58. Balasan

135 13 8
                                    

"Kenapa ketakutan gitu wajahnya?" Tanya Rama kepada seorang pemuda yang mulutnya disumpel kain dengan tangan terikat ke kursi roda. Tampaknya Rama masih terlihat tenang tapi auranya begitu mengerikan berbeda dari hari kemarin yang memohon maaf atas kesalahan kekasihnya pada Attar, pacar dari Atma yang mengganggu Bella beberapa hari ini. 

Pemuda yang duduk di kursi roda itu meronta-ronta ingin bebas dari ikatannya dan berlari sekuat tenaga tapi apa daya kakinya telah Rama habisi ditendang dan diinjak saat dirinya sadar dan berusaha kabur.

Attar benar-benar ketakutan bagaimana bisa seseorang yang begitu lembut yang dia temui di siang hari bisa tiba-tiba total berubah di hadapannya menjadi manusia yang menggerikan.

Rama masih memilah-milah barang rongsokan di sekitar sana karena belakang gedung penuh dengan barang-barang tidak penting yang sepertinya bisa Rama gunakan untuk menghajar pemuda yang kesakitan itu.

"Rama anjing!" Sawal baru tiba dengan napas terengah-engah segera dia mengecek pasien yang terikat di kursi roda karena takut Rama bertindak terlalu jauh, Sawal menutup mata meringis seolah merasakan kesakitan dari darah yang sedikit mengalir dari hidung dan juga kaki pria itu yang sudah pasti ulah luapan emosi Rama.

Sawal memperhatikan wajah pria ini sudah babak belur jauh dari sebelumnya, bahkan matanya sudah bengkak lebih parah dari luka yang Bella torehkan.

"Ma..." Sawal lemas takut masalah ini akan diusut pihak berwajib.

"Tenang wal gak akan gue buat sampe mati, aga susah jalan doang paling." Rama menepuk pundak Sawal dan melewatinya.

Jian, Devon, dan Sebastian tiba dengan melihat sosok pria di kursi roda itu meminta tolong dari matanya dengan sisa tenaga yang ada, berharap salah satu dari mereka menolongnya bersamaan dengan Rama yang terlihat santai melambaikan tongkat kayu menyapa temannya yang baru saja datang.

Sebastian mengalihkan pandangannya ke tempat lain sudah tau apa yang akan dilakukan, Jian memiringkan kepalanya tak percaya ini semua ulah Rama sedangkan Devon terlihat lebih tenang dari semua temannya.

"Ma udah." Sawal bersuara dengan sangat lembut di belakang Rama tapi tetap memberikan jarak, Rama tidak menghiraukannya dan siap-siap mengayunkan kayu yang dia pegang bagaikan bermain baseball.

Karena ketakutan dan terus meronta-ronta pria di kursi roda itu pun akhirnya terhuyung jatuh, satu tali di tangannya lepas segera pula dia membuka kain yang menyumpal mulutnya tapi sebelum Attar menyuarakan yang ingin dia katakan Rama sudah mempertemukan pipi sang pemuda dengan kayu yang dipegangnya.

Cukup keras sehingga sang pria terjatuh ke samping, Jian semakin panik dari bola matanya yang membulat sedangkan Sebastian mulai berjalan mendekat karena merasa ini sudah di luar batas.

"Anjing manusia anjing! Ngapain tangan lo pegang-pegang cewe gue, mau gue rusak alat vital lo bangsat! Gak punya otak!" Rama sambil menginjak-injak tubuh Attar yang terlihat pasrah karena tenaganya sudah habis, Rama ingin mengayunkan lagi tongkat kayu yang dia pegang tapi Devon segera menghalangi dengan punggungnya yang membuat kayu itu koyak karena memang agak usang dan lapuk sehingga hancur begitu diayunkan setarik mungkin mengenai punggung Devon. Sawal yang kaget langsung merebut paksa sisa kayu di tangan Rama.

"MINGGIR BANGSAT!" Rama semakin tak terkendali melihat Sebastian dan Jian menolong pria yang tak berdaya di depan matanya.

Devon kemudian berdiri di hadapan Rama "Udah Rama anjing! Gue juga rasanya mau ngebunuh kalau ada yang kaya gitu sama Karmika tapi sadar kalau lo kelepasan, emang Bella bakal masih mau sama lo kalau lo begini?" Tanya Devon.

Seketika suasana hening, penyebutan nama Bella dari mulut Devon dengan cukup keras bukan hanya menghentikan amarah Rama tapi juga mengundang satu orang dari lantai dua menoleh ke jendela untuk menyaksikan keributan di bawah, matanya tertuju pada dua orang yang memopong satu pasien tak sadarkan diri membuat bola matanya membesar. Dirinya diam di sana beberapa menit dan pergi menjauh dari lokasi sebab tidak ingin dirinya diketahui telah menonton hal yang sepertinya tidak boleh dia lihat.

Keheningan di belakang gedung saat ini membuat napas Rama yang terenggah-enggah cukup terdengar untuk semua temannya di sana.

"Bella mungkin kasar tapi dia suka cowo yang baik makanya dia pilih lo. Tenangin diri lo, gak mau kan Bella ninggalin lo beneran?" Devon mendorong Rama cukup kuat disetiap pernyataan dan pertanyaannya, tidak mau hal ini menjadi baku hantam antara temannya Sawal menyelip di tengah dan memeluk Rama memberikan tepukan di punggungnya berusaha membuat temannya tenang.

"Udah ya ma please jangan kaya dulu lagi, lo udah jadi orang baik jangan kembali ke masa kelam lo. Mending lo pikirin buat ada terus di sisi Bella." Mendengar hal itu Rama meneteskan air mata tanpa bersuara, Rama menyembunyikan wajahnya di pundak Sawal.

Setelah beberapa saat Rama dirasa cukup lama menempel Sawal pun berakhir menegur "Nangis aja bangsat tapi jangan meluk makin erat! Jijik gue." Tegurannya membuat suasana sedih mereda seketika.

"Ih anjing scandal di belakang rumah sakit dua pria bermesraan." Devon menambahkan guyonan yang membuat Rama tertawa kecil.

"Mau kemana anjing Devon malah ninggalin?" Sawal melihat ke sampingnya karena terdengar Devon berjalan.

"Ngecek si brengsek lah gitu-gitu juga jangan sampai dia mati, bisa-bisa pasangan homo lo masuk penjara." Tunjuk Devon dengan mulutnya kepada Rama yang masih menenangkan diri sementara Sawal heboh sendiri setiap gosip dirinya dan Rama diungkit.

"Ih bangsat ingin punya pacar segera, ini karena lo ya gila ada desas-desus gue suka cowo!" Sawal mengeluh pada temannya tapi masih membiarkan Rama memeluknya.

"Wal lo bau."

"Alah anjing kenapa komenin badan gue!" Dorong Sawal kesal.

Jian dari ujung datang kembali untuk membawa beberapa alat bukti untuk dihilangkan "Anjir kalian kenapa jadi genre romance gini?" Jian berceloteh sambil melewati Rama dan Sawal.

"Rama bangsat awas gelo lagi! Ini pertama dan terakhir ya bangsat." Sawal menepuk keras pundak temannya kemudian meninggalkannya untuk membantu Jian.

"Rama ckckck sekalinya ngamuk lo bener-bener ya." Jian menggelengkan kepala memberikan komentar pada temannya.

"Maaf." Ucap Rama mengaruk kepalanya yang tidak gatal.


🌻

METANOIA (another story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang