6. Adaptasi

115 9 6
                                    

Bella memang masih tidak memiliki teman akrab tapi dia sudah berbaur baik dengan semua teman sekelasnya tanpa harus ada adegan gencat-gencet (perundungan seperti awal dia masuk sekolah). Sebaliknya dengan Karmika, dia semakin terlihat terpuruk, menyendiri bahkan teman terdekatnya lebih sering mengobrol dengan yang lain.

"Sar itu temen kamu kenapa anjir?" Tanya Bella pada Sarah sambil melirik Karmika.

"Gak tau, aku nanya gak pernah ditanggepin terus akhir-akhir ini."

"Tanya lagi atuh, temen kamu apan."

"Susah ih." Keluh Sarah.

Bella merasa terganggu melihat perubahan Karmika ditambah mulai beredar desas-desus kabar diantara teman sekelas mengenai Karmika yang sudah jelas hanya karangan semata orang-orang yang tidak ada kerjaan tapi toh Bella dan Karmika tidak begitu dekat jadi dia mencoba mengabaikannya saja karena ini bukan urusannya. Ikut campur baik jika kita memang sepenuhnya peduli dan kenal dekat, tapi jika tidak ada dua hal itu yang ada akan mengundang tanya dan ketidaknyamanan orang yang dipedulikannya.

Dengan kepribadian yang jujur dalam beropini dan tidak ragu untuk menunjukan ketidaksukaannya Bella menarik perhatian beberapa teman kelasnya karena menjadi yang berani bahkan kepada guru sekali pun yang biasanya anak-anak lain akan sedikit segan, dari situ pula lah Bella mulai memiliki banyak teman anak laki-laki tentu berbeda dari Karmika yang dikelilingi pria tampan rupawan seperti yang sengaja diseleksi Bella lebih berbaur dengan semua kalangan.

Perkumpulan para pria yang aktif futsal itu suatu hari tiba-tiba mengenalkan Bella dengan anak dari sekolah lain bernama Joseph anehnya diantara keduanya bukannya hanya teman akrab seperti yang lain tapi kedekatan mereka berujung  memiliki hubungan layaknya anak-anak remaja pada umunya.

Mungkin terdengar tidak masuk akal tapi masa-masa SMA berpacaran itu tidak begitu sulit belum ada trust issue, toxic, manipulate dan masih banyak lainnya. Antara sudah ada tapi tidak paham atau memang tidak peduli juga toh tujuannya hanya untuk mendapatkan kesenangan percintaan dalam hidup, bukan menjadi pasangan seumur hidup yang seleksinya harus benar.

Sejujurnya Bella sendiri tidak menyangka akan memiliki sesosok kekasih yang bahkan tidak satu sekolah dengan perawakan cukup tampan juga mapan, ada keraguan sebetulnya saat mengiyakan ajakan Joseph sebab selain memang budaya pacaran itu baru dia kenal saat pindah ke kota, kepercayaan yang mereka pegang pun berbeda yang sudah pasti dengan bekal ceramah bapaknya sendiri Bella tau jalannya salah tapi perhatian dan kebaikan Joseph menjerumuskannya dalam hubungan manis masa sekolah yang ada di sinetron-sinetron yang pernah dia lihat.

Semua indahnya hubungan pertama kali Bella rasakan saat bersama Joseph dimulai dari dibelikan bunga, dijemput dengan mobil, diajak makan malam di hotel yang indah dan begitu cantik sampai pergaulannya bebas pun dia lakukan saat bersama Joseph. 

Mulai dari minum-minum sampai tidur bersama juga dilakukan bersama kekasihnya, dua hal yang menyeramkan itu terasa manis jika bersama Joseph. 

Joseph adalah teman sekaligus tempatnya bersandar, dengan hadirnya dia Bella tidak merasa sendiri di kota yang besar ini.

"Apalagi yang gak ngerti?" Tanya Joseph pada Bella yang mengeryitkan dahi sembari mengerjakan tugasnya.

"Cep kamu pinter gini, ganteng juga kenapa mau sama aku ya? Tapi aku tau sih ya aku asik anjir orangnya siapa yang gak betah, iya gak?" Nanya sendiri menjawab sendiri sembari besar kepala itulah Bella.

Joseph hanya tertawa sambil mengangguk setuju "Cantik juga jangan lupa." Joseph mengelus pipinya.

Memang dari semua pria hanya Joseph yang memperlakukan Bella seperti tuan putri, sebagai perempuan Bella merasa dimanja berlibihan namun tetap dihargai.

"Oh jelas, aku sempet kusut sih awal pindah kesini. Bener-bener kuleheu tapi itu mah bukan berarti aku jelek tapi kurang modal aja. Jangan-jangan di dunia ini teh gak ada yah manusia yang jelek yang ada kurang duit aja buat ngerawat diri dan mempercantik gitu?" Bella si selalu random bertanya, ditambah Joseph memang selalu memiliki jawaban dari rasa penasaran Bella sebagai turis kota Bandung.

"Kuleheu tuh kucel kan?" Joseph memastikan.

"Iya. Kucel, dekil, kaya baju yang terus dipake. Nah kalau di manusia kuleheu tuh kaya semi-semi kaya gembel lah."

Joseph tertawa terbahak-bahak mendengar Bella dengan wajahnya yang serius menjelaskan bagaimana kisahnya dulu saat pindah ke Bandung yang katanya tampilannya seperti gembel, belum lagi seragamnya kuning yang dia sendiri tidak tahu juga mengapa bisa kuning.

"Udah dong jangan lawak terus bel." Joseph memegang perutnya sampai hampir tiduran.

"Aku carita anjir, kamu aja jol ngakak. Orang ganteng emang suka gitu ya? Humor rendang gampang ngakak sama yang joke garing?"

"Oh aku ganteng?" Goda Joseph

"Pake nanya ah." Bella menghindar.

"Cium dong kalau ganteng."

Tanpa malu-malu Bella menempelkan bibirnya, melahap bibir Joseph yang lembut. Sementara itu kedua tangan Joseph menarik pinggul Bella agar duduk dipangkuannya.

"Jangan." Ucap Bella menepuk dada Joseph.

"Kenapa?"

"Lagi dapet."

"Ya udah cium aja bel, lagi." Pinta Joseph yang dituruti kekasihnya dengan senang hati.


🌻

METANOIA (another story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang