82. Teman laki-laki

63 7 1
                                    

Sudah menjadi rutinitas akhir dari bermain bersama itu kalau tidak ke bar milik Sebastian pasti mereka ke tempat karaoke, bukan hal yang baru tapi kekasihnya Rama sangat heboh semenjak pergi meninggalkan Bandung sampai-sampai menitipkan Bella pada beberapa temannya yang menurut Bella sangat berlebihan mengingat dia bisa menjaga dirinya sendiri.

"Wal."

"Hmm." Sawal tidak berminat menanggapi Bella yang sedari tadi sudah seperti stand up komedi di ruangan VIP yang Sebastian pesan. Semua ini demi menghibur temannya Karmika yang sudah mengakhiri hubungannya, sebenarnya Karmika sudah baik-baik saja tapi Bella si berlebihan tentu melakukan show untuk temannya merayakan perasaan menjadi single.

"Ih lagi serius bukan mau ngalawak lagi."

"Apa?"

"Duh anjir aing bukan Karmika yang mau dengerin curhatan orang tapi aku jol kepo deh, kamu kenapa gak baik-baik aja hubungannya sama mamah kamu?"

Sawal tertawa atas rasa penasaran Bella, biasanya orang begitu hati-hati bertanya apalagi saat tahu masalahnya tentang keluarga tapi di sini Bella dengan jujur menunjukan kepedulian dengan caranya sendiri.

"Ya emang takdirnya."

"Wah anjing sih jawabannya kitu mah tapi da aku ge gak peduli-pedu-"

"Mamah ninggalin ayah karena ayah miskin, dia maunya hura-hura doang tapi begitu cowo yang dia pilih jatuh miskin balik lagi ke ayah minta uang lah, bantuan lah, jual kesedihan lah, yang keselnya ayah gue mau-mau aja karena kasihan. Gue udah anggap mamah meninggal semenjak dia ninggalin kita semua."

"Broken home ya kamu ternyata. Sedih wal?" Tanyanya santai sambil menegak minuman di tangannya.

"Ya lo pikir." Kesal Sawal mendengar tanggapan dari Bella.

"Ya udah sih tinggal cari mamah baru wal, da mengharapkan orang yang gak mau mah keur naon cape-cape kan? Gak usah disesali juga da nu kudunya nyesel mah dia gak sih ninggalin ayah kamu nu baik terus anak-anaknya juga gak aneh-aneh, eh atau sia aneh-aneh ya gaulna?"

"Ini ngasih semangat atau mau ledekin gue sih?"

"Hehehe gak ada kasih semangat, semangatin mah tugas diri sendiri baru deh mun teu kuat berdoa ke tuhan terus ya kalo ngerasa kita kurang disayang teh gak perlu jadi ngemis tau kita bisa jadi orang pertama yang kasih sayang ke orang lain. Nu jadi sok ribet teh lingkaran setan anjir trauma dibalas trauma padahal kudunya patahkan lah jadi pelopor matak sana itu waro adik ka Fang cieee cieeee."

Sawal menggelengkan kepalanya, memang sesuai prediksinya tanggapan Bella akan seperti ini tapi karena si wanita tidak menatapnya dengan rasa kasihan rasanya lebih nyaman dan bisa Sawal terima nasihatnya barusan.

"Lo serius sayang Rama?" Tanya Sawal tiba-tiba dengan topik baru.

"Kenapa?"

"Ya kaya lo gue juga kepo, temen gue beneran disayangin atau lo bajingan."

"Gila kali, ya serius lah aku udah ditahap mau dititipin benihnya."

"Goblog ih mulutnya Bella."

"Ya maksudnya aku sesayang itu anjir biar maneh percaya ini teh heuh." Keduanya berhenti untuk menegak minuman haram dan kembali berbincang.

Bella membuka mulutnya lagi "Asalnya aku ya gak mikir jauh pacaran ya pacaran makanya gak peduli kita beda juga tapi pas dijalanin aku pingin deh imamnya dia, anjrott mellow aing ah."

"Gak nyangka gue kombinasi Rama Bella bisa langgeng, bahkan si Devon Karmika yang lebih mantes langgeng malah putus."

"Dih emang aku sama si Rama kenapa anjir!"

"Kaya beda spesies gak sih?" Bella mengahajar Sawal tanpa aba-aba sudah seperti adik kakak yang tidak pernah akur saat keduanya bersama, dan pemandangan itu menjadi lumrah semenjak kedekatan mereka semakin erat. Tidak ada satu pun dari teman-teman di lingkungannya yang mencurigai akan kemungkinan gila antara Sawal dan Bella selain Rama sendiri yang sekarang sedang menuju lokasi karena pikirannya kacau atas skenario gila yang dia buat sendiri.

Sawal dan Bella melanjutkan minum-minum sampai si wanita tidak sanggup lagi karena seperti biasa saat mood nya baik dia akan bertingkah berlebihan, begitu juga saat mood nya buruk. Bella harus ada di level so-so agar bisa menjadi normal dan tidak berlebihan atas tindakannya yang sayang sekali tidak ada yang menahannya karena kekasihnya tidak ada di lokasi untuk membatasi hal itu.

Bella yang terlalu semangat pun hampir membuat keributan yang untungnya Sebastian lerai dan Sawal bawa ke luar sekalian menghirup udara segar atas padatnya area di dalam sana yang semakin malam semakin ramai, Bella serampangan berjalan menuju kursi taman duluan yang Sawal susul di belakangnya.

"Pake noh jaket." Sawal melempar ke arah Bella yang si wanita hempaskan ke tanah.

Sawal segera membawanya kembali sambil membersihkan takut ada tanah yang menempel, kemudian dengan sabar dia pakaikan untuk Bella yang susah diatur.

"Ribet amat ya ngurus lo." Ucapnya saat berhasil memakaikan jaket agar perut Bella tertutup kain.

"Lo ribet." Jawab Bella tidak membuka matanya karena cukup mengantuk.

Angin malam yang menghembus menyapa kulit dengan kesunyian yang menemani tidak membuatnya bosan berdiam diri di tempat yang sama sambil menatap wanita yang tidak sadarkan diri di hadapannya.

Wanita itu kekasih sahabatnya yang anehnya perasaan nervous selalu hadir saat bersama dengannya.

"Lo ganggu pikiran gue dan gua gak suka itu."Sawal berjalan mundur dengan memasukan kedua tangan ke saku celananya, kepalanya dia miringkan sambil memperhatikan Bella.

"Apa gue juga bakal sebahagia Rama kalau lo disamping gue?" Sawal melangkah mendekati kursi yang Bella duduki.

"Harusnya gue gak usah libatin orang ya biar kita deket terus........" Sawal menghela napas lalu menghembuskannya kemudian membenarkan rambut-rambut yang menutup wajah Bella.

"Padahal gue yang kenal lo duluan ya."

"Maksudnya apa wal?" Seketika otaknyanya susah berfungsi, walau begitu mulutnya terus menjawab semua pertanyaan Rama atau apapun itu yang Rama inginkan. Walau terlihat tenang sebenarnya pikirannya kosong karena tidak disiapkan mentalnya untuk menghadapi kejadian seperti ini.

"Lo mau cewe gue?"
"Gue gak akan kasih lo kesempatan."
"Lo kalau mau denial lakuin sampe akhir karena Bella punya gue selamanya."

Rasanya telinganya berdengung dicecar semua kata-kata yang Rama tuduhkan sampai akhirnya sahabat dan kekasihnya itu meninggalkannya sendiri

***

Rama menonjok stir mobil beberapa kali dengan jari meremat kuat menahan rasa kesalnya, perasaan ini sangat tidak nyaman bagi Rama karena bagaimana pun Sawal adalah sahabatnya.

"Wal.." Panggil Bella dengan suara parau, berhasil membuat Rama menoleh dengan dahi mengkerut bingung.

"By?"

"Wal nggg bawa Rama cini, kangen pingin kiss." Kalimat tidak jelas itu berhasil membuat Rama lega menghembuskan napasnya, dia sudah berpikir akan apa yang keluar dari mulut kekasihnya yang tidak-tidak ternyata Bella sama dengannya kepalanya hanya berisi tentang pasangannya.

"Rama di sini baby." Rama menepuk pelan pipinya sambil mengelus.

"Rama ngantuk."

"Iya by kita pulang ya, nginep sama aku ya sayang." Rama mengecup punggung tangannya sebelum mereka pergi meninggalkan lokasi. 

Emosi Rama yang menggebu-gebu itu bisa hilang begitu saja dengan manjanya Bella terhadapnya.


🌻

METANOIA (another story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang