Semenjak makan siang sebelumnya, pemikiran Misca menjadi kesana kemari memikirkan betapa bahagia nya jika ia benar benar mendapatkan seorang keturunan dari suaminya itu.
Tentu saja seharusnya Misca menyadari bahwa mendapatkan seorang anak manusia dengan proses alami tak akan semudah hal yang di bayangkan oleh gadis itu.
Hanya saja ...
Misca terlalu berharap akan hal itu!
Pemikiran singkat nya menepis segala hal hal kecil yang tak ia tahu.
"Philip apakah setelah kau selesai makan, aku boleh mengajukan pertanyaan padamu?" tanya Misca tiba tiba pada Philip dengan wajah cukup serius.
Philip menatap seksama ke arah Misca dan tak lama menganggukan kepalanya. Ia tak ingin menolak pertanyaan yang baru saja di tanyakan pada nya itu. Lagi pula ia penasaran dengan pertanyaan seperti apa yang hendak di ajukan oleh Misca tersebut.
Pemuda itu tentu saja mempercepat menyantap makan siangnya agar Misca dengan leluasa melayangkan pertanyaan padanya.
"Aku sudah selesai, apa yang ingin kau tanyakan padaku?" tanya Philip pada akhirnya pada Misca.
Misca terlihat sedikit ragu hendak mengatakan apa yang ada di dalam pikirannya itu. Beberapa kali ia tampak berfikir keras hendak mengatakannya pada Philip.
"That's okay, kau dapat mengatakannya dengan santai saja, aku tak akan memaksakamu jika kau masih ragu bertanya padaku," ujar Philip saat melihat keraguan pada Misca.
Misca mengambil nafas nya dalam, dan mulai menghela nya secara perlahan sebelum ia benar benar hendak mengatakannya pada suaminya itu.
"Apakah kita dapat memprediksi kapan akan ada bayi dalam perutku setelah kita melakukan hal tadi?" tanya Misca dengan polosnya dan berharap pada kalimat Philip adalah sebuah jawaban apa yang ia inginkan.
'Astaga! Dia benar benar bersungguh sungguh menginginkan nya?' Monolog Philip yang terdiam saat melihat wajah istrinya itu.
Sungguh ia tak menyangka bahwa sang istri benar benar sangat berharap bahwa ia memiliki keturunan.
"Apakah kau benar benar menginginkannya?" tanya Philip kembali pada Misca.
Sebuah anggukan kepala Misca berikan pada Philip.
Jujur saja ada perasaan tak enak hati saat melihat wajah sang istri yang sangat berharap seperti itu.
Tetapi apa mau dikata hal semacam itu tak dapat di prediksi bukan? Lagi pula ia tak tahu bagaimana jalan sebuah takdir akan menghampirinya, lalu bagaimana ia dapat mengatakan nya tanpa membuat Misca salah sangka ataupun tersinggung atas ucapannya?
Hal itu yang langsung terfikir oleh Philip saat ini. Sungguh ia tak tega mengatakan hal hal yang tak diinginkan oleh istrinya itu.
Sang istri terlalu baik dimatanya, jika pada orang lain ia dapat berlaku tega sesuka hatinya, maka tidak dengan Misca.
Sebisa mungkin ia akan berusaha menjaga perasaan istrinya itu.
Tak boleh ada yang melukai hati istrinya yang terlalu rapuh dimatanya.
Perlahan Philip menggenggam tangan Misca, sebelum ia mengatakan hal yang mungkin menurut Misca bukanlah sebuah jawaban yang ia inginkan.
"Sebuah takdir, baik itu pasangan atau pun keturunan kita tak dapat memprediksi nya kapan hal tersebut akan datang pada kita, hanya saja sebagai manusia kita dapat mengusahakannya."
Misca mengerjapkan maniknya, dan berusaha mencerna kalimat Philip yang terdengar bijak itu dengan baik.
"Ma..-maksudmu, kita tak tahu kapan aku dapat memiliki nya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Misanthropy Vs Philanthropy [END]
Roman d'amourBlurb : Pernahkah kalian menyadari bahwa ada segelintir orang yang menganggap bahwa manusia hanyalah pengganggu, dan penuh kemunafikan? Manusia umum nya tentu saja akan bergantung satu sama lain dengan manusia lainnya, karena bagaimanapun juga man...