Bab 85| Takdir [END]

234 19 2
                                    

Dengkuran halus tampak terdengar dengan jelas di telinga Philip.

Philip yang sebelumnya hendak memejamkan maniknya justru kini tampak sibuk memanjakan maniknya menatap wajah sang istri yang menurutnya terlihat semakin menarik di matanya.

'Mengapa aku tak tahu jika mencintai seseorang adalah hal yang menyenangkan?' Monolog Philip dalam benak yang menyesalkan bahwa dirinya telat mencintai seseorang.

Semakin lama kedua ujung bibir Philip semakin terangkat sempurna.

Rasanya ia ingin menghentikan waktu sesaat untuk menikmati hal yang ia inginkan.

Menatap wajah istrinya adalah hobi terbarunya kali ini. Wajah tenang dengan guratan senyuman halus dapat terlihat jelas pada wajah cantik Misca yang Philip sukai. 

Perlahan tangan Philip kini mengusap lembut perut Misca yang masih terlihat rata. Jika saja ia tak mendapatkan informasi dari dokter akan kehadiran buah hati nya yang kini sudah berada di dalam perut Misca, maka tentu saja Philip ataupun Misca tak akan menyadari kehadiran calon bayi mereka. 

Rasa senang tak lagi dapat di tahan begitu saja. Ia penuh suka cita membayangkan sebuah keluarga kecil yang utuh dan hidup dalam keharmonisan, tak seperti dirinya dulu yang bisa di bilang kebahagiaan lenyap ketika orang yang paling ia sayangi tiada. 

Amarah dan kebencian menyelimuti dirinya setelah ia mendapati satu persatu fakta bahwa kematian sang Ibu bukan lah hal yang dapat di wajarkan. 

Philip perlahan mengecup pelan kening Misca, dan tak lama ia pun turut mengecupi area perut Misca. 

"Terimakasih kau mau menikahi pria seperti ku yang memiliki banyak kekurangan," bisik Philip di telinga Misca, yang ia ketahui kemungkinan besar sang istri tak mendengarkan ucapannya itu.

Tak lama setelah nya Philip ikut tertidur di samping Misca, yang dimana keduanya kini telah berada di pesawat pribadi milik Philip yang akan membawa keduanya kembali ke negara mereka. 


.

.


Butuh waktu berjam jam mereka akhirnya sampai di negara mereka, sebagai kesepakatan sebelumnya di antara Chen dan Philip, maka kini mereka telah berada di rumah Philip yang tentu saja sebelum Chen kembali, pemuda itu harus memeriksa kondisi Misca terlebih dahulu, apakah kondisi sang istri saat ini dapat di katakan baik atau sebaliknya. 

"Aku sudah baik baik saja, mengapa kau masih menyuruh dokter Chen memeriksaku," lirih Misca sedikit kesal pada sang suami yang sangat protektif padanya. 

Philip tersenyum sejenak menatap ke arah Misca, dan setelah nya dengan gerakan cepat Philip menyentil dahi Misca. 

"Enak saja, kau harus di periksa, aku ingin memastikan bahwa kau baik baik saja, begitu pula dengan calon bayi ku," ujar Philip pada Misca, yang kali ini tak dapat di bantah oleh Misca tentu nya.

Dengan sedikit merajuk Misca pada akhirnya diperiksa oleh Chen. 

Chen yang melihat kemesraan di antara Misca dan Philip hanya dapat tersenyum tipis, jujur saja ia merasa bahwa keduanya memang sepantasnya ditakdirkan bersama. 

Pribadi keduanya yang sebenarnya bertolak belakang, justru membuat keduanya merasa lengkap, bahkan tanpa Philip dan juga Misca sadari bahwa keduanya justru melakukan hal hal yang tak biasa mereka lakukan. 

Jika seorang Misca yang tak pernah berfikir negatif atau pun seringkali menggunakan energinya untuk mengubah hal negatif menjadi hal positif dalam pikirannya, maka setelah kehadiran Philip, gadis itu melupakan hal itu. 

Misanthropy Vs Philanthropy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang