Bab 21| Salah Paham

87 45 2
                                    

Beberapa kali Veer mencubit kening di antara dua alis nya itu. Ia tak habis fikir mengapa sang anak yang baru saja ia ingin banggakan karena nyatanya telah dekat dengan Misca, justru kini tampak kebalikannya, bahkan gadis itu lebih memilih untuk keluar pulang lebih dahulu dari putranya.

Veer mengambil nafasnya panjang dan menghelanya pelan sebelum akhirnya ia melangkahkan kakinya menuju sofa yang ada disana, dan meminta putranya untuk duduk berbicara empat mata dengannya.

"Mengapa kau tiba tiba seperti berubah total dalam sekejap sebelum kau masuk ke ruangan ini?" tanya Veer tanpa basa basi.

Ia tak suka basa basi, begitu juga dengan Philip yang hampir sama karakter nya dengan Veer, yang menyukai pembicaraan langsung ke inti dan tak melebar dengan hal yang tak seharusnya di bicarakan.

"Menurut Dad?"

"Justru Dad tak tahu, untuk itu aku bertanya."

Philip mendengus kesal, dan berbalik bertanya pada Veer, "Apakah sikap Misca tak mengganggumu? Bukankah kalimat nya saja seperti tengah merayu Daddy seakan ingin menampilkan dirinya adalah sosok yang baik di hadapanmu Dad?".

Veer ternganga di buatnya.

"Karena itu?"

Tak lama Philip menganggukan kepala nya, dan sesaat ia merasa di bohongi oleh Misca, lantaran pandangan sebelumnya pada Misca tak seperti itu, melainkan seorang gadis unik, yang jarang untuk dapat di temukan.

"Astaga ... Kau baru saja salah sangka Philip, sebaiknya setelah ini kau harus mengejarnya."

Philip bingung bukan main dengan jawaban yang justru di berikan oleh Veer padanya.

"Maksud Dad?"

"Tadi dia bukan sedang merayu, melainkan ia sedang berusaha meyakinkan Dad atas ucapan yang menurut nya seperti janji pada Dad, lagi pula untuk apa bagi Misca menjilat seperti itu pada Dad, memang nya Misca mengenal mu lebih dulu baru aku yang mengenal nya? Bukankah sebaliknya?"

Kali ini Philip terdiam seribu bahasa berusaha mencerna kata perkata dari kalimat yang baru saja di ucapkan oleh Veer padanya.

Seketika seperti tamparan keras untuk nya ketika ia mencerna dengan baik kalimat itu.

"Dad dan Misca baru saja saling mengenal beberapa bulan terakhir saat kami tak sengaja bertemu di sebuah taman. Kau tahu bukan bahwa Dad sebenarnya memiliki asma yang selama ini di rahasiakan pada semua orang karena itu artinya dapat menjadi kelemahan perusahaan?"

Philip menganggukan kepalanya mendengar kan ucapan sang ayah.

"Kala itu aku tak membawa obatku, dan aku hampir tiada di dunia ini, jika bukan karena gadis itu yang entah dari mana ia datang menghampiriku dan membawa ku ke rumah sakit, bahkan ia menungguiku hingga bangun. Kau tahu apa yang ia ucapkan pertama kali saat aku terbangun dari pingsanku?"

Gelengan kepala Philip berikan pada Veer sebagai jawaban yang seakan sang ayah sedang memberikan sebuah mini quiz padanya.

"Terimakasih paman sudah membuka matamu, ku harap paman selalu sehat, lain kali paman jangan lupa bawa obat yang kau butuhkan, jika kau butuh pengingat, maka kau dapat menghubungiku untuk mengingatkannya. Kalimat itu yang selalu terngiang di kepalaku, menurutmu orang sebaik itu apakah memerlukan hal hal menjilat yang kau katakan? Kurasa tidak sama sekali, dan setelah pertemuan itu aku mencoba mencari tahu nya, serta mencoba menghubungi nya seperti yang ia katakan karena jujur aku masih belum benar benar seratus persen percaya padanya, bahkan lima puluh persen saja belum, hanya saja tepat saat aku membuat panggilan ia dengan cepat mengenali suaraku."

Misanthropy Vs Philanthropy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang