Vampire and Hunter love story - Zosan 9 End

181 14 4
                                    

Suara denting lonceng yang nyaring dan menggelitik. Malam yang berangin dengan secangkir kopi yang hangat.

Lengan yang meremas cangkir, merasakan hangat di setiap indranya. Namun wajahnya segar diterpa angin malam sejuk dan dingin.

Tempat duduk yang sama, cafe yang sama dan situasi yang sama. Hanya saja saat ini ia sendirian.

"Nikmatilah saat ini karna tidak pernah ada yang abadi"

Radio cafe itu berkata sembarangan seolah ia tau segalanya.

Ada sesuatu yang menghantam tenggorokan, rasa sakit yang tertanam tidak bisa dilampiaskan.

"eukk" Tersedak dengan sesak, ia menahan dahi, menahan tunduk.

"Ughhhh... Ugh.. Sanji" Air mata keluar, "Sanji" Semakin lirih.. "Sanji"

Saut berkata, dia pria tampan yang selalu menghabiskan malam duduk kesepian dengan cangkir kopi yang sampai dingin tidak disentuh. Lalu tertunduk dan seperti berbicara sendirian.

"Tuan kami sudah akan tutup, apa anda ingin order  sebelum closing"

"Tidak"

"Baiklah"

Mata coklatnya menuju pada etalase, kue keju yang lembut berhiaskan strawberry. "Aku ingin membungkusnya"

"Ahh cheesecake?"

"Ya"

Jika ini singkat mengapa kita perlu bertemu. Jalan yang becek dan kumuh.

"Hey hati-hati jika berjalan!"

Orang-orang sampah yang seharusnya mati. Mengapa orang-orang baik harus membayar kehidupan masyarakat sampah.

"Kenapa kau menatapku seperti itu? Hey!! Ahh dasar gila"

Anday saja tiga orang itu tidak ia bunuh dengan cepat, mungkin bisa sedikit meredakan amarah dan rasa mengganggu ini.

"Kau pikir aku akan senang" Suara halus, dari Sanjinya yang muncul sebagai halusinasi. Zoro tidak dapat menjawabnya. Hanya bersyukur dia kembali padanya meski hanya imajinasi.

"Ughhh" Kembali berasakan kejut pada dadanya yang sesak.

Tiga minggu sejak Sanji koma dan sadar, ia sangat hancur untuk lebih hancur mendengar kematian dudu. Anak kami..

"Dari mana saja kau! Kau berbohong padaku!

Kau pikir kami adalah lelucon!

Kau seharusnya ada menjaga anakmu!

Kau tidak punya hati?

Aku datang ketempatmu dan mereka bilang kau tidak bekerja disana!

Siapa kau sebenernya!?!!!"

Bertanya dengan mata beruapkan rasa sakit yang tak akan pernah bisa ia bayarkan.

Sejak "aku takut dengan hunter" Dikencan entah keberapa kali Sanji mengatakannya.

Ia tau tak akan ada vampir yang menyukai hunter, berharap pada kesempatan yang ada mungkin ia adalah pengecualiannya.

"Ibuku dibunuh hunter"

tapi hari itu membuatnya bertekad tak akan mengatakannya.

Tangan yang memukul tapi melukai dirinya sendiri, menarik kerahnya menuntut jawaban dan pertanggungjawaban. Setiap saat bagaikan neraka bagi Zoro juga bagi Sanji. Tatapan itu halus dan sedih dengan amarah, mampu membuat dada Zoro terkoyak-koyak sampai mulutnya tak bisa bergerak dan raga kekarnya lumpuh.

side story from one Piece (Fanfic)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang