Bab 73| Bulan Madu (2)

56 20 0
                                    

Sepanjang perjalanan menuju tempat dimana mereka mengadakan bulan madu, Misca lebih banyak memejamkan kedua maniknya, memasuki mimpinya yang dalam.

Terlihat sekali bahwa gadis itu kelelahan, bukti nya saja gadis itu banyak tertidur selama perjalanan mereka.

"Kau lelah sekali rupanya," ujar Philip memerhatikan sang istrinya itu sembari mengusap kening Misca secara perlahan yang tertidur di sampingnya itu.

Perjalanan mereka tentu saja memakan beberapa jam menuju tujuannya kali ini.

Setelah memastikan bahwa Misca tertidur nyenyak, barulah Philip ikut memejam kan kedua manik nya.

Ia mengikuti apa yang di lakukan oleh gadis itu.

***

Tak terasa waktu terus berjalan Pram telah sampai di negara yang memang sama dengan negara yang tengah di tuju oleh Misca dan juga Philip.

Tunggu ...

Apakah Pram benar benar hendak menemui Misca, walaupun ia mengetahui bahwa Misca yang sekarang telah memiliki seorang suami? Bukankah seharusnya Pram tak bermain api?

Bagaimana jika terpercik pada dirinya sendiri? Apakah ia telah memikirkan segala konsekuensi yang ada?

Hal hal seperti itu yang memang telah menjadi pemikiran seorang Pram yang bertekad untuk menemui Misca setelah cukup lama ia seakan menjaga jarak sejenak.

Pram mengambil nafasnya dalam dalam, dan menghela nya secara perlahan.

'Aku bisa mengatasi semuanya,' ujar Pram dalam benak nya.

Jika Pram dengan pesawat pribadinya telah sampai di bandara yang ingin ia tuju, maka tidak seperti Philip dan juga Misca yang kali ini belum sampai di bandara.

Perjalanan keduanya di estimasikan kurang lebih satu jam mendatang baru akan mendarat di bandara yang mereka tuju.

Pram dengan tenang menuju salah satu hotel yang ia yakini bahwa Misca dan Philip akan menginap disana.

Mengapa Pram dapat mengetahui nya?

Tentu saja tak lain dan tak bukan lantaran Pram mencari bookingan hotel yang di pesan oleh Philip untuk pemuda itu menginap bersama sang istri.

Jangan lupakan bahwa Pram memiliki pekerjaan yang sama dengan Philip, dan bisa di bilang ia adalah saingan bisnis secara langsung di antara Philip dan juga Pram, bahkan bukan hanya itu keduanya bisa di bilang memiliki memori yang buruk untuk satu sama lain, oleh karena salah satu alasan itu pula Pram berniat mengambil Misca dari tangan Philip.

Pemuda itu merasa bahwa ia jauh lebih dahulu mengenal Misca di banding dengan Philip, walaupun Pram sendiri tak terlalu yakin apakah Misca sependapat dengan nya.

"Apakah kau sudah mengurusnya dengan baik?" tanya Pram pada salah satu anak buah nya yang selalu ia bawa kemanapun.

"Sudah sir," ujar sang anak buah tersebut.

Pram menganggukan kepala nya, dan menyandarkan tubuhnya di dalam mobil yang memang telah di siapkan untuknya.

Beberapa kali Pram tampak menghayal cukup jauh, dimana ia di pertemukan dengan Misca, gadis yang memang telah mengisi hati nya beberapa tahun terakhir, hanya saja beberapa tahun ini tak sesuai harapan, Misca tak pernah sekalipun melirik dirinya!

"Ah, apakah kau juga sudah mengatakan pada pihak hotel untuk sebisa mungkin membuat kamar ku dan kamarnya berdekatan?" tanya Pram yang jujur saja ia merasa gugup.

Namun di balik itu semua, ia sebisa mungkin bersikap seperti biasanya.

"Sudah sir."

"Baiklah."

Misanthropy Vs Philanthropy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang