Bab 74| Rencana Pram

49 19 0
                                    

Pram mengulas senyumnya lantaran ia merasa telah berhasil mengelabui Misca dan juga suaminya.

Dalam hati kecil nya ia ingin sekali membuat Misca berpaling padanya, walaupun ia tak terlalu yakin apakah dapat mengalihkan Misca dalam waktu yang cepat.

Beberapa kali ia tampak tersenyum dan duduk dengan tenang di lobby, sebab beberapa waktu lalu sang anak buah mengatakan bahwa pesawat yang di tumpangi oleh Misca dan juga Philip sudah sampai.

Hanya saja ....

Jika sebelumnya ia merasa menggebu gebu dan membayangkan bagaimana kemungkinan respon Misca dan Philip menemuinya, maka tidak saat ini.

Ia mulai merasa gelisah!

Bagaimana ia tak gelisah jika jam yang bertengger di tangan kiri nya itu kini menunjukkan sudah lebih dari satu jam berlalu semenjak pesawat Misca dan Philip mendarat di Bandara Internasional Eleftherios Venizelos.

Pram mengambil nafasnya dalam dalam, dan menghela nya pelan.

"Roy, cari tahu dimana posisi mereka sekarang," lirih Pram dengan nada bicara yang terdengar gelisah.

"Baik sir," ujar Roy yang setelah nya segera menjalankan perintah dari Pram.

.
.

Selama menunggu kabar dari Roy, Pram sibuk memijit keningnya dan berusaha menenangkan dirinya yang sedari tadi membuat dirinya gusar.

'Calm down Pram,' lirih Pram pada dirinya sendiri dalam hati.

***

"Apakah masih jauh penginapan kita?" tanya Misca pada sang suami yang berada di samping nya.

"Seharusnya sebentar lagi kita akan sampai, semoga kau menyukai hotelnya sebab ...—"

Manik Misca mengerjap pelan di saat Philip menggantungkan kalimat nya, seakan menunggu suaminya melanjutkan kalimatnya itu.

Philip sedikit tertawa melihat reaksi wajah Misca yang menurutnya cukup menggemaskan.

"Kau menunggu kalimatku?" tanya Philip pada Misca, yang langsung di balas cepat dengan anggukan kepala oleh Misca.

Philip mengangguk-anggukan kepalanya, mengatakan bahwa hotel tersebut telah di rekomendasikan dan di booking kan oleh Brady.

"Brother?"

Anggukan kepala Philip berikan pada Misca.

Kedua ujung ujung bibir Misca tertarik keatas sempurna. Ia tak menyangka bahwa sang kakak lah yang memilihkan hotel untuk nya tinggal selama di Greece, Yunani.

"Aku menantikan tempat yang di pilihkan oleh kakak ku," ujar Misca tiba tiba. 

Philip tampak menatap ke arah Misca dengan tatapan yang tak terduga. 

"Jadi kau lebih senang karena kakak mu yang memilih tempatnya? Lalu bagaimana jika aku yang memilih tempatnya? Apakah kau tak akan tertarik?" lirih Philip yang terdengar seperti seseorang yang tengah larut pada api kecemburuan. 

Misca mengerjapkan manik nya pelan di saat ia mendengarkan ocehan dari suaminya itu. 

"Kau tidak sedang cemburu dengan kakak ku bukan?" lirih Misca tanpa berfikir panjang, dan hanya mengataka apa yang ada di dalam pemikirannya. 

"A..-Aku?" tanya Philip seakan hendak menyangkal apa yang baru saja di katakan oleh Misca tersebut. 

"Benarkah? Mengapa aku seperti mendengar kebohongan darimu?" lirih Misca dengan santainya. 

Philip tentu saja terdiam tak dapat berkata apa apa. Entahlah ia merasa ada yang salah jika ia menjawab nya asal, dan ia tak mau juga jika Misca men-cap nya menjadi seorang pembohong. 

"Mengapa kau dapat mengatakan bahwa aku tengah berbohong padamu?" tanya balik Philip pada Misca. 

Misca menatap sang kekasih lekat, dan setelah nya gadis itu mengusap wajah Philip lembut. 

"Wajah mu mengatakan padaku bahwa kau tak suka jika aku terlalu senang seperti tadi, apakah aku salah jika aku senang karena saudaraku yang memilih tempat penginapan kita? Bukankah kau seharusnya juga senang?" lirih Misca meluruskan semua yang ada di pemikirannya. 

Kali ini Philip lah yang di buat bingung oleh Misca. Apa maksud nya? Mengapa gadis itu mengatakan demikian? dan mengapa juga gadis itu mengatakan bahwa seharusnya ia juga senang? Adakah hal yang terlewat oleh nya atas tarikan kesimpulan dari Misca? 

Hal hal semacam itu yang kini terus menerus berputar di kepala Philip. Oh ayolah Philip lagi lagi melupakan bahwa istri nya bukanlah gadis yang memiliki pemikiran seperti gadis kebanyakan. 

"Bisakah kau jelaskan apa yang kau maksud?" tanya Philip menantikan jawaban dari Misca. 

Gadis itu tentu saja menganggukan kepala nya dan mulai menjelaskan apa yang ada di kepala nya sehingga ia dapat dengan excited nya saat Philip mengatakan bahwa Brady lah yang memesan kan tempatnya. 

"Aku senang kakak ku yang memilih hotel nya, karena dengan begitu artinya kakak ku benar benar merestuimu menjadi suami ku, kakak ku tak semudah itu menyerahkan aku pada laki laki yang ia percaya walaupun sebelum menikah kau memang sudah diizinkan menikahi ku, hanya saja aku yakin ia hanya terpaksa melakukan nya, tetapi jika ia sekarang membantumu, itu artinya ia benar benar menganggap mu sebagai bagian dari keluarga nya juga." 

Seketika Philip mematung mendengar penjelasan dari Misca yang nyatanya dapat membuat nya tersentuh. 

"Ah, satu lagi ... sejujurnya aku tak peduli tempat seperti apa aku menginap nantinya, karena aku dapat dengan mudah tertidur, lagi pula kau ada di sampingku, jadi seharusnya aku aman bukan?" lirih Misca yang terdengar melanjutkan kalimat nya. 

Bolehkah Philip bangga pada dirinya sendiri ketika mendengar apa yang baru saja di katakan oleh Misca tersebut? 

Hal itu yang sempat terbesit di pemikiran Philip saat ini. 

Tanpa berfikir panjang Philip segera memeluki Misca masuk ke dalam dekapannya dan mengeratkan pelukannya itu. 

Sontak Misca yang ada di dalam dekapan Philip hanya diam tak melakukan perlawanan tentunya. 

"Apakah kau sudah merasa lebih baik? Kau tak kembali cemburu dengan kakak ku bukan?" lirih Misca memastikan pada Philip. 

Jika saja Philip mendengar kalimat itu dari orang lain, sudah dapat di pastikan Philip akan merasa bahwa ia sedang di remehkan oleh pasangannya, hanya saja jika hal itu di katakan oleh Misca, maka ia tak dapat berfikir seperti itu. 

Ia tahu betul bahwa sang istri bisa di bilang memiliki pemikiran unik dan naif. 

"Hng, kali ini aku jauh lebih baik, penjelasan mu itu sangat penting untukku." 

Kalimat itu yang pada akhirnya di katakan oleh Philip pada akhirnya. 

Misca hanya dapat tersenyum, dan dalam gerakan cepat Misca tiba tiba saja mencium sang suami yang masih memeluki nya itu. 

Ciuman tersebut hanya berlaku singkat, tetapi tentu saja memiliki arti yang dalam untuk keduanya yang mulai membuka hati satu sama lain. 

"Maaf, saya mengganggu kalian ... hanya saja saya ingin memberitahu bahwa kita sudah berada di tempat tujuan kalian." 

"Ah, begitukah?" 

Sebuah anggukan kepala pelan yang di berikan oleh sang supir pada Misca dan juga Philip. 

Misca dan Philip pun tentu saja turun dari mobil yang mengantarkan mereka. 

'Ugh, apakah tadi aku terlalu berlebihan?' 

----

TBC 

See you next chapter 

Leave a comment and vote

.

Seya 


Misanthropy Vs Philanthropy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang