Bab 14| Alasan Unik

107 47 0
                                    

Pertemuan di antara kedua keluarga tersebut berlangsung lancar. Tak ada perselisihan, ataupun usulan untuk menghentikan kelanjutan dari rencana pernikahan di antara Philip dan juga Misca.

Bahkan Veer dan Parvez kini mulai semakin akrab membicarakan mengenai acara pernikahan seperti apa yang akan di lakukan.

Jika boleh jujur, maka Philip memilih untuk tak mengambil andil di dalam pengurusan rencana pernikahan mereka, yang tentu saja berbanding terbalik dengan Misca yang sudah di pastikan akan mengambil andil, terlebih gadis itu sendiri yang mengatakan pada sang ayah bahwa ia ingin menikah, maka akan terasa aneh jika ia tak mengambil andil dalam pengurusan acara  pernikahannya sendiri. 

Bila rencana pernikahan mereka di putuskan untuk di lanjutkan, bukankah itu artinya rencana siasat mereka benar benar berhasil dan tak menimbulkan kecurigaan?

Tentu saja berhasil! 

Bagaimana tidak berhasil jika keduanya terlihat saling mengenal lama satu sama lain layaknya sepasang kekasih pada normalnya,  dan tanpa mereka sadari secara natural keduanya saling menutupi kekurangan masing masing. Jadi siapa yang akan menyadari jika keduanya semata menggunakan siasat dan juga kebohongan? 

"Terimakasih atas pertemuan malam ini, seperti nya kita harus bertemu beberapa kali lagi membicarakan mengenai pernikahan yang akan di gelar," ujar Parvez yang mengakhiri pertemuan di antara kedua keluarga.

Veer segera menganggukan kepala nya menyetujui apa yang di katakan oleh Parvez tersebut.

Tak lama setelah nya kedua belah pihak keluarga tersebut bubar secara perlahan, dengan Misca dan juga Philip memilih untuk pulang belakangan, lantaran Philip lah yang memberikan usulan seperti itu.

.

.

"Aku ingin menanyakan hal serius padamu sebelum kita melangkah lebih jauh."

Nada bicara yang terdengar dingin dan datar dapat Misca dengar dari belah bibir Philip.

"Ada apa?" tanya Misca pada akhirnya bertanya pada pemuda yang ada di hadapannya itu.

Philip menghela nafasnya panjang terlebih dahulu sebelum membuka pembicaraan di antara mereka.

"Apa yang sebenarnya membuatmu menyetujui pernikahan konyol yang di minta oleh ayahku? Aku tahu pasti Daddy ku yang membujukmu."

Sebuah pertanyaan yang tak terduga justru dapat Misca dengar kali ini.

Gadis itu memilih diam, dan tak langsung menjawabnya. Ia memerlukan waktu lebih banyak untuk berfikir sebelum mengutarakannya, agar ia tak menyesal.

"Daddy mu orang baik dan tulus, jadi tak ada salahnya aku membantu permintaan dari ayahmu itu."

Butuh beberapa menit bagi Philip untuk mencerna kalimat yang baru saja di katakan oleh Misca tersebut.

Baru kali ini ia mendengar alasan yang sungguh tak masuk akal untuknya. Apakah kalimat yang baru saja di katakan oleh Misca dapat di jadikan sebuah alasan?

Dirinya saja memiliki alasan yang tak bisa dibantah, lantaran jika ia tak menyetujui pernikahan itu, maka sama saja ia tak akan memiliki probabilitas untuk membaca pesan terakhir dari sang Ibu.

"Kau yakin hanya itu alasannya? Atau karena kau ingin mendapatkan kekayaan ku atau semacamnya?" lirih Philip yang mencoba kembali realistis, sesuai dengan kebanyakan orang yang selama ini ada di sekelilingnya yang pernah ia temui. 

Kini justru Misca lah yang mengerutkan keningnya tak memahami kalimat sarkas dari Philip tersebut.

"Mengapa aku membutuhkan kekayaan mu?" tanya Misca dengan polosnya.

Misanthropy Vs Philanthropy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang