77. Membuang masalah

55 6 0
                                    

Proses penangkapan Roy dan Riki berjalan cukup panjang, tidak begitu sulit seperti yang dibayangkan sebab Sebastian mengumpulkan banyak bukti dari jauh-jauh hari belum lagi orang tua Rama yang sigap turun tangan dengan ayah dari Karmika yang memproses segalanya lebih cepat, 2 bulan lamanya perjuangan Rama untuk menjebloskan Roy dan selama itu pula Bella di rumah sakit mendapatkan perawatan dengan ditemani Sawal dan Devon yang berjaga bergantian tentu Didi dan Karmika ada di sana tapi Rama akan merasa lebih lega jika ada pria di sana lebih sering menjaga kekasihnya.

"Balik gih ke sini mulu, bosen." Tegur Bella yang tidak suka saat Sawal berlama-lama menemaninya sebab begitu Rama datang Bella ingin bermesraan yang tentu akan Rama tolak jika ada orang lain selain mereka di sana, jadi secara tidak langsung kebaikan Sawal justru beban untuk Bella.

"Bacot mulu, nih makan buah." Sawal menyodorkan buah-buahan yang dia berusaha dia potong walau tidak rapi.

"Gak rapih anjir ih, apelnya juga kuning."

"Kaga usah protes, makan aja elah."

Berisiknya Bella mengundang kekesalan Sawal beberapa kali padahal si pria cukup sabar ikut merawat Bella selama ini saat Rama terlalu sibuk dengan proses hukum.

Sawal menyentuh rambut Bella yang dirasa terlihat berbeda "Lepek banget anjir." 

"Efek temen kamu rewel khawatir berlebihan." 

Rama memang menyuruh Bella untuk tidak sering mandi takutnya demam yang sebenarnya sedikit kemungkin itu akan terjadi sebab Bella sudah dinyatakan baik-baik saja setelah 2 minggu bahkan kondisinya sudah segar bugar seperti dulu tapi Rama ingin benar-benar Bella keluar rumah sakit tanpa perban jadi dia meminta wanitanya untuk menginap di rumah sakit.

"Lebay banget si Rama."

"Sayang dia sama aku." Jawab Bella senyum-senyum sendiri.

"Ya pantes sih lo aja nekat, mana ada cewe ngelindungin cowonya sampe berdarah-darah."

"Ada kok, kalo sayang orang tuh bisa lakuin apa aja tau apalagi cewe banyak ngelakuin hal pake perasaan."

"Oh ya? Cewe yang ngelahirin gue engga tuh." Seketika setelah jawaban itu Bella diam kebingungan sebab terlalu tiba-tiba, begitu pun si pria yang bodohnya tidak sengaja menceritakan masalah pribadinya.

"Mmm engga semua emang tapi kebayanyakan cewe pake perasaan, kalo engga juga bukan salah cowonya, anaknya, atau siapapun itu sih. A-aku juga waktu sama yang lain cuma suka-sukaan kaya biasa pas sama Rama baru kaya beda ya mungkin ada kemauan dari masing-masing juga gak sih? Makanya saling eh anjir ngapain aing cerita ya."

'Rama beruntung punya perempuan-perempuan hebat di sekelilingnya.' Sawal tertawa lirih.

"Te-terus kamu juga bukannya disayangin tuh sama adik si kak Fang, ciee dede gemes." Bella mencoba agar ruangannya tidak hening.

"Mana ada, itu cuma suka-sukaan bocah aja."

"Dih jangan nyepelein rasa sayang orang kamu teh!"

"Ya memang bener, nanti udah agak tuaan juga bukan ke gue lagi tujuannya. Eh beneran deh ini lo harus kerasa-"

"Ayangg!" Sapa Bella semangat melambaikan tangannya melihat Rama yang baru sampai depan pintu.

Rama kemudian menunjukan senyumnya sebelum mendekati Bella dengan memangku wajahnya, tanpa permisi dia mengecup kening dan pipi kekasihnya dihadapan temannya yang sontak membuat Bella terkejut namun dia menikmatinya sementara Sawal yang merasa canggung melihat adegan bermesraan di hadapannya segera menjauh untuk duduk di atas sofa yang tidak jauh dari ranjang pasien.

"Baby udah makan?" Tanya Rama dengan sungguh manis.

"U-udah, ini sama buah." Bella memperlihatkan piringnya yang membuat Rama otomatis membuka mulut sebagai kode ingin mencicipi.

"Gak ada keluhan badannya?" Tanya Rama sambil mengunyah melon.

"Engga ih dibilang aku dah sembuh, eh jadi masalah udah selesai kan ma?"

"Iya udah by, kita bisa pulang dengan tenang besok. Semua yang jahat udah ditangani." Keduanya berbincang seolah Sawal tidak ada di ruangan sampai akhirnya Bella menyadarkan Rama.

"Kamu sama Sawal cari makan gih, bisi di sini mau sampe malem cari dulu dari sekarang kecuali mau pulang kalian."

"Iya ya aku cari makan dulu, Sawal pulang sih jadi gak usah beli makanan. Iya kan wal?"

"Yoi." Balas Sawal menarik ranselnya kemudian menunggu Rama keluar ruangan bersamanya.

Begitu keduanya di luar Sawal yang berniat melangkah duluan dihentikan oleh tarikan di lengannya.

"Gue sayang Bella beneran."

"Maksud lo?"

"Mau bilang aja." Rama melepaskan lengannya dan berjalan duluan meninggalkan Sawal yang menelan ludah.

***

"Kenapa diam aja? Sini cerita." Bella mengusap lengan Rama yang membuat si pria naik ke atas ranjang dan tidur di sampingnya.

"Engga, cuma kepikir aja kita ngelewatin hal besar kaya gini."

"Kamu hebat jadi kita bisa lewatin masalah ini barengan."

"Karena kamu." Balas Rama dengan mengecup bibir Bella.

"Kayanya kamu terlalu banyak cium aku deh hari ini, kenapa ih ayo cerita." Pinta Bella merengek

"Engga ada apa-apa, kayanya aku terlalu cape dan butuh tidur jadi banyak mikirin hal yang gak penting."

Bella menarik tengkuk Rama, mengarahkannya agar bersandar pada tangan dengan pelukan erat mengelus rambutnya sementara dia menaruh dagu di atas kepala kekasihnya "Makasih ya Rama, aku dirawat berkat kamu kalo gak ada kamu aku gak tau bayar rumah sakit gimana. Kamu juga jadi ikut riweh inget masa lalu kamu yang nyebelin itu karena peduli sama masalah aku, orang mikirnya kamu lemah aku yang jagain kamu padahal engga justru karena kamu mau jaga aku makanya kamu kesandung lagi masalah Roy tanpa sengaja dan hebatnya kamu cukup bisa kendaliin diri dan buat dia dihukum gak menghindari karena mau jagain aku juga dari Riki. Makasih banyak ya pacarku yang hebat udah beberapa minggu ini sibuk kesana-kemari."

Bella yang penasaran membuat tubuhnya menjauh dan benar saja Rama sudah meneteskan air mata diam-diam karena ungkapan Bella "Nangis kenapa sayang?"

"By Rama beneran mau nikah sama kamu rasanya." Ungakapan haru dengan mata yang berair, pemandangan yg hanya bisa dimaafkan jika Rama yang melakukannya karena di mata Bella kekasihnya itu begitu tampan dan juga menggemaskan saat menunjukan wajah sedihnya.

"Uuu cup cup cup iya iyaaa." Bella menarik kembali Rama pada pelukannya sambil menepuk pantat mengangap semua itu candaan.

"Se-serius."

"Iya ayang iya."

'By tapi maaf aku sempat hajar Roy dan Riki, Rama gak sesabar dan sebaik yang kamu kira.'

"Maaf by."

"Bukan maaf, sama-sama kan tadi aku bilang makasih belum dijawabin." Bella gemas mencubit pipinya gemas.


🌻

METANOIA (another story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang