Sebagaimana perjanjian sebelumnya maka Misca di periksa kembali oleh dokter yang ada di sana, dan selama pemeriksaan berlangsung Philip memilih untuk menyiapkan segal hal yang mungkin saja terjadi.
Mulai dari pesawat dan hal kecil lainnya ia persiapkan dengan baik.
Ia tak melupakan bahwa salah satu persyaratan Misca dapat kembali ke negara nya jika menggunakan pesawat pribadi karena jika menggunakan pesawat komersial seperti biasa maka faktor kelelahan pastinya akan mempengaruhi kondisi Misca.
Walaupun tak menutup kemungkinan menggunakan pesawat pribadi juga memiliki resiko yang sama.
Kondisi fisik tubuh Misca adalah penentunya!
Dalam waktu kurang lebih setengah jam Philip telah menyelesaikan segala urusannya.
"Bagaimana kondisi istriku?"
"Seperti yang saya duga, bahwa sebenarnya istri anda memerlukan istirahat yang cukup, ia tak boleh kelelahan, ataupun stress karena akan memicu hal yang sama terulang kembali.
Jika itu terjadi dan mengalami pendarahan berulang maka saya tak yakin bahwa calon bayi anda akan selamat, dan tak menutup kemungkinan Ibunya juga dalam bahaya.
Philip membulatkan maniknya sempurna. Oh ayolah ia tak mengharapkan bahwa hal seperti itu di lontarkan oleh sang dokter begitu saja.
Ia tak ingin kehilangan satu orang pun di antara keduanya.
"Bagaimana keputusan anda? Apakah memungkinkan istri saya pulang ke negara kami? Saya tak ingin ia merasa tertekan dan berakhur stress karena tak di perbolehkan pulang."
Mendengar kalimat dari Philip tentu saja menjadi sebuah pertimbangan besar untuknya.
Ia tahu bahwa sebenarnya Misca akan lebih baik jika ia pantau beberapa hari ke depan terlebih dahulu, hanya saja perkataan Philip juga ada benarnya.
"Aku akan mengizinkan kalian, jika ada seorang dokter yang anda kirimkan kemari, sehingga saat anda kembali ke negara anda istri anda memiliki dokter yang menangani nya, faktor resiko istri anda terlalu besar terlebih istri anda masih sangat muda."
Butuh beberapa waktu Philip terdiam, dan tak lama ia mengiyakan hal tersebut. Ia tahu maksud dokter tersebut adalah hal yang terbaik untuk sang istri, untuk itu ia memikirkan dengan sangat hati hati.
Tanpa menunggu lama Philip mencoba menghubungi dokter yang sebelumnya pernah menangani kondisi Misca.
Jujur saja tak semudah yang ia bayangkan. Ia fikir jika ia mengetahui teknologi semuanya akan terasa mudah, lalu mengapa di saat seperti ini manusia tetap ia butuhkan menyangkut nyawa istrinya itu.
'Aku membutuhkan manusia.'
Kalimat itu yang pada akhirnya Philip garis bawahi.
.
."Philip, apakah aku bisa pulang."
Seperti sebuah pertanyaan yang di ulang ulang, Misca kembali berseru demikian di saat Philip baru saja memasuki ruang rawat inap Misca sembari duduk di tepi ranjang gadis itu.
Philip tersenyum pelan, dan tak lama ia duduk dab memegangi tangan Misca dengan lembutnya.
"Kau boleh pulang asalkan kau menuruti semua perkataan ku tanpa sebuah penolakan atau pun menolaknya."
Kalimat itu seperti sebuah warning layaknya kalimat tersebut akan menjadi sebuah konfrontasi.
"Tak bisakah aku menyetujui nya atau menolaknya setelah kau beritahu detailnya?" tanya Misca yang berusaha tan terkelabui oleh Philip.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misanthropy Vs Philanthropy [END]
RomanceBlurb : Pernahkah kalian menyadari bahwa ada segelintir orang yang menganggap bahwa manusia hanyalah pengganggu, dan penuh kemunafikan? Manusia umum nya tentu saja akan bergantung satu sama lain dengan manusia lainnya, karena bagaimanapun juga man...