Luffy menelan liurnya akibat bisikan sesat yang tidak ia sangka. Melirik pria itu tepat disamping wajahnya sudah meleleh dengan napsu berantakan begitu terlihat menawan.
Tidak ada jawaban berarti itu persetujuan. Sanji tersenyum dengan wajah sensualnya saat mata mereka bertemu.
Melepas pelukan, mendorong pelan Luffy agar terbaring santai. Saat posisi pas ia menahan tubuhnya dengan tangan yang menyentuh tepat diluka X Luffy.
"Ini.. Sakit?" Jari Sanji menyentuh lembut. Lalu menatap sang kapten dengan perasaan bersalah.
Luffy menerima pandangan penuh penyesalan mata biru itu, menyibak rambut Sanji ke belakang telinga untuk dapat penuh melihat rupawannya.
"Tidak.. Kenapa kau melihatku begitu.."
Sanji diam dan menatap luka sambil masih mengusapnya dengan jari.
"Aku merasa buruk karna tidak bersamamu saat itu... Aku malu sebagai kru yang lemah"
"Kau tidak lemah.." Luffy menaikan wajah Sanji agar berani memandangnya. Memberi ciuman menenangkan dengan tempo lambat sambil meremas rambut Sanji gemas.
Ciuman menggila seiring hasrat Luffy yang memakan naik, saat kedua lidah terlepas saliva Sanji meleleh. Tidak mampu menahan tubuhnya dia bersandar didada Luffy.
Keduanya memompa oksigen lebih cepat dari kehilangan sebelumnya.
"Kau hh~ sangat kuat Sanji"
"Terima kasih kapten.. Akuh akan melanjutkannya"
Penis Luffy sudah tegak sanji mengangkat pinggulnya dan mulai memasukannya perlahan. Sanji mulai mengerang.
"Erghh engh ini masih tidak cukup... Ah heu" Dia mulai terlihat kesakitan dan matanya mulai merah berair.
Luffy mengerut saat adiknya mulai masuk tempat yang masih sempit. Entah miliknya yang besar atau lubang Sanji yang terlalu ketat.
Wajah didepannya begitu seksi berusaha memasukannya sendiri, sebenarnya dia sudah sangat tidak sabar tapi tidak buruk melihat wajah Sanji yang meleleh seksi terlihat cabul didepannya.
"Hah~~ kenapa sampai melakukan ini untukku?" Tanya Luffy manja.
"Akuh~~ ergh merasa perlu membayar hidupku" Ucap Sanji, matanya berkaca-kaca.
"Arghh" Luffy mengerang bersamaan dengan Sanji yang memasukannya lebih dalam.
"LUFFY~~~~ arhhh heung ahh Luffy~~~ heu heu hiks.. Aku.. Merasa bersalah.. Hiks aku tidak tau aku merasa buruk padamu.." Sanji menangis kencang wajahnya berantakan bercampur saliva dari dirinya yang penuh emosional.
Luffy menatap dengan terkesiap, ekspresi yang penuh kesedihan, penyesalan dan keputusan asaan. Bercampur dengan napsu yang ia gunakan sebagai pertukaran semua perasaan itu.
Telinganya mendengar rintihan juga panggilan namanya "Luffy..Luffy...luffy" Bercampur racau tangis, suara menangis yang indah dari mulut manis Sanji.
Memandang dengan wajah yang seolah memohon ampunan berantakan sangat putus asa. Tapi tetap sangat menawan.
Anehnya Luffy menyukai itu, melihat hanya dirinya yang ditatap penuh safir biru, tangisan, rintihan, harapan juga panggilan seluruhnya untuk dirinya sendiri.
Tapi juga begitu membuatnya merasa buruk. Tatapan hangat Luffy berubah bulat penuh misteri.
Bergerak dan mengubah posisi dengan cepat Sanji ada di bawah tubuhnya.
Meski terkejut Sanji masih menangis. "Ne... Lihat aku Sanji" Suara itu rendah dan dalam, Sanji berhenti menangis seolah tersihir. Mata mereka kembali bertemu dan pandangan Luffy gelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
side story from one Piece (Fanfic)
FanfictionAdegan adegan tambahan dari imajinasi jiji Enjoy~~~ Isinya kaya draf, bisa awal short story yang jadi long story. Bisa tambahan dari cerita asli One Piece atau juga bisa special moment" Tertentu. Pokonya kaya martabak - special lah buat kalian wkw...