88. Kesulitan Bella

57 6 1
                                    

Pesta kelulusan Sebastian, Dirga, Jian dan Gilang yang dirayakan sehari dengan gemerlapnya malam berhasil membuat Bella memiliki niat untuk nakal yang belum apa-apa sudah gagal dicekal Rama.

Sebastian si bos besar dari kelompok teman Rama memang memesan hotel untuk teman-temannya yang kelelahan di dekat club malam yang mereka kunjungi dan hal itu menjadi salah satu rencana Bella yang nyatanya gagal.

Rama meminta kamar yang berbeda dengan Bella, Rama juga mencegah si wanita untuk meminum alkohol yang artinya si wanita pun tidak bisa membuat Rama tidak berdaya malam ini dengan asupan minuman beralkohol. Sampai akhirnya pagi tiba kegigihannya tidak luntur untuk bermesraan dengan kekasihnya, dia bertukar kamar dengan Devon untuk menemani Karmika yang jelas si pria akan mau-mau saja karena menjadikan kesempatan itu untuk dekat dengan mantannya kembali sementara dia leluasa akan menggoda Rama yang tidak berdaya di pagi hari.

Bella tersenyum melihat wajah damai kekasihnya yang tidur, bibirnya sedikit membuka yang Bella tutup dengan mendorong dagunya. Kemudian dia meyentuh pipi Rama yang masih tertidur pulas.

'Lembut banget sayangku.'

"Selamat pagi." Sapa Bella sambil mengecup pipi dan leher Rama beberapa kali, tampaknya Rama masih lemas jadi dia hanya tersenyum dan membiarkan sang kekasih membanjiri wajahnya dengan kecupan.

Merasa mendapatkan izin tangan Bella mulai mengelus wajah Rama dan turun ke bagian perut Rama yang memiliki otot yang indah itu, Rama nyatanya terbuai dengan rasa nyaman yang diberikan saat bangun tidur.

"Rama nyenyak tidurnya?" Rama yang menutup matanya hanya menjawab dengan senyum dan anggukan sambil Bella masih memanjakan dengan elusan di beberapa bagian tubuh Rama.

Tangannya mulai semakin turun ke bawah ke tempat yang selalu Bella incar, di situlah Rama sadar ini bukan mimpi.

"Bel." Akhirnya Rama bersuara karena terasa jelas dinginnya tangan Bella yang sudah di bawah perut menyelip di celana Rama, sedikit lagi saja turun sudah sampai Bella ke destinasinya.

"Rama bakal beneran marah kalau kamu makin turun." Rama menengok ke sebelah menjadikan jarak wajahnya dengan Bella sangatlah dekat.

"Atuh ma ngelus aja meni pelit".

"Aku bilangin bapak kamu loh bel lama-lama." Ancam Rama.

"Ada pacar jahat amat!"

"Kenapa Bella selalu maksa coba?" Rama memegang pergelangan Bella cukup kencang menjauhkan untuk tidak menyentuh dirinya lagi.

"Iya pingin aja atuh kangen."

"Gak boleh baby, Rama udah janji ke bapak buat jagain Bella. Rasanya gak enak kalau kita ngelakuin hal kaya gitu setelah aku dapat kepercayaan orangtua kamu. Katanya Bella mau coba setiap harinya lebih baik kok masih gini?" Rama menanyakan dengan suara yang masih terdengar sedikit serak karena baru saja bangun.

Bella tidak menjawab hanya memasang wajah murung dan memainkan ujung bajunya, Rama sudah tidak paham lagi dengan jalan pikiran Bella padahal dia melakukan untuk kebaikan mereka berdua dan diri masing-masing tentunya dari perbuatan yang memang sudah seharusnya dihindari sejak lama.

"By kan kamu mah malah ngambek, tahan sayang Rama juga gak ada pilihan lain maksudnya endingnya bakal sama Bella udah bilang ke bapak, ibu, mamah, papah mau nikahin Bella. Kedenger kaya janji palsu emang tapi Rama udah set goalsnya ke sana jadi maksudnya Bella sabar aja udah sah mah Rama kasih semua, paham ya by ya?" Saat bertanya Rama mengelus pipi Bella dengan ibu jarinya.

"Aku gak ngambek tapi agak bt aja."

'Apa bedanya sih by?'

"Yang kuat ya by, Rama udah berapa kali kasih tau kamu masih ngeyel aja kan sampai akhirnya Rama janji sama bapak bakal ngejaga Bella disitu Rama gak bisa lengah lagi makanya Bella juga tolong sabar."

METANOIA (another story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang