95. Akhir kisah

91 6 0
                                    

"Oh jadi gini kamu by, mau jahat sama Rama aja?" Tiba-tiba si pria yang masih setengah sadar itu berdiri dengan wajah penuh amarah bercampur sedih.

"Bella mau apa? Cium? Lebih? Ayo Rama kasih tapi jangan aneh-aneh gini ah tiba-tiba pamitan mau pisah!" Suaranya meninggi seketika.

Bella dengan santai menarik kedua tangan Rama untuk mengajaknya duduk lagi di sofa "Apa sih heboh, denger dulu alasannya ah. Tukang marah-marahnya aku kan di hubungan kita tuh." Tegur Bella kepada kekasihnya yang baru saja bangun dari tidurnya.

"Gini sayang kan kita mau sampe nikah ya tapi kamu harus kerja dulu kan? Nah selama kamu cari uang aku cari uangnya di kampung.... jangan manyun dulu belum selesai, kenapa di sana karena aku udah bertahun-tahun gak bareng keluarga. Nanti kan aku bakal dibawa kamu begitu nikah jadi aku pikir aku harus habisin waktu aku bareng ibu, bapak, ade, teteh."

Hening, Rama hanya menunjukan wajah sedih tanpa membalas perkataan Bella. Tangannya memainkan bantal sofa seolah itu hal yang menarik sampai Bella menggenggam kedua tangannya lagi.

"Perjalanan aku jadi anak yang membangkang pergi ke kota buat rubah nasib dan pingin jadi orang yang didengar ini cukup berhasil, sekarang aku udah sarjana, peluang kerja lebih besar beda gak kaya di kampung buat aku yang perempuan kaya gak punya pilihan asalnya. Di sini aku bisa lakuin apapun yang aku mau sampai hal yang terburuk. Hadirnya kamu di hidup aku tuh ngajarin hal baik, rasa syukur dan rasa nyaman yang ngebuat aku juga mau jadi pribadi yang lebih baik biar bales perlakuan kamu ke aku. Ya minimal pantes lah gak jomplang banget sama Rama si good boy Regulus ini hehehe."

"By-"

"Bentar dulu, nih aku yang keras ini males banget berhubungan sama bapak malah punya pikiran mau habisin waktu sama bapak dan keluarga sebelum kita nikah. Ini semua karena kamu sayang, bapak gak ada nyuruh aku pulang karena dia percaya sama kamu tapi aku mau berbakti setelah selama ini kaya budak dajal."

"Baby kenapa makin baik, nanti banyak yang suka." Jawaban Rama di luar prediksi Bella membuat si wanita tertawa.

"Sayang bisa yah LDR ya?"

"Gak bisa by, kamu pulang berminggu-minggu aja Rama lemes."

"Aduh si gemes manjanya pacar aku."

"By Rama gimana di sini? Mau emang pacarnya dicuri cewe lain? Digodain hayoh."

"Ya udah berarti gak jodoh."

"Baby mah ah gak gitu jawabnya gak suka kaya bukan Bella." Bella menahan senyum melihat sisi Rama yang selalu menggemaskan hanya di hadapanya.

"Rama tau gak sih aku kadang godain kamu karena percaya? Percaya kamu bakal nolak jadi aku suka ngehajain minta ngulum piton kek, minta ini, itu yang buat Rama kaget. Nah itu banyaknya karena gemes aja tau, aku tau Rama sebaik itu mau jagain aku ya kalau kamu tergoda sih gak apa-apa bonus juga buat aku bisa enak-enak hehe cuma aku tuh sepercaya itu makanya suka bertingkah depan kamu aja. Kalau sama cowo lain mah mana mungkin da pasti ditawarin nakal ge digas mereka mah, gak kaya kamu sayangku."

"Ya gak boleh lah nawarin ke cowo lain, gimana sih."

"Aduh aduh makin mayun, iya engga ini misalkan kalo cowo lain yang jadi pacar aku mana ada gitu aku hyper ngajak-ngajak."

"Baby serius emang bisa jauh dari Rama?"

"Ya engga tapi kan nanti kita bakal ketemu lagi, lagian seru ih bayangin udah lama gak ketemu pacar pasti pas kangen langsung gegenjotan gak sih? Hehehe bercanda sayang."

"Nanti diam-diam Bella dijodohin sama anak pak ustad."

"Gak ada anjir ah, hayalan kamu aja eta mah. Kan bapak juga udah ngobrol sama papah kita bakal ke jenjang pernikahan."

"Awas kamu goyah, dilupain Ramanya."

"Gak ada ma di kampung yang sebaik kamu, yang aku kenal mah garelo jaba jamet mana toxic gak kaya kamu si bageur cowo aku wiww liat ini ganteng deui siapa yang bisa mengalahkan ketampanan anak ibu Mary." Bella memangku wajah Rama sambil memperhatikan wajah kekasihnya.

"By ah serius."

"Serius, mau sumpah pocong?"

"Astaga."

"Ya makanya atuh percaya gera Ramanya sama aku, maksudnya siapa emang yang lebih baik dari kamu juga da eweh. Kamu gak tau sebutut apa laki-laki lain sih."

"Banyak yang baik. Yang pinter agama, yang badannya gede, yang lebih ganteng, yang udah mapan."

"Sabodo ah aku mah sukanya cowo yang ini yang depan aku." Bella mendadak mengecup bibir Rama tanpa izin.

"Baby kapan pulang ke kampungnya?"

"Lusa, paginya jam 7."

"Jahat baru bilangnya sekarang."

"Gak akan bela diri, itu emang salah aku tapi kalo gak dadakan ngasih tau mana liat wajah kamu yang gini ngerengek bisi aku luluh terus berubah pikiran jadi aku pikir geus lah dadakan aja."

Rama sudah tidak berhadapan lagi dengan Bella, dia menyandarkan tubuhnya sambil melihat ke langit-langit unit apartemennya.

"Sayang meni lesu. Mending sekarang kita ngedate yu keluar?"

"Udahnya ke kos bawa barang-barang Bella ya? Nginep di sini otw nya dari sini aja."

"Iya hayu buat pacarku yang ogo apa sih yang engga."

Rama langsung bangkit dari kursi bersiap untuk membersihkan diri, semangat akan berkencan seharian dengan kekasihnya.

Kencan bersama Bella dimulai dari lari pagi di lapangan tegalega yang sebenarnya hanya mengincar sarapan bubur, membeli cilok dan juga menyuruh Rama mencoba papeda yang katanya seperti lendir ingus gozila.

Setelah berolahraga mereka sempat pulang untuk bersih-bersih, dilanjut Bella memasak untuk makan siang dengan Rama yang terus mengintil di belakang bertanya ini dan itu yang hampir membuat sang chef dadakan kesal dan berhenti memasakan.

Begitu matahari akan terbenam keduanya berkeliling Bandung, menyelisir jalanan yang sejuk dengan sedikit gerimis menyapa jendela mobil.

"Mau kemana lagi ini ma?"

"Keliling dulu sambil cari jajanan."

"DU aja kaya biasa atuh ma. Eh susah yah parkir mobilnya?"

"Bisa nanti cari aja, kalau agak jauh biarin ya by?"

"Iya bebas. Eh ke cuanki yang belokan dulu gak sih ma yang viral tea? Kayanya gerimis gini enak ngebaso di mobil."

"Iya boleh."

Begitulah hari-hari terakhir kebersamaan mereka sebelum akhirnya harus terpisah sibuk dengan karir dan tujuannya masing-masing, tidak perlu gusar karena tujuan akhirnya masih tetap sama kini atau pun nanti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Begitulah hari-hari terakhir kebersamaan mereka sebelum akhirnya harus terpisah sibuk dengan karir dan tujuannya masing-masing, tidak perlu gusar karena tujuan akhirnya masih tetap sama kini atau pun nanti. Namun sebelum kembali bersama untuk selamanya keduanya berhak untuk menggapai cita-citanya sebagai seorang manusia yang telah berbekal ilmu untuk terjun di masyarakat dengan segudang tanggung jawab yang ada. Kelak pelajaran hidup yang mereka lewati akan memperkuat pondasi untuk hidup bersama.

🌻




METANOIA (another story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang