Kamar yang diterangi cahaya remang lampu tidur.
Gaps!!!!!!
Sanji bangun terpenjat hingga tubuhnya terangkat, duduk dengan selimut yang kusut di bawahnya. Kakinya menekuk dan ia tak bisa menegakan punggung.
Kepalanya jatuh ditahan tangan, memegang rambut dan mengacak-acak disana.
"Eughk.. Heuk.. Heuk.." Menahan ringkih sekecil mungkin.
Pagi hari dengan wajah yang nampak tak rapih ia menyiapkan sarapan.
"Arh!" Ketus sang wanita malas melihat orang yang berada satu rumah dengannya.
"Selamat pagi.. Puding-chan" Sapa ramah Sanji. Tapi wanita itu menunjukan wajah jijik kesal alih-alih menjawab sapaan pagi sang suami.
Duduk makan dengan malas dan pergi meleos meninggalkan piring kotor berantakan.
Sanji mengelap meja dan mencuci bekas makan mereka bersama. Masuk ke kamar dan akan membereskan tempat tidur.
Kerahnya diraih dengan kasar tubuhnya tertarik mendekat wajah puding untuk didorong seperti tak berharga.
Brug!
Punggungnya terjatuh ke kasur.
Yang melakukannya adalah puding, yang menatap dari atas dengan wajah tidak menyenangkan. Kakinya naik berada di antara tubuh Sanji. Dia menindihnya dari atas dan menatap lekat.
"Puding-chan.. Ini sudah pagi"
"Kenapa? Ini tugasmu sebagai suamiku.. Apa kau tidak suka karena aku memiliki tiga mata?!"
"Tidak.. Aku sudah menjelaskan ini semua.. Bagiku kau sangat cantik"
"PEMBOHONG!!!!" PLAK!
wajah itu marah dan Sanji hanya menatap sedih.
Tamparan menghamtam bertubi-tubi seperti hujan.
Hanya terdengar suara adu kulit tapi semakin lama melemah.
Sanji memegang tangan sang istri menghentikannya.
"Sudah.. Um.. Sudah yaaa" Dengan suara gemetar, Dia bangkit membawa tubuh sang istri dalam pelukan dan lalu mengusap rambutnya lembut.
"Tanganmu sudah merah dan terluka" Lanjutnya
Terdengar tangis isak pada puding. "Hiks" Sanji mendekap lebih dan menyalurkan kehangatan untuknya. Mengelus-elus lagi menenangkan.
Saat ini wajahnya yang bengkak dan bahkan ada garis darah diujung bibir, tapi nampak seperti saat ini sedang tak terjadi apa-apa padanya.
Puding berontak dan memukul Sanji, "BERHENTI BERPURA-PURA!"
Sanji hanya pasrah dibawah kasurnya. Membiarkan wanita itu melakukan apa yang dia mau. Meski itu sakit dan hanya terus menambah luka.
Plak!
Plak!
Plak!
"Kenapa kita harus seperti ini sebelum aku bisa melakukannya?!" Emosi yang memuncak dari puding.
"t.. Tidak.. Puding-chan.. Kau.. Salah pa..ham" Sanji pusing dia tidak tau lagi.
"Kalau begitu jangan menolak!"
Sanji ingin menjawab tapi entah tidak bisa hanya berkedip sebagai tanda ia.
Ini terjadi lagi dan hanya bisa menurut. Duduk dibawah puding dengan tangan yang diikat. Dia seperti anjing dibawa majikan. Mengusap-usap wajahnya pada paha wanita yang mengangkat dress piyama.
KAMU SEDANG MEMBACA
side story from one Piece (Fanfic)
FanficAdegan adegan tambahan dari imajinasi jiji Enjoy~~~ Isinya kaya draf, bisa awal short story yang jadi long story. Bisa tambahan dari cerita asli One Piece atau juga bisa special moment" Tertentu. Pokonya kaya martabak - special lah buat kalian wkw...