"Ketika terjadi sebuah masalah lebih baik segera memperbaikinya dengan mencari solusi bersama daripada saling menyalahkan."
Yah,..
Tidak ada yang benar-benar sempurna, dalam proses kehamilan Sanji lebih banyak menghabiskan waktu sendirian. Menghadapi mual sendirian. Dalam satu bulan kau dapat menghitung jari sebelah tangan berapa kali pria itu pulang dan tidur dirumah.
Apa ini bisa disebut masalah?
Sanji kesepian tapi memang sejak awal ia tau Zoro begitu disibukan oleh pekerjaannya. Tapi satu hal yang ia penasaran dan membuat cemas. Sering kali ia dapati noda darah atau bubuk mesiu dari bajunya. Zoro akan mencucinya sendiri tapi ia payah menyembunyikan hal itu.
Jelas itu bukan darah Zoro, dan jika tebakan sanji benar, itu mungkin darah vampir. Mungkin ia banyak membantu vampir di kota.
Apa kota sedang tidak aman? Sanji mengingat waktu dimana Zoro menyelamatkannya. Sanji sangat takut dengan hunter karna mereka memburu vampir untuk dijual. Itu bukan tanpa alasan karna dimasa lalu vampir sangat jahat dan perusak. Ini adalah akibat kejahatan dulu juga roda sudah berputar hunter memperkuat diri agar tidak ditindas, seiring banyaknya vampir yang juga tak ingin mengikuti jejak leluhur.
Sanji tidak bisa menyalahkan hunter sepenuhnya tapi ketakutan dan paranoidnya karena ibunya dulu dibunuh oleh hunter yang dendam dengan ayahnya. Itulah mengapa sanji tidak menyukai hunter.
Ini hari dimana Zoro pulang, Sanji menyiapkan daging steak yang dimasak medium rare. Dengan wine yang didapat dari bosnya sebagai hadiah ya mereka baru membukanya saat ini. Sanji tidak ikut minum demi anak mereka. Tapi ia siapkan semua ini untuk memancing keromantisan yang hampir usang.
"Terimakasih untuk makanan hari ini" Ucap Zoro yang wajahnya disinari lilin diatas cahaya bulan. Sambil memegang tangan sanji dan mengusapnya dengan jari.
Sanji mengangguk.
Zoro mendekat, mendudukan sanji dimeja. Membelai lembut perut yang membesar melihat sanji dari bawah dengan wajah yang masih malu-malu seperti kelinci kecil.
Deting dari gelas yang jatuh mengenai piring, alas meja putih bernoda merah wine yang tumpah. Meja yang tidak seimbang karna gerakan dua orang yang bercumbu terbawa suasana.
Zoro adalah Zoro, Sanji tau dan tidak meragukannya hanya saja Berbulan-bulan ia kesepian dan khawatir bersamaan. Bisakah ia mengatakannya dengan jujur. Rasanya frustasi dan lelah.
"Hiks" Sanji menggigit bibir menahan tangis. Hari ini juga bajunya berbau mesiu dan darah.
Zoro selesai mandi dengan rambut basah, lehernya dikalungi handuk. Sanji duduk dengan memegang buku yang tidak dibaca, kue dan teh kesukaannya yang terlihat tak tersentuh dan dingin.
Zoro tau masalahnya, hanya saja ia ingin berpura-pura tidak membahasnya sekarang. Suasana mereka sudah baik tadi jadi ia tak mau merusaknya. Ini adalah akibat dari kesibukannya bekerja tapi ia berharap sanji mengerti. Sifat manja dan kekanak-kanakannya muncul seperti saat ia berusaha menolaknya dimasa lalu.
Cara Sanji mengatakan masalah selalu seperti itu. Tapi untuk saat ini jujur saja ia tak bisa meladeni. Apa yang Sanji lakukan hari ini mungkin karna ia menyerah dan sudah memberi toleransi.
Zoro bersyukur, ia sudah lelah dengan pekerjaan. Tapi ia berjanji ini tidak akan lama lagi dan ia bisa fokus pada Sanji.
"Zoro..." Sanji membuyarkan pikirannya, melihatnya lekat dari tempat duduk.
Matanya gugup seperti ragu untuk mengatakannya atau tidak, tapi bibirnya yakin berucap. "Aku tidak berusaha ikut campur.. Hanya saja.. Kau selalu berbau mesiu dan darah.. Ak-"
"Kau tau itu hanya serangan hunter, ya.. Itu biasa dilingkungan ini.. Kau mengerti bukan? Ini seperti saat kita dulu" Bahkan sebelum Sanji menyelesaikan kalimatnya.
"Apa itu tidak berbahaya?"
"Semuanya baik-baik saja"
"Baiklah.." Sanji mengalah.
Suasana kembali canggung, Zoro mendekap Sanji dan mengangkatnya menuju tempat tidur. Mencium kedua kelopak matanya berharap itu mantra yang menenangkannya dan membuatnya tidur dengan nyaman.
Tapi Sanji terjaga dan hanya Zoro yang tertidur di sampingnya.
~~~
Ada banyak pertengkaran, tapi topik ini sama soal Sanji yang kesepian dan Zoro yang tak bisa mengalah soal pekerjaan. Sanji tau, ia hanya frustasi karna hanya sendirian dirumah dan tak bisa kemanapun. Jadi terkadang saat Zoro ada ia malah kesal. Atau mungkin itu pengaruh hormon kehamilannya.
Sebenarnya Zoro sudah melengkapi segalanya dan dengan kondisi Sanji ia lebih baik diam dirumah. Bahkan untuk cek kehamilan dokter dan perawat akan datang sendiri kesana.
Meski tidak ada Zoro tetap memperhatikan segala kebutuhan untuk Sanji. Kamar yang sudah siap untuk vampir kecil yang akan lahir. Stock darah untuk Sanji minum, makanan penutup dan ada bibi yang membersihkan rumah setiap dua hari.
Sanji benar-benar hanya dibiarkan fokus untuk merawat kehamilannya dan sehat. Ini bukan soal keserakahan tapi Sanji juga sedih kalau Zoro jarang pulang dan membiarkannya sendirian cukup lama.
Sanji semakin banyak menangis diusia tua kehamilan dan melewatkan kedatangan Zoro karna ia sudah tertidur setelah kelelahan menangis.
Bibi sedang ada saat itu, "apa ia menangis lagi?" Tanya Zoro.
"Yaa.. Tapi dokter mengatakan semuanya sehat hanya saja tuan Sanji kesepian"
"Huhhh aku tau" Tapi tidak bisa melakukan apapun.
Zoro mengecup Sanji dan hanya bisa membelai wajah yang sekarang hampir tak ia temukan senyuman ceria seperti dulu.
~~~
Zoro berlari ia sudah telat satu hari menemani Sanji dihari bersalin. Membuka pintu dengan tidak sabar anaknya tengah tenang dalam gendong Sanji.
Melupakan waktu yang ia lewatkan tanpa melihat perjuangan Sanji. Kala ia disapa hangat oleh manusia yang sudah mengalah dan bersabar selama kehamilannya.
"Zoro" Sanji yang haru dan senang bercampur saat melihat pasangannya akhirnya datang.
"Sayang.. Ugh" Tanpa sadar ia juga menahan tangis, melihat Sanji yang berwajah lemas. Ia membelai rambut dan memberikan penghargaan padanya. "Kau sudah bekerja keras" Zoro melihat manusia kecil yang baru menginjak dunia yang tidak lain adalah buah hatinya.
Anaknya memiliki warna rambut yang sama dengannya tapi kulitnya putih seperti Sanji. Matanya belum berbuka dia berharap warnanya akan sama dengan milik ibunya yang punya warna bola mata yang cantik.
Zoro dan Sanji bahagia diiringi suara tangis bayi mereka yang masih belum tau mengekspresikan cara mengekspresikan diri saat merasakan hawa lain selain ibunya yang melahirkan.
Tidak henti Zoro mencium dan mengecup Sanji, dia benar-benar bahagia dan bersyukur. Dihidupnya yang lama membosankan dan monoton. Masa-masa bersama Sanji begitu banyak keberkahan yang tak pernah ia bayangkan.
"Aku berhasil melahirkannya, hiks Zoro"
"Yah kau berhasil sayang, kau sangat hebat.. Aku minta maaf"
"Um tidak masalah dia sehat dan mirip denganmu.. Aku melahirkan keturunan untukmu aku sangat senang diberi kesempatan ini.. Ugh hiks"
"Tidak.. Aku yang beruntung, jangan menangis anak kita pasti ikut sedih.. Dan aku menyukai kau yang tersenyum"
"Um"
Tbc
https://teer.id/@jusmine91
KAMU SEDANG MEMBACA
side story from one Piece (Fanfic)
FanfictionAdegan adegan tambahan dari imajinasi jiji Enjoy~~~ Isinya kaya draf, bisa awal short story yang jadi long story. Bisa tambahan dari cerita asli One Piece atau juga bisa special moment" Tertentu. Pokonya kaya martabak - special lah buat kalian wkw...