Sepanjang perjalanan mereka berdua saling bercerita mengenai kegiatan masing-masing. Layaknya teman. Pelan-pelan mereka saling mencoba membuka diri, menerima kekeliruan yang sudah terjadi menjadi bagian dalam perjalanan relasi mereka. Meski status perjodohan dua keluarga sepertinya sulit untuk kembali.
Salma bercerita mengenai resital Edo yang baru digelar kemarin. Kemudian Rony berganti bercerita mengenai acara yang akan dilaksanakan 3 hari lagi. Ke-hectic-an studio dan teman-temannya. Menceritakan dengan sedikit mentertawakan tentang kesusahan mereka move-on dari kesedihan yang mendalam dan bagaimana mereka berjuang darinya. Ada sesal, ada sedih, yang hari ini mereka coba berdamai dengannya.
Serunya obrolan membuat perjalanan ke studio Rony tak terasa sudah sampai. Rony memarkir mobilnya di luar, karena parkiran penuh. Salma turun dan langsung membuntuti Rony yang berjalan masuk ke sebuah rumah yang dijadikan studio.
"Weeh, Ron, sama siapa Lo?!" kalimat tanya Novia saat Rony memasuki ruangan dimana mereka biasa berkumpul.
"Eh, Hai....?" sapa Salma dari balik punggung Rony.
Tidak ada satupun sambutan dari mereka. Semua tercekat, kaget. Mematung semua melihat kehadiran Salma.
"Hai kak Caca, ya ampuun, ada angin apa ini...." Nabila yang baru keluar dari pantry langsung menghambur ke arah Salma, memeluknya. Nabila memandang abangnya yang berdiri di dekat mereka seakan bertanya, kok bisa?
"Kangen aku, Nab. Maafin aku ya..." ucap Salma tulus. Sekembalinya Rony dari Jogja dia tidak pernah menyapa dan merespon pesan Nabila. Hatinya masih kacau, sekarang dia merasa bersalah.
"Apa siih kak, nggak ada yang mesti dimaafin," jawab Nabila, matanya berkaca-kaca.
"Wededew.... Welcome back! Ada bala bantuan ini mah. Sal sibuk nggak? bantuin kita lah..." Paul yang bersuara, yang langsung dapat lirikan dahsyat dari Rony. Paul jadi gugup. "Boleh kan Ron, kita lagi butuh orang banget,"
"Orang baru nyampe kok udah dikasih sibuk, suruh duduk dulu kek," Rony bersungut, "Sa, Lo mau teh? gue mau bikin kopi ni, sekalian," Rony berlalu ke pantry membuat minum. Salma mengangguk, Rony sudah tau perempuan itu lebih suka teh.
Di ruang tengah dimana mereka berkumpul masih riuh.
"Kau gimana Sal, udah sembuh? gimana si ceritanya?" tanya Novia.
Salma menunjukkan tangan kirinya yang masih dibebat kain coklat, serta bekas lukanya yang sedikit tertutup kerudung.
"Wah, lumayan parah juga ya, untung masih aman ya Sal. Kita ikut panik gara-gara Rony tiba-tiba cabut ke Jogja tanpa aba-aba," cerita Diman.
"Masih untung lah cuma gini, masih bersyukur kita bisa ketemu lagi," ungkap Novia yang duduk sebelah Salma.
"Duuh, cepet sembuh ya Sal," Anggis yang ikut nimbrung diangguki oleh yang lainnya.
"Jadi gimana ini Nop?" tanya Rahman menjeda obrolan soalan kecelakaan Salma dengan urusan pertunjukkan yang sepertinya mendesak.
"Gue bingung ini, kalau kita push beli lampu agak kacau ni budget kita,"
"Emang kenapa Nov?" tanya Diman.
"Jadi konsep panggung ini kan minimalis, tapi rencana kita mau main di lighting. Cuma dari tempat sewa kita yang tadinya bisa kasih 20 lampu, cuma bs kasih 16 karena ada yang rusak. Ini mau ambil di vendor lain pada nggak mau kl cuma 4. Kalau mesti beli agak gede budgetnya,"
"Gue boleh liat konsepnya?" tanya Salma, Nabila menyodorkan gambaran panggungnya.
"Nanti rencananya full lighting, di sini, di sini, disini," terang Nabila sambil menunjukkan posisinya. Dia membantu Paul yang ada di bagian art director. "Kalau kurang lampunya, ini jadi jomplang kak, ga simetris gitu,"

KAMU SEDANG MEMBACA
Katakan [End]
FanfictionCerita mengenai perjodohan lelaki dan perempuan yang tidak mudah. Perjalananan panjang untuk bersatu bertemu cinta. Seperti layaknya perjalanan, dalam prosesnya bertemu jalan yang berlika liku juga tanjakan dan turunan. Sebuah perjalanan menelusuri...