Bab 8| Empat Tahap

127 54 0
                                    

Perbincangan sebelumnya dengan Misca, tentu saja membuat tenaga dan fikiran Brady sedikit terkuras, untuk itu pemuda itu memilih untuk segera melangkah menuju ranjang yang jarang sekali ia tempati.

Brady yang baru saja hendak merebahkan tubuhnya dengan nyaman pada ranjang, tiba-tiba saja mendapatkan sebuah bunyi layaknya sebuah alarm pada handphone nya.

Mau tak mau dengan malas ia mengambil handphonenya tersebut dari sakunya.

'What the hell! Mengapa ada yang berusaha mencariku?' Lirih Brady yang tak menyukai hal itu.

Dengan cepat ia mengambil laptop nya, dan juga mencoba kembali melacak siapa yang berani mencari dirinya hingga sistem keamanan terakhirnya hampir saja terbuka.

'Clear?' lirih Brady cukup bingung kali ini. Baru kali ini ia seakan mendapatkan seorang saingan yang benar benar tak meninggalkan jejak pencariannya sekaligus, hampir berhasil membongkar sistem keamanan yang ia buat.

Brady sedikit tersenyum puas, dan tak lama ia dengan santainya mengubah sistem keamanan pada data yang memang selama ini ia sembunyikan.

"Jika kau berhasil membuka nya, maka patut aku acungi jempol dan menjadi panutan baruku."

Setelah ia rasa aman, barulah Brady kembali ke ranjang empuk yang sedari tadi seakan akan telah memanggil dirinya.

'Cukup melelahkan.'

***

Langkah kaki yang tak bersemangat membawa Philip pada ruang rahasia nya dimana terdapat sebuah robot wanita yang terlihat belum selesai dengan berbagai pengoperasian sistem dari kacamata seorang IT yang sangat mengenal baik akan robot yang ada di hadapannya itu.

"Mom, bisakah kau mendengarkan ku?" lirih Philip terdengar putus asa pada robot pintar yang kini tepat ada di hadapannya.

"Ada apa?" sahut robot yang belum selesai sempurna.

Philip lagi lagi menghela nafasnya panjang, berharap jika yang bertanya itu adalah sosok Ibu nya yang sudah lama meninggalkannya.

Ia tahu betul bahwa robot AI yang ada di hadapannya secara sistem hampir terkoordinasi dengan baik, hanya saja masih terdapat berbagai celah, dan karena itu pula Philip belum pernah me-launching robot yang ada di hadapannya pada siapapun.

Ia mengerjakannya secara rahasia. Ia ingin mengenang dan tetap mengingat sosok sang Ibu.

"Mom, apakah kau benar benar menyiapkan wasiat untukku, dan mengatakan pada Daddy bahwa wasiatnya itu hanya dapat di berikan padaku saat aku menemukan sosok yang dapat membuat ku bahagia?" tanya Philip panjang lebar.

Robot AI yang sebelumnya terlihat berinteraksi dengan Philip, kini justru terdiam, dan bersusah payah mencari sebuah ingatan tersembunyi pada chip yang ada di dalam tubuh robot itu sendiri.

Hanya saja ...

Nihil!

Sang robot tak tahu menahu akan hal tersebut.

"Sudah ku duga, Mommy tak memberitahu akan hal itu pada chip pertama yang ku temukan ... mungkinkah wasiat itu adalah chip penyempurna nya?" Lirih Philip yang tiba tiba saja bersemangat.

Merasa ia menemukan sebuah titik terang, Philip pun akhirnya memutuskan untuk menyetujui usulan sang ayah, walaupun saat ini ia tak memiliki perasaan apapun pada Misca.

"Semoga saja aku bisa bahagia."

Hanya kalimat itu yang ia ucapkan sebelum mengambil handphone nya dan membuat sebuah panggilan singkat pada Veer.

Misanthropy Vs Philanthropy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang