55. Marah 1

138 11 2
                                    

Mengirim sebuah pesan kepada Sarah atas marahnya karena dia mencampuri hubungannya dengan Rama membuat Bella malah bertambah jengkel sebab saat dia menanyakan apa tujuannya, Sarah menjawab dia peduli dan khawatir Bella akan diluar batas saat terlalu banyak berkelahi yang menurut Bella itu hanya jawaban basa-basi karena sejak kapan Sarah menghawatirkan dirinya toh selama berteman pun tidak pernah saling menunjukan perhatian melainkan mengurusi masing-masing masalah tanpa mengganggu satu sama lain.

'Dasar manusia eweh gadag!'
Translate : Dasar manusia gak punya kerjaan!

Rasa amarah yang Bella rasakan terhadap Sarah tentu hanya sedikit dibanding rasa muaknya terhadap Rama sang kekasihnya yang malah dengan gegabahnya mengancam untuk mengakhiri hubungan mereka, sungguh kejadian yang mencoreng harga diri Bella jika diingat kembali.

Memang untuk Bella menjadi tontonan bukan hal yang baru tapi mengenai hubungannya seharusnya bisa dibicarakan berdua, Rama memilih membentak dan membicarakannya di ruang publik yang menurut Bella sangat kampungan apalagi menyangkut mengakhiri hubungan. Bella yang kalut pun berakhir menyetujuinya karena rasa marah yang menggebu-gebu.

Kini Bella, Karmika, Didi, Jian, dan Joseph sedang berkumpul di salah satu tempat yang biasa anak bercanda kunjungi. Tempat yang cukup ramai karena di halaman luar terdapat arena untuk bermain skateboard dan di dalamnya ada beberapa permainan hiburan arkade seperti Time Zone, juga meja di sisi lainnya untuk beberapa mahasiswa yang mencari wifi gratis guna mengerjakan tugas. Tempat yang tepat untuk mengusir rasa stress di kepala karena di sana juga menjual berbagai makanan instan dan minuman beralkohol yang membuat pengunjung tidak perlu repot berpindah tempat untuk mengisi perut yang lapar. Pilihan tempat yang tepat untuk Bella yang sedang kalut.

"Wow ada tempat beginian ya." Jian takjub karena dia biasanya hanya tahu tempat hiburan malam saja.

"Masa ka Jian gak tau?" Tanya Didi memastikan.

"Iya engga, padahal gak jauh ya dari kampus."

Karmika sibuk mencicipi berbagai makanan instan, Didi menyempatkan mengerjakan tugas sedangkan Jian yang dari tadi asik bermain basket berhenti sebentar untuk mengabari Rama tentang kekasihnya yang sedari tadi terlihat dekat dengan Joseph.

Bella mengerahkan emosinya dengan bermain arkade tinju sambil mengumpat membuat beberapa yang melewatinya sedikit ketakutan, sementara Joseph berusaha mengubah suasana dengan memuji kekuatan pukulan Bella "Wow kamu skor terbaik bel, lihat!" Pujinya heboh sendiri.

Bella menoleh "Cep kamu kan kakina pincang kenapa gak istirahat aja sih anjir." lirik Bella pada kaki Joseph yang terluka saat pertandingan persahabatan melawan kampus Regulus.

"Mau main di sini hehe."

"Kalo cuma mau modus gak usah bisi buntung kaki kamu gak dirawat gitu, dulu kan gak punya waktu buat aku demi jadi atlit makanya jaga diri yang bener sekarang. Jangan sampe investasi dulu sia-sia." Joseph menundukan kepalanya melihat kakinya yang memang sedikit berdenyut setiap dia jalan. 

Ucapan Bella yang kasar tentu tidak menyakitinya malah dia tersenyum karena masih diperhatikan.

"Heh gelo malah senyum-senyum." Tegur Bella pada Joseph.

"Bel cowo itu yang duduk sebelah temen kamu kayanya mata-mata deh dari tadi merhatiin kita, tepatnya kamu sih."

"Emang, dia temennya si Rama. Pasti lagi ngasih tau aku di sini ngapain aja, bajingan emang si ka Jian."

"Gimana kalau kita sengaja buat adegan yang ngebuat pacar kamu cemburu?" Joseph menyenggol bahunya.

"Gak mau, ngapain lagian dia udah mantan kan."

"Anjir bel, cowo kamu cuma emosi sesaat kali." Joseph tercenggang Bella menganggap argumen penuh emosi beberapa jam yang lalu keputusan yang valid.

Bella kemudian tertawa mengusap kepala Joseph "Kayanya mantan-mantan aku manusia bagus ya, lagi kaya gini kamu gak ada menghasut atau kompetitip mau keliatan bagus dan jatuhin yang lain."

"Dih ngapain jatuhin yang lain aku udah bagus dengan diri aku sendiri kali."

"Bagus percaya diri tapi lebih bagus gak pincang, buru ah ke dokter sana ganggu aja orang mau fokus galau." Bella mendorong Joseph pelan karena takut melukai.

"Dulu.. kamu waktu aku susah dihubungin galau gini juga gak?" Tiba-tiba suasana menjadi serius diantara mereka.

"Gak separah sekarang." Bella menjawab jujur.

"Hmm kamu udah nemu cowo yang kamu bener-bener sayang berarti, aku juga semoga dapat deh."

"Pasti dapat anjir mantan aku kan kualias premium gini." Bella seolah menepak debu yang tak ada di bahu Joseph sambil.

"Please aku bukan barang ya." Protes Joseph mencekik leher Bella main-main. 

Pemandangan ini tentu seperti pasangan kekasih yang menggemaskan jika dilihat dari meja teman-temannya.

Di sisi lain Rama yang hanya mendapatkan penjelasan singkat dari Jian kebakaran jenggot sendiri sebab pesan darinya tidak ada satu pun yang Bella respon, begitu juga Jian yang sibuk mulai terlena bermain board game dengan anak bercanda sampai tidak peduli dengan nasib temannya Rama yang terus-menerus menatap layar ponselnya menunggu kabar.

"Ma biarin dulu kali Bella sendiri, maksudnya kalian baru aja gelut 4 jam yang lalu. Tenangin dulu lo nya juga." Sawal memberi saran.

"Harusnya marahan cuma sejam aja cukup kan." Keluh Rama.

"Lo kaya gak tau Bella aja anjir, dia mana ada marah sebentar suka aneh ah."

Begitulah keadaan Rama sekarang, belum 24 jam tapi sudah cemas hanya karena pesannya diabaikan oleh Bella.


🌻

METANOIA (another story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang