.
"Josh!!!" pekik Philip yang baru saja kembali masuk ke ruang kerja yang dimana orang orang hanya mengetahui ruangan tersebut.
Josh yang merasa terpanggil tentu saja segera berlari menghampiri Philip.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misanthropy Vs Philanthropy [END]
RomanceBlurb : Pernahkah kalian menyadari bahwa ada segelintir orang yang menganggap bahwa manusia hanyalah pengganggu, dan penuh kemunafikan? Manusia umum nya tentu saja akan bergantung satu sama lain dengan manusia lainnya, karena bagaimanapun juga man...