38. Keputusan

118 13 3
                                    

Hari berganti dengan Bella terbangun menyadari ruangan sudah tampak berbeda, hanya bagian di dekat tubuhnya yang terlihat berantakan dengan bantal dan selimut yang berceceran sementara sisi yang lain sudah bersih dan rapi. Bella bangun dengan memeriksa setiap ruangan dan Rama sudah tidak ditemukan di mana pun, sepertinya dia memiliki kelas pagi.

Bella penasaran jadi diam-diam dia memeriksa kamar Rama yang semalam hancur, seperti magis semua sudah pulih kembali seperti tidak terjadi apa-apa. Perabotan baru juga sudah tertata menggantikan semua barang yang rusak dan sarapan untuknya sudah tersaji menurut note yang Rama tinggalkan di meja.
Untuk Bella, makasih buat kemarin. Sarapannya habisin ya.
Begitu kira-kira pesan yang ditinggalkan.

Kacaunya kemarin rasanya hanya seperti mimpi sebab tidak ada jejak sedikit pun ditambah hari berikutnya dan seterusnya pun baik Rama atau dirinya tidak membahas hal itu. Rama kembali seperti biasa, yang sedikit berubah adalah Rama jadi jarang terlihat, dia lebih sering menghabiskan waktunya di kampus bersama temannya atau di kos Kiki, dia hanya pulang untuk tidur.

Perlakuannya terhadap Bella pun tidak berubah hanya saja Bella tau ada sesuatu dengan pria ini tapi untuk menggali informasi lebih dalam Bella merasa tidak memiliki hak untuk mencampuri. Rama yang jadi dekat dengannya sudah lebih dari cukup, maka Bella putuskan untuk melupakannya dan menunggu Rama memberitahunya duluan membukakan pintu untuk Bella masuk nanti.

Semoga.

***


Setelah dari kosan Kiki, Rama tidak langsung pulang melainkan mampir ke rumah Sawal karena tidak ingin menghabiskan waktu di rumah.

"Gue bingung deh, jadi lo ngapain disini? Kalau udah berniat pura-pura gak terjadi apa-apa. Kenapa kaya menghindar?" Tanya Sawal pada Rama yang tiba-tiba datang ke rumahnya untuk mengutarakan isi kepalanya.

"Gue gak menghindar, hubungan gue lebih baik malah."

Keadaannya memang Rama dan Bella lebih dekat tapi jelas sekali Rama mencari-cari acara menyibukan diri agar waktu di rumahnya hanya untuk makan malam dan tidur saja.

"Serah lo deh ah." Sawal malas menanggapi karena pusingnya alur kisah yang Rama berikan.

"Gu- gue cuma takut aja, Bella ini jelas interest sama gue dan gue sadar itu
 tapi apa rasanya jadi berkurang ya wal karena waktu itu liat gue kaya orang gila?"

"Lagian lo sosoan tidur di kos Kiki, udah tau lo gak nyaman malah maksa jadinya kurang tidur terus mimpi buruk terus begitu kan elah ah ribet."

"Ya udah kan udah terlanjur kejadian, sekarang yang jadi pertanyaan apa rasa Bella sama gue berkurang?"

"Ya tanya ke orangnya anjir."

"Ya tebak sama lo kira-kira gimana, kan gue takut."

"Mana gue tau anjir ma."

"Lo kan lebih dulu suka ngobrol sama Bella, lo pasti bisa ngira-ngira."

"Mmm dia yang urakan, suka sotoy, emosian. Semua sikap yang gak banget itu dia tampilin tapi dengan dia yang kaya begitu jajaran mantan atau cowo yang pernah sama dia gak sembarangan."

"Jadi maksudnya apa wal?" Rama kesal sekaligus tak paham.

"Orang kaya gitu lo pikir bisa tiba-tiba menyerah? Buat ngejar cowo kaya lo?"

"Apa sih! Gue gak paham."

"Mantan si Bella itu ada atlit, anak band sama cowo-cowo populer bahkan bang Fang pernah deket dia. Gue tau setiap orang punya sisi bagus dan jelek tapi cewe selevel Bella ini bisa deket sama cowo kaya begitu pasti bukan hasil ngegodain kalo liat dari tingkahnya tapi usaha dan mungkin memang daya tariknya yang kita gak tau, dan menurut gue lo termasuk jajaran cowo yang repotasinya baik terus Bella jelas interest sama lo kan? Nah ya udah lo gak usah gusar dia pasti akan tetap ngejar lo."

"Perasaan orang tapi gak ada yang tau wal apalagi dia lihat gue kaya monster waktu itu."

'Dia juga asalnya ngegodain gue tapi sekarang engga, ya emang sih karena gue tegur tapi sekarang gue jadi mikir apa dia takut sama gue yang kepergok pernah acak-acakin kamar ya?'

"Kalau dia tulus dia bakal nunggu lo cerita dan saat tau juga nerima aja sih."

"Ya udah gue mau buru-buru kunci dia sebelum perasaan dia luntur sama gue."

"Apaan?"

"Gue mau jadiin dia cewe gue." Ucap Rama tegas lalu beranjak dari ranjang Sawal dan bergegas pulang.

"Hah? Orgil lo!" Pertama kali Sawal mendapati Rama yang segila ini dalam mengambil keputusan, biasanya dia begitu banyak pertimbangan apalagi untuk menjadikan seorang wanita sebagai kekasihnya. Fakta Rama memilih Bella adalah hal yang menggemparkan untuk Sawal sendiri karena prediksinya Rama tidak mungkin tertarik pada seorang Bella Tanaya, selama ini saja tipenya selalu seperti Sarah, seseorang yang pendiam dan lemah lembut.


🌻

METANOIA (another story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang