Misca dan juga keluarga nya kini tengah berkumpul di ruang makan bersama menikmati sarapan mereka.
Jujur saja Misca sendiri merasa senang melihat pada akhirnya mereka dapat berkumpul kembali setelah Brady yang jarang sekali berkumpul bersama, sehingga mereka biasa nya lebih senang untuk makan sendiri sendiri tak berkumpul seperti hari ini.
"Misca, bukankah hari ini makanan nya terasa lebih enak dari biasanya?" lirih Parvez yang seakan menyindir putra putrinya itu.
Tanpa ragu Misca menganggukan kepala nya membenarkan perkataan dari Parvez.
Misca yang tak memiliki niatan menyindir atau semacamnya, dengan tenang nya mengatakan pada kakak - kakak nya yang berada di sana bahwa memang benar adanya yang di katakan oleh sang ayah.
Jika biasanya ia hanya berdua sarapan di meja makan dengan sang ayah saja, maka kini ia bisa merasakan kembali makan bersama sama layaknya keluarga utuh di meja makan yang besar itu.
Ujung ujung bibir Parvez tak henti hentinya tersenyum. Ia tahu betul bahwa putri nya itu akan mengatakan hal semacam itu.
Oh ayolah bagaimana mungkin Parvez tak hafal jika selama dua puluh dua tahun ini dia sendiri lah yang menjaga Misca tanpa bantuan istrinya yang memang meninggal saat melahirkan Misca, dan karena hal itu pula salah satu alasan Sheila dan Meira yang tak terlalu memperhatikan adik nya itu.
Untuk itu saat kehadiran Brady pertama kali menginjak rumah Parvez dan menjadi bagian keluarga Parvez, Misca seolah mendapatkan sosok baru yang perhatian padanya selain sang ayah, walaupun pada akhirnya Brady terlampau posesif jika menyangkut Misca.
Tak ada hal yang tak di ketahui Brady, hingga gadis itu menginjak usia tujuh belas tahun.
Beruntunglah Misca adalah gadis yang cukup akan kasih sayang dari orang tuanya, yang tak lain adalah Parvez, sehingga hal demikian pula lah yang menjadikan dirinya pribadi philantropy yang sangat ringan tangan dalam membantu manusia lainnya.
Hanya saja, tak semua orang benar benar menghargai kebaikan Misca yang tulus.
Banyak orang yang memiliki akal bulus untuk memanfaatkan Misca.
"Apakah kau sudah selesai berbicara? Atau kau ingin lanjut mempermalukan kami berdua pada kakak kesayangan mu sekaligus Daddy?" Lirih Sheila yang memang kurang menyukai Misca, lantaran menganggap Misca sebagai penyebab kematian Ibunya.
Misca terdiam dan mengambil nafasnya dalam dalam sebelum melanjutkan kalimat yang memang ia bicarakan pada Sheila dan juga lainnya.
"Mengapa Ka Sheila dapat menebak bahwa aku belum selesai berbicara? Tapi tenang saja aku tak pernah menginginkan kalau kakak di permalukan, aku hanya berbicara akan kenyataan Ka," ujar Misca dengan semangat.
Brady yang semula hendak memarahi Sheila, mendadak tergelak tawa atas jawaban Misca yang di luar dugaan.
"Adikku yang pintar," ujar Brady yang justru memuji Misca sembari mengusap rambut sang adik.
Misca mengerjapkan maniknya pelan, dan sejenak gadis itu menatap atensi semua yang ada di ruang meja makan itu.
Sheila memutarkan maniknya malas. Ia kesal mendapati sang adik yang justru tak menyadari bahwa kalimat yang baru saja ia katakan tersebut adalah sebuah sindiran jelas untuk Misca.
"Aku sudah menghubungi nya, dan kami memutuskan untuk mengadakan pertemuan hari ini, apakah kalian bisa mengosongkan waktu kalian malam ini?" lirih Misca dengan hati hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misanthropy Vs Philanthropy [END]
RomanceBlurb : Pernahkah kalian menyadari bahwa ada segelintir orang yang menganggap bahwa manusia hanyalah pengganggu, dan penuh kemunafikan? Manusia umum nya tentu saja akan bergantung satu sama lain dengan manusia lainnya, karena bagaimanapun juga man...