Rony menuju dapur, mencari-cari sesuatu di atas kulkas yang tidak ia temukan. Dia mulai meringis kesakitan. Dia menunduk, dua tangannya dia sandarkan ke meja dapur untuk menyangga tubuhnya. Dia benar-benar kesakitan.
"Naaab!" panggil Rony, "Nab, tolong telpon mamah," Nabila yang bingung lalu mendekat ke abangnya. Nampak Rony yang matanya sudah berkaca-kaca menahan sakit.
"Kenapa, Kak?"
"Telponin mamah, obatnya dimana?"
"Lah, kan udah minum obat tadi siang, nanti lagi dong?"
"Udah buruan Nab, telpon. Obat yang biru kecil, yang itu, cepet!" pinta Rony sambil meringis.
Setelah Nabila paham maksudnya, dia menelpon mamahnya yang sedang tidak di rumah. Nabila membantu mencarikan obatnya yang rupanya disimpan di kotak obat di dalam kulkas, memisahkan dari obat Rony yang lain. Nabila membantu Rony mengambilkan minum untuk meminum obatnya. Rony duduk di kursi pantry. Menunggu obatnya bereaksi.
Salma merasa bersalah, menghampiri memegang bahu Rony yang masih menahan sakit..
"Sakit? maaf ya... nggak ngerti,"
"Bangsat!" pekiknya membuang muka. Dia yang dari tadi kesal dengan kelakuan Diman dan respon Salma terhadapnya, semakin merasa kesal. Juga malu karena si otong tiba-tiba tidak bisa bekerja sama. Salma meraih lengan Rony.
"Udah, udah, minggir, nanti malah..." pekik Rony. Salma jadi serba salah.
Salma hendak berlalu ketika ada yang datang, Maya dan David.
"Kenapa, Ron?" Maya mendekat tergopoh-gopoh.
"Eh, kok ada Salma?" David yang bersuara sekarang. Perhatian bergeser dari Rony ke Salma.
"Halo, Om, Tante," Salma lalu menyalami keduanya. Fokus dua orang yang baru datang itu sekarang justru ke Salma.
"Kok masih Om, Tante, mulai lah belajar panggilnya Mamah Papah aja, biar sama kayak Rony," ungkap Maya sambil memeluk Salma.
Percakapan itu terdengar oleh teman-teman Rony di teras dan mereka baru menyadari, Salma adalah 'perempuan' itu. Mereka menyambungkan cerita tadi. Dari Jogja, anak musik? Salma adalah perempuan yang dijodohkan dengan Rony. Kenapa Rony tidak menjelaskannya? Kenapa sikap Rony biasa saja? Pertanyaan-pertanyaan itu menyelimuti mereka.
Anjir.... batin Diman.
"Wah, lagi rame ya... dah kalian disini dulu ya, jangan pada pulang dulu, tante siapin makan malam sekalian buat kalian," sapa Maya ke teman-teman Rony.
"Halo tante.... wah asyiiik," sambut Novia dan yang lainnya.
Selesai makan malam teman-teman Rony pulang satu per satu, sekarang tinggal Salma tamu keluarga itu.
_________
"Salma nginap sini aja ya?" tanya Maya.
"Salma mau liat kampus besok Tante, nanti mau cari penginapan deket kampusnya aja, jadi besok bisa jalan,"
"Udah disini aja, besok biar diantar sopir. Dah, aku nggak menerima penolakan!" David yang bersuara sekarang.
"Mbok, nanti siapin kamar tamu ya..." utus Maya kemudian. Rony menyungging senyum di bibir kirinya.
Salma tidak bisa menolak. Setelahnya Salma celingukan mencari Rony, dia hilang dari pandangan matanya. Ah, teras... dia pasti lagi merokok.
"Masih sakit?" tanya Salma begitu sampai di dekat Rony, dia menggenggam segelas teh hangat.
Rony tidak menjawab, lu pikir? batinnya.
Mereka saling diam beberapa saat, sibuk dengan pikiran masing-masing. Mungkin bingung memulai. Bertemu langsung begitu berbeda dengan di aplikasi chat.
"Eh, Sa..."
"Ron..." ungkap mereka hampir bersamaan.
"Lo dulu deh," Salma memutuskan.
"Lo kok ga bilang mau kesini? lupa nomor gue?" keluah Rony.
"Mendadak si, impulsif gue. Mau nyari kampus tapi bingung milihnya, jadi gue langsung kesini aja. Sekalian...."
"Sekalian apa?"
"Ya sekalian liat keadaan Lo," ada sedikit kehangatan di hati Rony, tapi... jaim Ron!
"Kenapa nggak bilang?"
"Ehm.... Kejutan?" ungkap Salma malu-malu. Rony menyembunyikan senyumnya yang ingin melebar.
"Lo tadi mau ngomong apa?" tanya Rony mengalihkan.
"Soal kampus, kemaren Lo nyarain yang mana?"
"Sebenernya yang kampusnya Diman, kampus gue juga dulu. Tapi kok gue jadi ragu, Diman getel soalnya," Rony sekaligus mengemukakan kesalnya.
"Gatel kenapa? kena ulat bulu? kasih minyak kayu putih aja atau minyak tawon, manjurr..."
"Bangsat! bukan gatel yang itu...!"
"Heheehehe..." keduanya terkekeh.
"Emang dia ngapain?" tanya Salma.
"Dia caper tu sama Lo,"
"Ya nggak papa kan, Lo aja nggak ngenalin gue siapa?"
"Tau ah..." ada benarnya juga omongan cewek di depannya. Kenapa dia nggak menjelaskan siapa Salma? Agaknya masih ada ragu di hatinya.
"Gue minta nomor bang Diman kalo gitu, boleh?"
"Ngapain si?" Rony semakin kesal karena Salma nggak peka.
"Ya gue mau nanya-nanya soalan kampus, kenapa si Ron?" Salma bermaksud baik sebenarnya.
"Besok sama gue aja," kilah Rony, dia mematikan rokoknya lantas berlalu masuk kamarnya tanpa permisi.
Kenapa dia merasa aneh saat Diman caper sama Salma? Kenapa dia merasa sesak? tai... ngapain juga.
Huft, baru aja mulai kenapa gini si? gue sunat demi apa coba? masa dia malah mau pdkt sama cowok lain. Tai lagi si Diman. Tapi kok gue juga nggak bilang kalau Salma 'cewek itu', tapi nanti kalau bilang apa ya nggak diketawain Salma, gue cerita sama anak-anak. Kalau dianya nggak papa, kalau dia marah gimana? Orang dia juga ga tau gimana perasaan Salma.
Emang kamu tau perasaanmu Ron?
KAMU SEDANG MEMBACA
Katakan [End]
FanfictionCerita mengenai perjodohan lelaki dan perempuan yang tidak mudah. Perjalananan panjang untuk bersatu bertemu cinta. Seperti layaknya perjalanan, dalam prosesnya bertemu jalan yang berlika liku juga tanjakan dan turunan. Sebuah perjalanan menelusuri...