Bab 76| Bulan Madu (3)

57 6 0
                                    

Jujur saja Misca tak tahu menahu apa yang akan Philip lakukan. Kalimat terakhir yang di katakan oleh suaminya itu sungguh aneh bukan? 

Hanya saja Misca yang sangat percaya pada suaminya segera menganggukan kepala nya perlahan mengiyakan perkataan suaminya yang tadi menurut nya aneh itu. 

Merasa Misca telah memberikan sebuah lampu hijau padanya, Philip tentu saja membuat pergerakan kecil terlebih dahulu pada sang istri. Ia sangat mengenal Misca dengan cukup baik tentu nya kali ini, sehingga ia juga tak ingin terlalu membuat sang istri terlampau terkejut. 

Gerakan lihai tangan Philip kini telah menelusuri tubuh istrinya itu. 

Misca yang baru saja menyadari apa yang di maksud atas perkataan suaminya itu pada akhirnya hanya dapat mengatupkan rapat rapat. Ia tak dapat mengelak apalagi menolak bukan? 

Bukankah dirinya sendiri yang menyetujui nya? 

Hal semacam itu yang kini ada di pemikiran Misca. 

"Kau sudah memahami bukan apa inti liburan kita kali ini?" lirih Philip dengan suara nya yang kini mulai terdengar sedikit seduktif tak seperti sebelumnya. 

Tubuh Misca mulai sedikit meremang mendengar kalimat yang baru saja di katakan oleh suaminya tepat di telinganya. 

Philip yang mengetahui karakter sang istri hanya membuat sebuah lengkungan senyuman yang tentu saja tanpa di sadari Philip, pemuda itu mampu membuat Misca semakin jatuh pada jeratan Philip. 

Kecupan kecupan kecil kini mulai di lakukan oleh Philip. Mulai dari kening, kelopak mata Misca, dan juga bibir Misca yang tentunya telah membuat candu sendiri bagi seorang Philip. 

Tak membutuhkan waktu lama seperti sebelumnya kini Misca jauh lebih dalam beradaptasi. Gadis itu kini telah mengikuti permainan yang di mainkan oleh suaminya itu. 

Keduanya kini telah memasuki moment dimana mereka dapat mencurahkan apa yang tengah ia rasakan melalui aktivitas panas mereka. 

Percayalah yang hanya di dalam bayangan gadis naif bernama Misca Jharna Johanson tersebut hanyalah ia meyakini bahwa ia harus melakukan nya, karena jika tidak maka sampai kapan pun ia tak dapat memiliki seorang bayi seperti yang ia dambakan. 

.

Derit ranjang, dan juga suara desahan tentu saja menjadi suara latar di dalam ruangan kamar yang luar di pesankan oleh Brady tersebut.  

"Apakah kau menikmati nya sayang?" tanya Philip kali ini pada Misca ketika wajah Misca terlihat mulai terlihat letih tak seperti beberapa waktu sebelumnya. 

Jujur saja ia sendiri bisa di katakan cukup tak dapat mengontrol dirinya sendiri. 

Tak ada jawaban dari gadis yang ada di hadapannya itu. Namun ... 

Philip menyadari bahwa raut wajah Misca terlihat sangat berbeda dari sebelumnya! 

"Sayang, kau baik baik saja? Apakah kau merasa sakit?" 

Rasa panik yang kini mendominasi tak seperti beberapa menit lalu. Misca tak menjawab, dan memilih untuk memejamkan kedua manik nya.

"Astaga!" pekik Philip panik saat melihat sebelah selatan Misca yang terlihat mengeluarkan darah. 

"Ada apa?" tanya Misca yang secara perlahan mulai membuka kedua maniknya. 

Philip menggelengkan kepala nya pelan, dan mengatakan pada Misca untuk tak bergerak tetap di posisi nya dan menunggu dirinya sejenak. 

Misca sebagai istri penurut tentu saja mengikuti perkataan suaminya itu. Ia tak curiga atas semua gerak gerik suaminya itu. 

'Aku telah menyakitinya!' lirih Philip yang cukup frustasi sembari mengambil handuk dan juga pakaian Misca, dan tentu saja ia pun mengusap tubuh nya pelan sembari memakai pakaiannya secara asal. 

Misanthropy Vs Philanthropy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang