3. Pertama

156 13 1
                                    

Pagi-pagi buta Bella sudah menyiapkan sepucuk surat untuk memberitahukan pada orangtuanya bahwa dirinya memutuskan untuk meninggalkan kampung kelahirannya ini dan bersekolah di kota.

Dengan sedikit bantuan kerabat dan tabungan yang dia sisihkan dirinya pun pergi dengan perasaan yang menegangkan, walaupun ini keinginannya sendiri tentu banyak kekhawatiran di dalam dirinya atas apa yang akan dia hadapi di kota Bandung, tujuan yang paling dekat dengan kampungnya. Menghabiskan waktu 8 jam untuk sampai dengan kendaraan darat roda 2.

Masuk di tahun terakhir sekolah menengah atas begitu menantang sebab semua orang sudah memiliki teman dekat dan kenalannya masing-masing sementara Bella disini datang sebagai siswa baru.

Bella merasa dirinya terlihat begitu berbeda dengan anak lainnya dimulai dengan ponsel, aksesoris yang dipakai, sepatu yang bersih tidak seperti dirinya yang terlihat lusuh bahkan orang-orang sempat memperhatikan dari ujung kepala sampai kaki. Terlihat tidak ada satu orang pun yang berniat menjadi temannya atau sekedar basa-basi.

'Kekuatan uangnya keliatan pisan disini.'

Satu grup wanita yang melewati dirinya melihat dengan tatapan yang kurang nyaman tapi berubah begitu mereka di sapa pria tampan, iya benar pria tampan yang entah siapa. Tapi memang banyak sekali pria-pria tampan di sini tidak seperti di kampungnya.

'Kaya pemain sinetron semua anjir, di kampung mah asa teu marandi mana bau. Ini semua orang kota begini kah? Kok teu adil ya hidup.'

Benar saja Bella di kelas pun tidak ada teman dirinya juga tidak masalah toh masih beradaptasi dengan lingkungannya.

Saat dirinya sedang duduk sendiri datanglah sekelompok wanita yang tadi melewatinya duduk di meja Bella sisanya mengelilingi dirinya.

"Anak baru, pindahan dari mana?"

Bella melihat dadanya sebelah kanan "Ini nama aku ada di sini gak bisa baca?" Dirinya menunjuk nama yang terjait di seragamnya.

"So galak begini, sopan dikit dong."

"Ngaca." Ucap Bella sambil melipat tangannya tidak merasa terintimidasi sedikit pun.

"Gak usah songong ya lo!" Si wanita yang duduk di meja pun turun dan menggebrag meja di hadapan Bella yang tidak berdampak sedikitpun.

Teman yang lain ikut merundungi Bella dengan mendorong bahunya "Baju lo kenapa kucel begini, warnanya kuning lagi?"

"Gak tau, kenapa? Mau beliin."

"Dih." Dahinya mengeryit karena Bella terus saja menjawab pertanyaan yang dilontarkan.

"Dih dih apa mampu gak beliin?"

"Ngapain gue beliin lo baju? gak penting banget."

"Kalau gak penting kenapa ini rame-rame ke meja aku? Mau apa sama hal gak penting depan kalian."

"Jawabin mulu si anjing ih."

"Ya ditanya aku jawab lah."

Salah satu dari mereka menarik rambut Bella "Lo jangan s-"

Bella menampar tangan yang menarik rambutnya lalu dia balik melakukannya sampai sang wanita teriak kencang.

Bella tarik ke depan kelas untuk mengumumkan sesuatu "Kalau ada yang macem-macem waktu aku diem, aku botakin disini juga." Bella melepas cengkramannya kemudian menghempaskan sampai orangnya terpentok meja guru.

"Ih kasar banget jadi cewe." Celutuk dari siswa yang baru datang ke kelas.

"Harus lemes emang kalau cewe? Kamu tuh cowo keliatan kaya tipes kaga protws aku."

"Anjing ya lo!"

"Aku bakal balas semua yang kalian lakuin ke aku termasuk." Bella mengambil jeda mendekati si pria dan menonjok perutnya kencang "Termasuk manggil aku anjing saat aku gak lakuin apa-apa."

Bella menarik napasnya lalu memperingatkan orang-orang lagi "Kalau masih penasaran boleh dicoba tapi selanjutnya aku gak akan nahan lagi kaya sekarang." Ancamnya sambil meregangkan jari-jari tangannya.

Beberapa orang melihatnya ngeri dan beberapa orang juga ada yang merasa kasian karena si anak baru penampilannya lusuh sangat jomplang sekali terlihatnya saat dia duduk di kelas ditambah ternyata perlakuannya kasar.

'Anjing juga tapi ya ini baju aku kenapa koneng sendiri, tapi aslinya bersih anjir. Fix dah kudu beli baju seragam baru dan semua halnya biar gak mencolok.'

🌻

METANOIA (another story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang