41. Manis

159 17 3
                                    

Setelah resmi menjadi pasangan kekasih, fokusnya selalu tentang pasangannya, yang lain seakan tidak terlihat. Bella yang selalu tertuju pada Rama begitu pun sebaliknya menyadarkan orang sekitar begitu menjijikannya kedua orang yang memadu kasih ini. Bella yang begitu berani entah dari aksi atau ucapannya bersama Rama yang sabar menebar senyum dan menasehatinya setiap Bella melakukan hal yang ceroboh dengan mencubit pipi kekasihnya ini menjadi adegan yang disorot oleh seluruh warga Regulus ada yang iri dan ada pula yang merasa mereka tak cocok. 

Rama dan Bella adalah pasangan dengan kombinasi yang tidak disangka-sangka untuk warga Regulus, kedekatannya memang tidak tercium oleh orang luar selain teman dekat mereka jadi begitu mereka bergandengan tangan pemandangannya terasa asing dan menggemparkan.

Dari jauh teman-teman Rama melihat ke bawah menonton kedua pasangan yang seperti sedang syuting adegan romansa.

"Pernah gak lu nyangka Bella-Bella itu jadi manis gitu depan cowo?" Tanya Jian kepada Sebastian penasaran.

"Selain Bella yang asing, Rama juga keliatan asing gak sih? Liat itu matanya hampir ilang senyum mulu." Jawab Sebastian memandang sepasang kekasih baru itu. Sebagai yang pernah memiliki kedekatan dengan Bella Tanaya dengan waktu yang singkat benar-benar pemandangan di depannya ini cukup mengesankan bagi Sebastian, seorang Yakuza Regulus yang baru saja kemarin-kemarin terlibat baku hantam dan dikenal menyeramkan bisa semanis ini di depan kekasihnya.

"Alay itu mereka." Devon nimbrung, Dirga tertawa mendengar respon Devon.

Sawal ikut membalas "Padahal si Bella lusa kemarin baru gelut anjir, sekarang begini. Kaya kepribadian ganda."

Gilang mengistirahatkan kedua sikutnya sambil ikut memandangi yang teman-temannya lihat "Beneran saling suka ya kayanya, mereka."

"Lebih tepatnya Bella ngebet dan si Rama terlanjur kejebak." Sahut Sawal menggelengkan kepalanya miris melihat nasib temannya.

"Jujur gue malah jadi mau pacaran liatnya." Jian terkena efek pemandangan manis dari pasangan baru itu.

"Kaya iya aja bisa serius." Balas Devon meninggalkan lokasi diiringi tawa teman-temannya yang melihat wajah Jian kesal.

"Lu kalau gak lancar sama Karmika jangan jadiin gue samsak anjir!" Balas Jian berteriak ingin semua tau bahwa Devon payah menaklukan wanita.

***


Dalam satu hari kebersamaan yang mereka tontonkan di kampus sudah membuahkan asumsi-asumsi banyak orang namun mereka tidak sadar bahwa hampir seluruh kampus membahasnya sebab ini masih terlalu dini untuk mereka melihat dunia luar, sekarang dunianya masih tentang mereka berdua yang saling jatuh cinta bagai hidup dengan kacamata kuda alias yang lain tidak terlihat.

Kebersamaan yang terlihat indah, cantik dan manis itu nyatanya tidak seperti itu saat keduanya bersama, lebih banyak hal kotornya karena hasrat Bella yang menggebu-gebu dalam menunjukan perasaannya. 

Rasa sayang yang Bella rasakan begitu besar hingga meledak-ledak menembus portal norma yang ada.

"Bel tangannya diem dong jangan ke bawah-bawah." Rama mengusap rambut Bella yang lembut lalu mengecupnya, begitu manis saat Rama berbicara pada kekasihnya itu.

"Mainin pitonnya boleh ya?" Tanya Bella melihat ke arah Rama dengan wajah memelas.

"Astaga sampe dikasih nama segala. Gak boleh Bella, jangan nakal gitu ah." Penolakan Rama mendapatkan pukulan kecil di perutnya.

"Dikit aja ih kok pelit" Protes si wanita.

Rama dibuat pusing dengan tingkah Bella yang selalu menggodanya tapi kali ini serangannya lebih parah karena dia menunjukan wajah menggemaskan sangat berlawanan ekspresi dan hal yang sedang dimintanya. Baru saja resmi menyandang status sepasang kekasih tapi sudah ingin melakukan hal gila, Rama tidak begitu kaget karena yang jadi kekasihnya ini Bella yang memang dikenal di kampus regulus sebagai wanita yang 'handal' dalam urusan pernakalan. Rama akui hal itu benar adanya dan terjadi padanya saat ini.

"Jangan ya Bella peluk aja sini" Rama menarik tangan Bella yang ingin menuju alat vitalnya.

"Rama sebel deh cuma pegang aja ih kenapa gak boleh sih, boleh ya bentar sedetik aja?" Bella mengecup pipi Rama sambil meminta hal gila.

Rasanya Rama mau meledak, dia bisa saja menghancurkan Bella malam ini tapi tentu kewarasannya lebih bekerja dari pada napsunya. Bella terlihat menggemaskan dengan piyama biru langit yang dikenakannya memohon dengan bibirnya mengerucut yang hampir saja meruntuhkan tembok yang Rama bangun tapi memang tembok itu sudah agak retak.

"Yaudah sekejap." Rama memutuskan mengalah dan bibir Bella pun terlihat terangkat menjadi senyuman indah puas dengan jawaban kekasihnya.

"Sekejap tuh bentar bel, bener-bener bentar." Tangan Rama menahan pergelangan Bella yang sudah ingin memegang.

Bella memberikan anggukan semangat sambil tersenyum lalu mulai mengelus bagian inti Rama, saat tangan Bella menyentuh langsung terdengar hembusan napas kasar keluar dari mulut Rama walau terhalang oleh kain tapi bahannya yang tipis membuat Bella dapat merasakan suhu dan ukuran sang piton di tangannya.

Pikiran Rama juga jadi menggila bisa-bisanya dengan dua lapis kain mengahalangi tapi sentuhannya begitu terasa, dirinya jadi membayangkan jika kainnya tidak ada. Berbeda dari saat memainkannya sendiri, berbeda pula dari bayangannya selama ini, ini lebih dari ekspetasinya. Rasanya kepalanya ingin meledak atas kenikmatan yang Bella berikan.

Bella mulai memegang batangnya dengan erat menghasilkan suara erangan pelan dari Rama yang memejamkan matanya rapat-rapat, puas sekali Bella melihat Ramanya menahan kekacauan yang Bella lakukan.

Bella mengecup leher Rama yang terpampang dengan guratan urat menegang karena Rama menanggahkan kepalanya ke arah atas sambil mengigit bibir bawahnya reaksi efek dari sentuhan Bella.

"Rama pitonnya besar amat, gemes pingin aku gigit" Bella mencium pipi Rama setelah berbicara kotor tanpa tahu efeknya.

Bella sentuh ke atas dan ke bawah sangat pelan mengikuti reaksi Rama yang kesulitan bernapas dan masih memejamkan matanya.

"Belh bel udhah katanyah benthar bentar." Rama mengingatkan.

"Boleh mainin sampe keras aja gak?" Tanya Bella.

"Jangan bel please." Penolakan Rama.

Tiba-tiba Bella duduk di atas, mempertemukan intinya dan menggesekan bagian bawahnya. Terlihat Bella menikmati waktunya menunggangi inti Rama menggesek dengan berlahan sedangkan Rama dahinya mulai berkeringat dengan tangan meremas selimutnya. Bella mengusap pipi kanan Rama dengan ibu jarinya yang terlihat tegang menahan desahan keluar.

"Rama kehnapa wajahnya tegang, cuhma di mainih bentar gahk akan sampai sex kok." Bella seolah mencoba membuat Rama tegang tapi sambil masih menggerakan pinggulnya yang artinya ucapannya tidak menolong sama sekali.

"Udah bel." Sekali lagi Rama meminta berhenti tapi Bella tidak mengindahkan permintaanya.

Bella ingin membuat puas kekasihnya dan dia tahu bagaimana caranya jika permainan yang sekarang kurang menarik untuk Rama, Bella pun bisa bermain lebih jauh. 

Dia mulai memasukan tangannya di balik celana Rama yang tipis tapi tentu di sana intinya masih terhalang celana dalam yang harus dibuka.

"Bel stop!" Rama membuka matanya dan melihat tangan Bella sudah di dalam celananya.

"Buka semua ya ma?" Tanya dirinya santai.

"BEL AKU BILANG BERHENTI!" Rama sekita habis kesabaran dia menepis tangan Bella lalu beranjak dari ranjangnya, berdiri di samping kasurnya setelah membentak Bella yang terlihat terkejut.

Bella diam membeku melihat reaksi Rama yang meninggikan suaranya untuk pertama kali semenjak mereka kenal.

"Ra-ma maaf" Bella masih duduk di atas kasur sembari melihat ke arah Rama yang sedang sibuk mengais oksigen.

"Maaf bel, aku tidur di kamar tamu aja kamu di sini." Baru dua langkah Rama berjalan Bella sudah duluan menyusul langkahnya hingga memegang gagang pintu duluan.

"Gak usah, aku aja yang tidur di kamar tamu, kan itu emang tempat aku." Begitu selesai dengan kalimatnya pintu tertutup meninggalkan Rama yang kalut.

'Damn Rama lo buat Bella bingung! Stupid me!'
Rama menyisir rambut dengan jari-jari tangannya kesal atas perlakuan yang tiba-tiba kasar.


🌻

METANOIA (another story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang