Bab 19| Membenci Manusia

85 47 0
                                    

Setelah di rasa pekerjaannya telah selesai di kantor, barulah Misca dengan di ekori Philip yang masih setia mengikutinya menuju mobilnya kembali.

"Apakah pekerjaan mu sesantai itu sehingga dapat mengekoriku hampir seharian ini?" tanya Misca yang tiba tiba saja menghentikan langkah kaki nya merasa tak nyaman dengan keberadaan Philip.

Dengan santainya Philip justru hanya mengendikkan bahunya pelan. Ia menghiraukan pertanyaan Misca begitu saja.

'Calm down Misca,' lirih Misca dalam benak berusaha menenangkan dirinya.

Jujur saja ia tak senang jika ada orang yang mengusik pekerjaannya, walaupun niat Philip adalah untuk kebaikan Misca juga.

Setelah pembicaraan singkat itu, Misca dan Philip tampak tak saling berbicara satu sama lain.

Keduanya tampak sibuk dengan dunia nya masing masing.

"Ben, antarkan aku ke kantor," ujar Philip pada sang supir.

Misca mengerutkan keningnya bingung.

"Mengapa ke kantor? Lalu aku?" tanya Misca sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Ya, kau ikut ke kantor ku," ujar Philip santai.

Misca yang mendengar jawaban dari Philip hanya dapat menganga di buatnya. Ia fikir calon suaminya itu akan mengantar nya pulang ke rumah nya lebih dahulu. Namun kenyataannya tidak demikian!

"Kau tak mau mengantar ku pulang lebih dahulu?"

Philip menatap ke arah Misca sejenak, dan setelah nya menggelengkan kepalanya.

'Astaga! Mengapa emosi ku menjadi tak terkendali semenjak bertemu dengannya? Apakah pilihan ku ini tidak salah?' Monolog Misca dalam benak sembari memerhatikan wajah Philip.

"Mengapa menatap ku seperti itu? Apakah kau mengagumi ketampananku?"

Gelak tawa tiba tiba saja terdengar cukup keras di dalam mobil yang hanya di tumpangi tiga orang itu.

Spontan Philip menolehkan kepalanya menatap Misca yang menertawakan dirinya.

"Kau menertawaiku? Bukankah memang benar aku tampan?" tanya Philip.

Tak ada jawaban dari Misca, melainkan hanya gelak tawa yang masih terdengar jelas di telinganya.

Entah apa yang membuat gadis itu tergelitik sehingga membuat nya menertawakan Philip.

"Ternyata kau memiliki sisi humoris, padahal ayahmu tak pernah mengatakan hal seperti itu," ujar Misca ketika ia telah berhasil menghentikan tawanya.

Philip mengerutkan keningnya bingung.

Sejak kapan ia humoris? Seingat nya ia sedari tadi tak mengatakan hal hal yang bisa di anggap melucu, jadi kalimat mana yang membuat nya menjadi lucu?

Kurang lebih hal hal seperti itu yang kini ada di pemikiran Philip saat ini.

"Kau aneh," ujar Philip pada akhirnya yang tak mengerti jalan fikiran Misca.

Misca hanya mengendikkan bahunya tak memedulikan hal yang baru saja di tujukan padanya.

Tak berselang lama keduanya telah sampai di kantor Philip bekerja.

"Kau tak lama kan? Aku di mobil saja," lirih Misca yang berbanding terbalik dengan Philip sebelumnya.

Philip memutarkan maniknya malas, dan tanpa aba aba segera menarik lengan gadis itu.

Mau tak mau Misca yang sebelumnya hendak menyanggah Philip terpaksa mengatupkan mulutnya dan mengikuti langkah kaki Misca.

Misanthropy Vs Philanthropy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang