"Sayang, buka matamu, aku sudah di sini."
Kalimat itu tentu saja Misca lakukan. Entahlah gadis itu memang kini telah mempercayakan semuanya pada suaminya itu.
Manik Misca menatap lurus ke arah Philip yang duduk di tepi ranjang dimana Misca berbaring.
"Apakah kau sudah merasa lebih baik?"
Sebuah anggukan kepala cepat tentu saja di berikan oleh Misca pada Philip.
Gadis itu jauh merasa lebih baik ketika ia merasa bahwa dirinya akan selalu di lindungi oleh suaminya itu.
"Philip, apakah kita bisa pulang?"
Kalimat yang sudah berulang kali Misca terus tanyakan pada nya beberapa kali kini terdengar kembali di telinganya.
Mau tak mau Philip akhirnya menganggukan kepalanya, dan mengatakan pada Misca bahwa ia harus menyelesaikan seluruh administrasi dan tentu saja pertimbangan dokter yang ada disana.
Tak mungkin ia mengambil resiko terlalu tinggi jika seandainya dokter disana tetap tak mengizinkan nya.
"Kita akan pulang, jika dokter mengizinkan mu."
Jawaban tegas yang kini di dapatkan oleh Misca.
Jika Philip telah mengatakan demikian, maka Misca tak dapat berkata apa apa lagi, lagi pula perkataan dari Philip sudah sangat jelas bukan?
Hal tersebut yang dapat di tarik kesimpulan dari seorang Misca selaku pasien yang berada di sana.
"Baby, ternyata Daddy mu keras kepala," ujar Misca sembari mengusap perutnya pelan.
Philip memutarkan manik nya. Ia tak menyangka bahwa istrinya kini bisa menyindir diri nya dengan cara berpura pura tengah berbicara dengan janin yang ada di perut istrinya sendiri.
"Enak saja, kau yang keras kepala sayang ... baby jangan dengarkan Mommy mu yang sedang melantur," balas Philip yang tak mau kalah sembari ikut mengulurkan tangannya mengusap perut Misca yang masih terlihat rata.
Sungguh ia masih tak percaya jika pada akhirnya ia akan memiliki keturunannya sendiri.
"Misca, apakah aku tak sedang bermimpi jika aku akan memiliki seorang anak?" lirih Philip tiba tiba yang kini terlihat sangat emosional sibuk mengusapi perut Misca dengan hati hati.
Misca tersenyum melihat suaminya yang kini berubah menjadi lelaki melankolis.
Jika biasanya ia mungkin tak akan pernah melihat kejadian langka ini, maka kini ia dapat melihat dengan kedua maniknya bagaimana Philip terlihat sangat emosional dengan penuh rasa haru, belum lagi cairan bening dari kedua manik nya yang mulai turun begitu saja tanpa di minta.
"Jangan menangis Philip, nanti bayi kita ikut menangis seperti mu," ujar Misca sembari berusaha menghapus air mata Philip.
Philip menatap lekat ke arah Misca dan tak lama kembali memeluki gadis yang telah mengubah hidup nya 180 derajat.
"Aku kira aku tak akan hidup sendiri selamanya, tapi ternyata kau hadir dalam hidup ku bersama dengan bayi yang ada di dalam tubuhmu," ujar Philip di tengah tengah pelukannya itu.
Misca tak dapat menahan senyumnya. Ia bangga pada dirinya sendiri karena telah memutuskan hal yang tepat dalam hidupnya.
Jika saja ia tak menerima tawaran Veer bukankah dirinya dan Philip tak akan memiliki garis takdir yang indah seperti sekarang ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Misanthropy Vs Philanthropy [END]
RomanceBlurb : Pernahkah kalian menyadari bahwa ada segelintir orang yang menganggap bahwa manusia hanyalah pengganggu, dan penuh kemunafikan? Manusia umum nya tentu saja akan bergantung satu sama lain dengan manusia lainnya, karena bagaimanapun juga man...