Bab 40| Kembali Jatuh Hati

74 35 0
                                    

Makanan yang dibuat oleh Philip kini telah tertata rapi di meja makan mereka.

"Kau yang membuat ini semua?" tanya Misca dengan takjub saat menyadari bahwa bukan hanya satu atau dua menu saja yang berada di sana, melainkan lebih dari empat menu.

Anggukan kepala Philip berikan pada Misca.

"Apakah kau tadi melihatku bahwa aku membeli makanan untuk di hidangkan kali ini?" tanya Philip penuh percaya diri.

Gelengan kepala Misca berikan pada Philip sebagai jawabannya, karena memang benar adanya jika Misca tak melihat bahwa suaminya memesan makanan yang di hidangkan tersebut.

"Kau yang terbaik," ujar Misca sembari memberikan jempolnya pada suaminya itu penuh bangga.

Hal hal kecil yang baru saja di lakukan oleh Philip tentu saja memiliki kesan tersendiri bagi seorang Misca. Misca selalu menyukai hal hal kecil dan sederhana yang di lakukan oleh suaminya itu.

Setelahnya kedua nya menyantap makanan yang sebelumnya telah di buat oleh Philip tersebut.

Suasana di meja makan tampak terasa tenang, sesekali Misca tampak mencuri pandang pada suaminya itu. Jujur saja ia merasa senang setelah mengetahui bahwa seperti ini lah rasanya pernikahan.

Boleh kah ia mengatakan syukur jika niat baiknya dulu pada Veer nyatanya membuat nya merasakan sebuah kasih sayang yang terasa nyata dari sang suami padanya?

Pertanyaan seperti itu yang sempat terbesit secara tak langsung di kepala nya itu.

"Ada apa? Mengapa kau menatap ku? Apakah aku terlihat tampan di matamu?" lirih Philip hendak menggoda Misca.

Tanpa sadar gadis itu justru meladeni Philip dengan sebuah anggukan kepala tanpa rasa malu sedikit pun.

Jika Philip kira Misca akan menyanggahnya dan tak mengatakan demikian, yang terjadi justru sebaliknya!

Berhubung yang terjadi tak sesuai dengan ekspektasi nya, tanpa ia sadari pipi Philip secara perlahan mulai bersemu merah mendengar sebuah jawaban yang tak ia duga dari sang istri.

'Astaga! Mengapa aku justru mendapatkan jawaban demikian, Philip sadarlah kau seharusnya tak menggoda istrimu, karena jawaban istrimu pasti tak sesuai dengan prediksimu,' lirih Philip dalam benak berusaha menyadarkan dirinya sendiri untuk tetap waspada dengan jawaban - jawaban tak terduga dari Misca yang memang menyukai hal random.

"Kau memang terlihat tampan di wajah ku," ujar Misca penuh percaya diri.

"Aku tak menyangka kau akan menjawabnya dengan lantang, kukira kau akan malu mengatakan hal seperti itu," ujar Philip sesuai dengan yang ada di dalam pikirannya itu.

Sebuah cengiran ia dapatkan dari gadis itu, dan tak lama ia mengatakan bahwa untuk apa ia malu dengan kenyataan bahwa suaminya memang tampan, justru seharusnya ia bangga akan hal itu, lagi pula ia mensyukuri dengan segala yang ia miliki saat ini.

Jika Misca sudah mengatakan hal tersebut, maka ia tak dapat mengatakan apapun lagi, yang dapat ia lakukan hanyalah memberikan senyuman terbaik bagi istri yang menurut nya patut di acungi jempol lantaran dengan lantang mengatakan bahwa ia merasa bangga pada dirinya.

Jujur saja kali ini Philip kembali jatuh hati dengan sikap kepolosan dari seorang Misca. Lagi lagi hatinya tergerak dengan sikap Misca yang unik tersebut.

Philip kira semua orang kecuali sang Ibu adalah orang yang munafik dan sebenarnya tak pantas berada di muka bumi, tetapi setelah menemukan sosok seperti istrinya itu, maka jujur saja membuka pemikiran dirinya sendiri.

Ia baru saja menyadari bahwa tak semua orang ia bisa menyamakannya dengan pemikiran kolot nya dahulu, sebab Misca yang ada di hadapannya adalah sosok manusia yang langka dalam kamusnya.

Misanthropy Vs Philanthropy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang