75. Penjaga Bella

62 6 4
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Rama terbangun oleh suara alarm yang dia pasang, untuk pertama kalinya dia bangun dideringan pertama dengan gusar karena saat tangannya direntangkan tidak terasa kehadiran Bella, yang padahal sang wanita tepat di sebelahnya semalam. Rama bernapas lega saat membalikan tubuhnya Bella ada di sisi lainnya dan dia memeluk Bella kembali.

"By nyenyak bobonya?" Tanya Rama memejamkan matanya, belum ingin menyapa cahaya matahari yang terlalu bersinar.

"Heem."

Rama menahan tubuhnya dengan sikut untuk memeriksa Bella mengingat semalam kekasihnya cukup lama menangis "Lihat dulu matanya, mmm gak begitu bengkak lah ya" Rama mengecup mata yang sebenarnya seperti kekurangan tidur "Mau dikompres gak matanya?"

Bella tidak menjawab hanya menggeleng kepalanya lalu memeluk Rama erat.

"Ma."

"Apa by?"

"Aku sayang Rama."

"Rama juga sayang Bella." Rama berikan kecupan di pucuk kepalanya beberapa kali "Kalau masih susah cerita besok-besok boleh. Kapanpun Rama tunggu ya."

Bella menikmati afeksi yang Rama berikan dengan suara Rama yang begitu menenangkan juga perlakuannya yang lembut, Bella tidak menyangka pria dipelukannya ini pernah mengalami hal mengerikan di usia yang terbilang muda. Bella mungkin terlalu menyepelekan saat Rama menceritakan masa lalunya perihal dia pernah dirundung, tidak pernah terbayangkan olehnya umur yang masih remaja bisa sesadis dan bar-bar seperti itu. Bella masih terbayang-bayang akan kejadian dari video yang dia lihat, Rama memang menjelaskan tapi tidak sedetail itu dan Bella merasa bersalah atas orang-orang  jahat yang menghancurkan hidup kekasihnya.

"By kok nangis lagi?" Rama sempat memangku wajahnya untuk dia periksa sebab terdengar lagi isakan kecil dari Bella, Rama mencium bibirnya singkat diakhiri dengan pelukan yang lebih erat.

"Bella kalau nangis biasa aja Rama ikut sedih tau apalagi kaya gini sampe ingusan, sesek banget liatnya." Ucap Rama pelan sambil masih mengelus Bella memberikan kenyamanan untuk kekasihnya yang menangis kembali.

'Sama ma aku juga sedih, sedih banget liat kamu pernah kesakitan gitu disiksa gak manusiawi sama orang sinting.'

"Rama nanti sore ada kelasnya sampe jam 5 kamu cuma sampe jam 3 kan hari ini? Nanti Karmika jagain kamu di kosan ya selama aku kelas."

"Kenapa harus dijagain?" Masih terisak-isak Bella menyempatkan bertanya.

"Rama khawatir kalau Bella sendiri lagi gak stabil gini. Bella jarang-jarang kaya gini soalnya, bukan maksudnya nanti dikemudian hari gak boleh sedih cuma karena Bella jarang segininya jadi Rama pingin waktu Rama ada kelas Bella ada yang jagain aja pokonya."

"Bobo lagi gih masih lama kelasnya juga. Eh ngomong-ngomong ibu kos gak nanya-nanya ya aku nginep di sini? Gak kaya yang di kosan kamu yang dulu." Rama mencoba mengalihkan kesedihan Bella dengan berbincang kecil.

"Yang sekarang mah centil ibu kosnya, malah suka kalo banyak yang ganteng mampir."

"Aku ganteng berarti ya by?"

"Gak usah so bodoh!" Bella menghapus air matanya lalu membalikan tubuhnya.

"Lah kok emosi tadi perasaan sayang-sayangan." Rama meledek.

"Ya ganteng atuh ma masa gak tau? Ganteng banget malah buat aku mah."

"Sekali lagi sini coba liatnya jangan munggungin, pujinya depan aku by."

"Gak mau ih aku lagi bengkak mata."

"Iya sini balik badan sambil kasih kecup biar gak bengkak."

Bella membalikan tubuhnya kembali setelah sempat menghindar beberapa kali dari Rama yang melingkarkan tangannya di pinggang Bella.

"Ma."

"Apa by?"

"Kalau ada yang jahat sama Rama aku bakalan hajar pokonya."

"Random amat, perasaan belum ada cewe lagi yang berani nempel ke aku semenjak kamu suka labrak." Bella memeluk Rama kembali dengan mengalungkan satu tangannya di tengkuk Rama sambil ditarik, kali ini Bella yang mengecup wajah Rama berkali-kali.

"Ganteng Rama, ganteng, pacar aku ganteng, punya aku."

'Apa Rama bisa terus punya aku ya? Tapi gimana ya kalo disebarin kan Rama yang kena.'

"Iya punya Bella Ramanya, inget terus ya itu awas lupa! Harus inget Bella gak sendiri Bella punya Rama jadi kalau ada apa-apa cari bantuan itu ke Rama kan ibu sama bapak Bella jauh kalau lebih nyaman ke Karmika boleh, coba hargain orang sekitar kamu yang khawatir dengan share kesulitan kamunya kalau Bella gak kuat hadapin sendiri kalau bisa ya, paham ya by?"

"Ma cium."

"Jawab dulu paham engga."

"Huum ngerti, cium lagi."

***


"Bella belum cerita-cerita nih?" Tanya Sawal penasaran, Rama hanya menggeleng untuk pertanyaan kawannya.

"Lo gak usah gusar deh ma kan gue udah bilang gue lagi kumpulin bukti-bukti buat memberatkan si Riki." Tepuk Fang pada pundak temannya itu.

"Tapi adenya si Roy kira-kira masih bajingan gak ya?" Lagi-lagi Sawal penasaran.

Rama sempat mengerutkan dahi saat Devon lebih cepat menjawab menimpali Sawal "Kata gue sih masih, kakanya aja membabi buta gitu."

"Ada kemungkinan gak sih si Roy playing victim cerita ke si Riki?" Sawal si banyak curiga.

"Bisa aja mereka kan adik-kakak." Jawab Rama lemas.

"Gila gila dulu adiknya cari gara-gara sama si Rama sekarang kakanya ke Bella." Devon menyisir rambutnya kesal "Apapun itu kayanya kita harus siap fisik deh, jaga-jaga aja kalau mereka main gila."


🌻

METANOIA (another story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang